bab 11

dari tadi kenapa sih, Adam selalu nengataiku bodoh? memang apa yang aku lakukan hingga dia melontarkan kata kata itu.

Atau memang baginya aku tak pantas mengetahuinya? ya memang benar aku tak pantas, aku hanyalah anak angkat yang menikah dengan seorang tuan muda kaya untuk menggantikan Rasya.

Pikiran ku jadi kacau karena kemarin. Aku harus bertemu Ranti nanti untuk meminta saran darinya. aku juga sudah lama tak menjenguk Ranti. Dan, seharusnya aku membelikan dia ponsel, agar dia kita dapat saling menghubungi tanpa di ketahui orang tua angkatku.

"Tuan Adam, bisakah anda menghentikan saya disini? saya ada suatu keperluan yang harus saya lakukan!"

"keperluan apa?"

kenapa dia nanya sih? aku pikir dia gak akan bertanya sesuatu padaku karena tak begitu memerdulikan aku.

"Apa anda sebegitu ingin tahunya urusan saya?"

jika dia benar benar tak memerdulikan saya, Dia pasti tak akan bertanya lagi.

"Memang kenapa ? kan aku suami kamu!" Jawab Adam.

Gak! bukan ini jawaban yang aku harapkan. masa perkiraan ku salah? masa dia benar benar peduli padaku?

"Kenapa ekspresimu begitu? apa kamu mau melakukan sesuatu tanpa sepengetahuanku?" Adam menggenggam tanganku dengan erat.

Aku hanya bisa beralasan ini. dia tak akan berbicara lebih banyak lagi.

"Saya, saya ingin membeli keperluan untuk... saat saya akan datang bulan nanti. anda tahu kan itu adalah hari untuk wanita! "

"Sial! kenapa kamu memberitahuku ini? cepat sana pergi! aku akan menunggumu di dalam mobil! "

Ray segera menepikan mobilnya dan memberhentikan mobil di tepi jalan tanpa melihat situasi.

"Terima kasih, tuan Adam! " Ucapku sambil membuka pintu mobil.

kenapa dia menungguku sih? aku kan mau pulang ke rumah diam diam untuk memberikan ponsel ke Ranti!

"Aneh, Tuan Muda. "

"Apanya yang aneh ?" Adam menoleh ke arah kaca jendela mobil melihat pemandangan di luar.

"Sepertinya disini tempat terpencil dan hanya ada konter konter yang buka. Lalu, nona Dianee bilang ingin membeli.... memangnya ada di sekitar sini? " Ucap Ray dengan hati hati namun curiga.

"ya, itulah yang aku pikirkan dari kemarin! sepertinya dia memang bodoh, ya. Jika ingin berbohong tak memahami situasi sekitar. " Adam masih memandangi ke arah kaca jendela mobil melihat situasi di luar.

"Apa perlu kita turun dan memergoki nona Dianee? "

"Gak perlu! Aku tak mau dia kehilangan kepercayaan dirinya atas kebohongan yang dia perbuat. "

"Alasan anda juga tak masuk akal, Tuan Muda " batin Ray.

"aku tak ingin dia merasa tak nyaman dan mengira aku membatasinya. kemarin saja di anak perusahaan ke 9, dia sudah berfikir jelek tentangku. Dia pikir aku melakukan semuanya sesukaku. Aku tak ingin dia punya fikiran jelek tentangku lagi. "

"Ternyata ini alasan yang sebenarnya! " Batin Ray.

"namun, Jika tadi saya menjelaskan mungkin nona Dianee akan kembali dan tak berfikir jelek tentang anda. "

"Harusnya juga aku tak membahas tentang Rasya, Aku tiba tiba menanyakan itu karena aku ingin berbicara banyak padanya! apa aku termasuk bodoh juga? " Batin Adam.

Terlihat diriku di kaca mobil itu. Aku sedang mendekat ke mobil itu dan membukanya perlahan.

ketika aku memasuki mobil itu, suahsana kembali seperti kemarin, Hening. tak ada pembicaraan sedikitpun.

"Harusnya Tuan Muda gak bersikap seperti ini ke nona Dianee. Tuan muda juga bodoh! ingin mendekati wanita tapi seperti kerupuk yang terkena air, tak bersuara saat dia datang! " Batin Ray.

"Jalan! " perintah Adam.

kenapa sih dia dingin banget begitu? harusnya dulu sebelum menikah dengannya aku tak membayangkan terlalu jauh. Harus ingat status lama, "Aku hanya anak angkat yang tak memiliki status!"

Ray menghidupkan mobilnya dan melajukannya. dalam perjalanan yang terasa sangat panjang ini tak ada pembicaraan yang keluar dari mulut kami semua.

Sampai tibalah di sebuah rumah mewah, mobil berhenti melaju. Aku segera membuka pintu mobil dan berjalan ke pintu mobil sebelahnya. Aku membuka pintu mobil itu dan memapah Adam menduduki kursi rodanya.

"Tuan Adam, anda mau saya antar langsung ke kamar atau, anda mau kemana?" Tanyaku.

"Biarkan Ray yang mendorong kursi rodaku! "

"Baiklah ! "

Ray segera mengambil alih kursi roda yang di duduki Adam dan mendorongnya dengan pelan.

Kenapa sih dia? kemarin dia baik baik saja saat aku mendorongnya kan? Sudahlah, Aku masuk aja.

Aku memasuki rumah melihat Anisa tengah duduk bercanda ria bersama Sukma. jarang aku melihat Sukma tak begitu menyeramkan. memang hebat kak Anisa bisa memenangkan hati Nyonya Sukma.

Anisa melirik kearahku kemudian dia tersenyum, " Dianee, sini gabung dengan kami!" ucap Anisa dengan melambaikan tangan.

Aku segera berjalan mendekat ke arah mereka dan duduk bergabung dengan mereka.

"Dianee, apa pembukaan anak perusahaan ke 9 berjalan dengan lancar?" Tanya Anisa.

Bagaimana aku harus menjawab pertanyaan kak Anisa? jika mereka tahu apa yang terjadi, mereka pasti akan kecewa.

"Dianee?!"

aku hanya bisa menjawab dengan seadanya.

"saya dan Adam pulang terlebih dahulu. jadi, saya tak tahu apa berjalan dengan lancar?" jawabku.

"Oh begitu!" Sahut Sukma dengan ekspresi dingin.

nyonya Sukma sangat berbeda saat menanggapi kami berdua. saat bersama kak Anisa, dia berbicara santai dan tertawa ria, namun saat bersamaku, sikapnya sangat dingin. Aku tahu ini akan terjadi karena menantu yang dia inginkan adalah Rasya. Aku tahu dia pasti sangat membenciku.

Tak baik berlama lama di sini dengan mereka. lebih baik untuk sekarang aku harus menghindari mereka dahulu.

"Saya izin permisi dulu!"

"Ah, ya ampun Dianee , kamu gak perlu pakai bahasa formal gitu. bikin kaku, tahu? jangan bilang kalo kamu juga memakai bahasa formal saat berbincang dengan Adam?" ucap Anisa sambil tertawa kecil.

Aku tak menyadari ini sedikitpun. Harusnya aku tak memakai bahasa formal saat berbicara dengan Adam. itu akan membut kami canggung. mau sampai kapan kami akan saling diam begini?

"Dianee, jawab dong! " Desak Anisa.

"Um, saya menghormati Adam. jadi saya tak bisa mengucapkan kata-kata selain bahasa formal padanya. namun saya akan berusaha untuk berbicara santai! "

"Ya, memang harusnya dia berbicara pakai bahasa formal. dia menyadari statusnya itu kan? " sambung Sukma.

Nyonya sukma seperti prediksiku, dia tak menyukaiku.

"Ma, Jangan gitu dong sama Dianee." Bela Anisa.

"memang benar, kan? Aku sudah muak lihat mukanya! Kenapa gak cepat pergi saja sih, kamu? bikin orang kesal saja! "

Terpopuler

Comments

Reni Anjarwani

Reni Anjarwani

lanjut thor

2022-06-25

0

Alfi Alfi

Alfi Alfi

bguuuus

2022-06-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!