pagi hari Rani mondar mandir menyiapkan pakaian yang akan aku pakai untuk bertemu calon mertuaku. karena pakaian yang aku pakai tak ada yang bagus, mama meminjamkan pakaian yang ada di lemari Arsya.
"Uang yang mama berikan sama kamu setiap bulan itu kamu pakai untuk apa sih? pakaian bagus aja gak punya! terpaksa aku harus ambil pakaian di lemari Rasya! "
"Aku tabung, ma! " ucapku menjelaskan.
Dulu aku menabung karena alasan agar orang tuaku memujiku walau sedikit saja. namun tak ada yang keluar sedikitpun pujian dari mulut Rani.
"Harusnya anak gadis pandai berdandan, dong. memang baik kalo rajin menabung. tapi penampilan adalah yang nomer satu. kamu lihat dong Rasya,dia selalu tampil cantik. pantas jadi anak pemilik PT Fashion Style T.R"
Lagi lagi aku di banding bandingkan sama Rasya. Aku tau aku anak pungut, namun kenapa dapat perhatian dan kasihsayang saja tak ku dapatkan? aku juga pantas mendapatkan itu, ma!
"Ayo, cepat pakai pakaiannya! " perintah Rani.
Aku memakai pakaian yang di berikan Rani padaku di ruang ganti. setelahnya aku keluar dan memperlihatkannya pada Rani.
"Hm... lumayan! "
Setelah memakai baju, Rani menyuruh para pelayan memberikan aku sedikit make up yang tidak terlalu tebal.
"Selesai! coba nona mengaca!"
Aku menoleh ke arah kaca dan menatap wajahku yang terlihat di dalam kaca. memang sangat berbeda dengan wajahku yang sebelumnya.
"nona terlihat sangat cantik, kan? saya yakin, calon suami nona akan terpesona pada anda!"
"Aku berharap begitu!"
Setelah semua selesai, aku dan Rani memasuki mobil menuju ke butik yang telah di tentukan. Perjalanan tak memakan banyak waktu, akhirnya kami sampai di sana juga.
Semua pelayan berjaga di depan dan menyambut kami dengan hormat dan membungkuk.
"Selamat datang! " ucap para pelayan serentak.
Kami segera memasuki butik itu. di dalam sangat sepi padahal katanya butik ini adalah yang paling populer di kalangan para pasangan.
Di kursi ruangan itu terdapat sosok pria muda yang tampan memakai sebuah kursi roda. di sampingnya terdapat pria paruh paya berdiri. ada juga satu orang perempuan yang memperlihatkan pakaian padanya. sepertinya dia manajer butik ini.
Rani menarik tanganku dan mendekatkan aku dengan Adam.
"Adam, maaf kami terlambat. dimana Nyonya Sukma? " tanya Rani.
"mama tak bisa hadir."
"Baiklah jika begitu, saya akan menggantikan nyonya Sukma memulihkan gaun dan kemeja untuk anda. anda mengobrol dengan putri saya di sini saja, biar saya yang memilih di sana! "
"baik! "
Rani pergi menuju ke tempat memilih pakaian berada. Manajer toko juga mengikuti Rani untuk membantunya memilih. sekarang disini tersisa aku, Adam dan pria paruh baya yang berdiri di sampingnya sejak tadi. suahsana juga menjadi mencengkam karena kami tak berbicara satu sama lain. hingga akhirnya aku memutuskan untuk mencoba berbicara dengannya.
"Tuan Adam, anda menyukai makanan apa?" tanyaku.
"Saya tidak suka pedas!" ucapnya singkat.
Adam masih sama, bicaranya singkat dengan di sertai tatapan dingin.
"Anda sepertinya senang ya dapat menikah dengan saya! "
"Bagaimana dengan anda? " tanyaku balik bertanya.
"Saya menyetujuinya karena saya tak ingin orang tua saya bertengkar dengan orang tua anda!"
"jadi, mangsud anda, anda melakukannya dengan terpaksa?"
"benar, anda menikah dengan saya bukan karena menginginkan harta saya kan?" Tanya Adam dengan senyum seringai seperti tatapan menghina.
Aku sebal. memang di matanya aku seperti menginginkan hartanya, begitu? Pandangan pertama ku padanya telah salah. ternyata sikapnya tak seperti yang aku bayangkan.
"Sepertinya kita tak ada kecocokan! saya awalnya tertarik dengan anda namun sekarang sepertinya saya harus berubah pikiran. saya tak suka dihina seperti ini. saya rasa kita sampai di sini saja!"
Aku segera pergi mengambil tasku dan beranjak berdiri dari duduk ku. namun mama segera datang dan menyuruhku untuk mencoba gaun yang tengah dia siapkan.
"Dianee, kamu mau kemana? mama sudah pilihkan gaun untuk kamu!" Ucap Rani terengah engah.
"Ma, aku,
"Nona Dianee, silakan dicoba!" sahut Adam memotong pembicaraan ku.
apa dia belum mengerti dengan ucapan ku?
Rani menarik tanganku memasuki ruang ganti dan meninggalkan aku sendirian di dalam. Aku mengganti bajuku dan segera keluar.
"ma, aku sudah... kenapa anda yang di sini? "
"Nyonya Rani sedang ada keperluan mendesak, jadi dia menyerahkan anda kepada saya! "
"saya tak perlu anda!" ucapku acuh tak acuh.
"Tapi saya membutuhkan nona Dianee. karena pengurus saya sedang ada keperluan mendesak !"
"Saya akan memanggilkan pelayan toko untuk membantu anda!"
aku segera melangkahkan kakiku.
"Nona Dianee, anda tak bermaksud membatalkan pernikahan kan? anda tahu betapa menguntungkannya pernikahan anda dengan saya untuk keluarga anda!"
aku menghentikan langkahku.
"Tergantung bagaimana tuan Adam dapat menarik hati saya kembali atau tidak!" ucapku lalu melanjutkan langkah kakiku.
"menarik! " guman Adam sambil tersenyum memandangku pergi.
...****************...
Aku sampai di rumah lebih cepat dengan membawa gaun yang telah aku coba di butik tadi. di ruangan tamu Rani sedang duduk dan melihatku masuk.
"Dianee, bagaimana? kamu banyak berbincang bincang dengan Adam kan?"
"Iya ma. "
"ternyata ada untungnya juga mama pura pura ada urusan. "
"mama jangan lakuin lagi lain kali. "
"Eh? kamu itu gimana sih? bukannya bagus saling mengenal sebelum kalian jadi suami istri ?"
"Tapi dia itu,
"inilah saatnya kamu harus membalas budi pada keluarga ini. jangan tidak tahu diri" ucap Rani memperingatkan.
"harusnya Rasya yang menikah dengannya kan,ma? di mata mama aku hanya bisa menjadi pengganti Rasya. alangkah baiknya jika Rasya tak pernah di lahirkan."
plak!
sebuah tamparan menuju ke pipi kananku.
"Sudah berani membantah ya, sekarang! Dasar anak durhaka. di biarin malah melunjak. harusnya papa sama mama membuangmu saja dari kecil. apa kamu bisa bertahan hidup kelaparan di jalanan?"
"maaf ma, Saya salah. harusnya saya tak membantah seperti itu. saya akan menikah dan membalas kebaikan keluarga ini jika mama menginginkannya!"
memang, inilah yang harus aku lakukan untuk keluarga ini. aku tak boleh membantah, karena aku tak mau mereka membuangku.
"begitu dong, tahu diri. cepat kembali ke kamarmu sana!"
"baik, ma!"
setiap kali aku membantah perkataan mama, mama pasti akan bahas tentang balas budiku terhadap keluarga ini. karena itulah kelemahanku. aku tak ingin dibuang oleh mereka.
Aku berjalan menuju kamarku di temani pelayan yang mengantarku. pelayan itu seumuran denganku. dia sudah aku anggap sebagai temanku sendiri.
"Nona Dianee, tidak apa apa. ayo saya antar anda masuk ke kamar Anda !"
Sampai di kamar pelayan itu mengikutiku masuk ke dalam kamar ku.
"Nona Dianee, jangan bersedih. sebentar lagi anda akan terbebas dari cangkang harimau. mangsut saya, tekanan dari keluarga ini!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments