"Luar biasa!"
Pria itu menoleh ke arah ku, "Apanya yang luar biasa?" Tanyanya.
Dan untungnya aku segera tersadar dari lamunanku. jika tidak, entah apa yang akan terjadi, dan apa yang akan aku katakan?
"Ti, Tidak! mangsudku ini, kasurnya luar biasa! ya, sangat empuk! mewah! mewah!" Ucapku dengan tersenyum senyum.
Adam tak memperhatikanku, dia langsung masuk ke dalam kamar mandi yang dekat dengan kamar ini. lebih tepatnya satu set dengan kamar ini.
setelah Adam memasuki kamar mandi, percikan air terdengar. Pikiranku sampai di mana mana. aku membayangkan Adam tengah mandi. Lalu aku menelan ludahku sendiri.
Aku segera menyadarkan diriku sendiri dari lamunan gila itu., " Sadarlah, sadarlah! Dianee, sadar! jangan pikirkan macam macam! yang jelas,
"Pikirkanlah malam ini bagaimana? Sialan! apa aku akan benar benar melepas kepolosan ku? Gak! gak! Aku kan belum siap! "
Adam membuka pintu kamar mandi perlahan 'Kreak'( Suara pintu terbuka)
Adam masih mengenakan sebuah handuk yang menutupi bagian bawah perutnya hingga lutut. lalu dia menatapku yang tengah tertidur pulas.
"Dasar, harusnya kan ini malam pertama kita. tapi apalah daya, mungkin belum waktunya! "
Ternyata pura pura tidur ada gunanya juga! Tapi, apa apaan ini?
Terasa ada seseorang yang memeluk ku dari belakang. dan itu adalah Adam. bukan masalah jika dia memeluk ku, namun kenapa dia harus hanya memakai celana pendek saja. Ngak, tahan! tahan! jangan sampai Adam tau jika aku pura pura tidur.
kenapa dalam situasi ini aku gak bisa berbuat apa apa?
Aku gak bisa bergerak sesuka hatiku. Adam oh Adam,bisa gak kamu geser sedikit.
Hari pertama di keluarga ini.
Aku bangun tidur, Mandi lalu mengganti baju dengaan baju yang sederhana. Aku tak memakai hiasan apapun, bahkan make up tipis pun tidak.
'Tok tok tok'(Suara pintu di ketuk)
"Silakan masuk!" Ucapku ririh dan sedikit ragu.
di rumahku bahkan aku harus berbahasa formal dengan pelayan. atau di sini juga begitu?
mangsudku mama menyuruhku berbahasa formal pada pelayan. yah, alasannya karena aku hanya anak angkat. namun di mata seseorang mungkin aku adalah seorang putri yang beruntung. dapat di asuh oleh keluarga kaya dan hidup bahagia. namun, apa mereka tahu yang sebenarnya? hidup dalam kekangan mereka itu sangat sakit bagiku. ketakutan akan di buang, akan di asingkan dan bagaimana aku menjalani hidup tanpa mereka.
'kreak' (Suara pintu terbuka)
seorang wanita paruh baya memasuki kamar ku. dia memakai sebuah dres seperti sebuah seragam yang sama dengan wanita yang berbaris menyambut kami masuk ke dalam rumah.
"nona, perkenalkan nama saya Inam. anda dapat memanggil saya bi inam!" ucapnya sambil membungkuk.
"Saya Dianee!" ucapku dengan tersenyum manis.
"Nona, nyonya menyuruh anda untuk segera turun untuk makan. mari, saya antar!"
"Baiklah!"
Aku mengikuti bi inam menuruni tangga hingga sampai ke tempat berkumpulnya satu keluarga itu duduk. di tambah dengan kak Anisa. di meja juga terdapat banyak hidangan mewah.
"Dianee, kamu duduk di samping Adam!" ucap Sukma.
"Baik!" Dengan anggunnya aku melangkah maju dan duduk di samping Adam.
Duduk berdua dengannya mengingatkan ku pada malam itu. dia memeluk ku dengan erat! padahal kita hanya berpelukan, namun kenapa Aku terbayang bayangan gila itu?
"Dianee, kamu bangun terlalu lambat! Aku harap kamu sudah datang jam 06.00 dan berkumpul disini bersama kita semua!" ucap Sukma dengan menekuk erat tangannya.
Di bayanganku sekarang Sukma terlihat sangat menyeramkan. Aku bahkan tak berani menatap matanya. mungkinkah orang yang sangat berkuasa di sini adalah dia?
"Baik!"
Apa kedepannya aku harus memanggilnya ibu, mama, atau nyonya Sukma saja? bagaimana jika aku salah menyebut saja dia akan marah dan menatapku dengan tatapan menyeramkan? Aku tunggu kak Anisa saja berbicara deh. aku akan mengikutinya.
Namun dari kemarin mereka gak berbicara! Gimana aku akan tahunya memanggilnya dengan bagaimana? please kak Anisa, kamu bicara dong.
semua sibuk dengan makan namun berbeda denganku, Aku malah sibuk mengurusi nama panggilan yang akan aku berikan untuk orang itu.
"Apa makanannya tak sesuai selera? " ucap Sukma lagi.
Apa dia berbicara denganku?
Aku menoleh kanan kiri, memang benar hanya aku yang tak makan. mungkin dia bertanya padaku.
"Saya menyukainya." balasku dengan senyum manis dan sedikit anggukan.
"makanlah!"
Dengan tak banyak tanya aku segera mengankat garbu dan pisau kecil untuk memotong daging yang tersedia di piringku.
Aku belum memotong dagingnya namun semua mata tertuju padaku. Ada rasa sedikit gugup namun aku berusaha untuk tetap tenang.
sorot mata mereka terlihat penasaran dan tidak sabaran. sebenarnya kenapa sih dengan tatapan mereka? apa yang ingin mereka pastikan?
Kemudian aku tak memerdulikan tatapan mereka. aku segera memotong daging itu dengan pelan dan elegan.
meskipun kedua orang tua angkatku tak merawatku, namun mereka sangat menjunjung sopan santun dan tata pandangan agar terlihat anggun. meskipun anak angkat, Dipandangan orang kami adalah keluarga. oleh karena itu aku juga mendapatkan pelajaran yang sejajar dengan Rasya, Ya itu. tatakrama dan sebagainya yang wajib keluargaku pelajari.
semua pandangan masih tertuju padaku. Aku melanjutkan dan memakannya.
rasa daging itu sangat lembut dan empuk. kemudian yang lebih penting rasanya sangat lezat. lumer di mulut.
"Bagaimana, Dianee? Rasa masakan koki kami?" Ucap Zin dengan pandangan mata berbinar binar.
kenapa semua orang melihatku begitu? Sukma juga, kenapa ekspresinya sama seperti mereka? apa dia tak menyeramkan seperti pandanganku? Jangan jangan kalo penilaian ku jelek, Dia akan mencabik cabik ku?
melihatku tetap diam, Zin melanjutkan bicara," Jadi akhir akhir ini kami ingin mengembangkan usaha produksi makanan. jadi kami memerlukan alasan yang pasti."
Oh begitu ya? pantas saja. Namun apa mereka memandangku seperti si ahli mencicipi makanan karena tadi aku hanya melihat mereka makan?
"Saya menyukai hidangan ini. sangat lezat dan tentunya lumer di mulut. juga dagingnya tak lunak. "
"Baguslah, sepertinya pandangan orang terhadap hidangan ini sangat bagus. "
Namun yang tidak kusadari, kapan datangnya para koki yang berbaris di belakang ini? memang orang kaya ya, koki keluarga ku saja hanya satu orang dan masakan dagingnya tak se lezat ini.
"Dianee, nanti kamu ikut Adam ke pembukaan anak perusahaan kami yang ke 10 ya? " sahut Sukma.
Yang ke 10? berarti sebelum ini mereka punya 9 anak perusahaan? memang sih, kabarnya setiap anak perusahaan mereka, mereka memproduksi industri yang berbeda beda. dan semua anak perusahaan berhasil memproduksi hingga terkenal di seluruh dunia. oleh karena itu,orang tua angkatku sedikit takut jika pernikahan ini tak terjadi karena bisa saja mereka akan memonopoli.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments