19. Mata Panda Anan

Pagi itu di sekolah, lalu- lalang semua murid SMA Abadi Jaya yang bergegas menuju ke kelas sudah menjadi pemandangan biasa untuk Dita.

"Hai, Ta!" sapa Anita.

"Hai, Nit." Dita balas menyapa dan tersenyum.

"PR matematika udah dikerjain?" tanya Anita seraya mengerjap-ngerjapkan kedua matanya.

"Udah. Itu kamu kenapa, ya, kedip-kedip? Kamu kelilipan apa kamu cacingan?" Dita menjentikan jari di hadapan wajah Anita.

"Ih, nggak peka nih! Ceritanya kan aku kasih kode puppy eyes gitu, biar kamu paham dan kasian gitu sama aku. Soalnya, aku mau nyontek nih. Aku bawa bika ambon satu kotak buat kamu," ucap Anita.

"Cakep! Oke deh, yuk ke kelas!" 

Saat Dita dan Anita hendak menaiki tangga, keduanya berpapasan dengan Anan dan Devon. Dita menertawai Anan karena mata pandanya.

"Jangan tawa, lu, Ta! Ini semua kan gara-gara elu, nih!" seru Anan menunjuk ke arah Dita. Pemuda itu lalu melangkah pergi bersama Devon.

"Memangnya elu diapain sama dia, Ta?" tanya Anita penasaran.

Dita mengingat kejadian semalam di rumah sakit bersama Anan.

...***...

"Kak, Ali mau pipis," pinta Ali.

Dita sudah mendengkur di kursi tunggu. Sementara ibunya pulang karena Dita dan Anan sudah menginap di sana menjaga Ali.

Anan akhirnya bangun dan berusaha mengangkat tubuh Ali agar beranjak menuju kamar mandi di ruangan itu.

"Awww! Duh, tangan Ali sakit, kak," gumam Ali.

"Iya, maaf. Udah cepet buruan kalau mau pipis!" titah Anan.

Setelah Ali selesai menuntaskan hajatnya, Anan meraih tuas kloset yang tiba-tiba berbunyi sendiri mem-flush isi toilet.

"Wah, aku baru lihat nih, keren banget!Wah, jangan-jangan alat ini pakai sensor yang kayak di Jepang ya, Kak?" tanya Ali.

"Norak, luh!" cibir Anan.

Dia mengantarkan Ali ke atas kasur. Lalu, Anan kembali ke kamar mandi untuk menyalakan keran air dan membasuh wajahnya. Saat ia mengangkat wajahnya terlihat bayangan seorang perempuan di cermin yang menyentak tubuhnya.

"Astaga! Apaan, tuh, ya?" pekik Anan yang berusaha mengusap cermin di hadapannya.

"Ah, cuma perasaan gue aja kali," gumamnya lalu membalikkan tubuhnya untuk keluar dari toilet.

Boooooooo!

Tiba-tiba, wajah seorang wanita dengan luka sayatan benda tajam menyilang terpampang mengerikan. Luka itu terbuka menunjukkan daging segarnya dan tulang pipi yang terlihat. Darah mengucur bercampur nanah menimbulkan bau anyir yang menusuk ke dalam hidung Anan.

Hantu wanita yang tak mempunyai kaki itu melayang di hadapan pemuda itu. Terlihat di bagian ujung pahanya itu hancur, mengerikan.

"Aaaaaaaaa!" Anan berteriak sekuat tenaganya dan langsung panik menuju keluar kamar mandi sampai menabrak Dita.

Semalaman tidur di ruang perawatan Ali, Dita malah terus usil menakuti Anan yang akhirnya mengalami susah tidur.

***

"Bukan salah aku ya, Nit. Habisnya dia yang minta nginep di rumah sakit gara-gara takut pulang." Dita langsung menutup mulutnya. Dia tak sengaja keceplosan.

"Maksudnya, Ta?" 

"Nit, Nit, aku belum sarapan mau nyobain bika ambonnya. Kamu juga mau nyalin PR, kan? Buruan nih nanti keburu bel masuk." Dita berhasil mengalihkan perhatian Anita.

***

Bel istirahat berbunyi.

"Ta, udah tau belum kalau Ratih hilang?" Anita menyeruput es blewah miliknya.

"Hah? Ratih hilang? Kamu kata siapa?" Dita menatap tak percaya.

"Kamu inget kan tadi pas ganti pelajaran aku izin ke toilet? Nah, aku lihat orang tuanya ke sekolah cari dia sama pihak polisi juga. Tapi, Ratih kan nggak ada di sekolah," ujar Anita.

"Apa dia kabur dari rumah?" 

"Kalau kabur dari rumah dia bawa barang-barang dia dong, Ta. Nah ini nggak, Ta."

"Siapa yang bilang?" Dita masih penasaran.

"Tadi aku telepon mami aku, katanya si mbok rumah Ratih hilang tapi misterius. Masa nggak bawa barang-barang. Makanya orang tuanya curiga Ratih diculik. Tapi sampai detik ini nggak ada tuh penculik telepon minta tebusan," kata Anita seraya bercermin dengan cermin saku untuk memastikan giginya bersih.

"Kira-kira Ratih ke mana, ya?" Dita mengetuk ujung sendok di tangannya ke dagu. 

...***...

Seminggu berlalu, Anan tampak menghindari Dita setiap dia berpapasan dengan gadis itu.

"Kenapa itu si Anan, ya? Kayak lihat hantu aja kalau ketemu kamu?" tanya Anita.

"Mungkin emang lagi liat hantu hahaha." Dita mencibir puas.

"Garing ih si Dita! Eh, gimana kabarnya Ali?" 

"Alhamdulillah udah di rumah. Tapi aku harus ke rumah sakit sekarang."

"Lho, kenapa emangnya?" tanya Anita lagi.

"Aku sekarang magang di rumah sakit. Aku harus cepet kerjanya, daripada nanti Tante Dewi suruh aku pulang ke rumahnya, beuh nanti aku malah ketemu–" 

"Dita langsung membekap mulutnya. Lagi-lagi dia selalu saja keceplosan.

"Kamu kenapa, sih?"

"Nggak kok, enggak kenapa-napa."

Dita tak sengaja menabrak pemuda bernama Yono.

"Eh, maaf ya," ucap pemuda itu.

"Aku yang harusnya minta maaf, jadi maaf ya," kata Dita.

"Kamu Anandita anak kelas 10 A, kan?" tanya Yono.

"Iya, kok kamu kenal namaku?" 

"Kamu lupa ya kemarin Bu Ningsih panggil kita buat ikut lomba cerdas cermat di SMA Sakti."

"Oh, maaf aku lupa soalnya kan ada lima anak dalam tim, jadi aku kurang sempat merhatiin," sahut Dita.

"Nama aku Yono, senang berkenalan dengan kamu." Yono mengulurkan tangannya pada Dita.

"Hai, Yono. Panggil aja aku Dita." Gadis itu membalas jabatan tangannya.

Seseorang datang dari arah belakang lalu menepuk bahu Yono.

"Yon, bokap elu ke mana? Kok, nggak masuk?" 

Suara itu sangat Dita hapal. Pemuda yang sudah seminggu ini menjauhinya, dia lah Anan. 

"Maaf, Den Anan. Bapak lagi sakit makanya nggak masuk. Nanti saya saja yang gantikan pekerjaan bapak pas pulang sekolah," tuturnya.

"Jangan panggil gue dengan sebutan Aden di sini. Panggil aja Kak apa Abang Anan, gitu," bisik Anan seraya mencengkeram bahu Yono.

"Ba-baik, Den, eh Kak Anan." 

"Yono, aku pulang duluan ya." Dita buru-buru menarik tangan Anita menjauh dari Anan.

"Hah, pulang? Bukannya tadi kamu mau ke rumah sakit, Ta?" tanya Anita menahan Dita. Dia belum berkenalan dengan Yono kala itu.

"Sssttt, nggak usah diperjelas!" bisik Dita pada Anita.

"Permisi, Den, eh Kak Anan saya mau ke ruang ekskul pramuka dulu." Tono pamit undur diri disusul oleh Anita.

Keduanya meninggalkan Anan dan Dita yang saling menatap dan terdiam sesaat. Sebenarnya, Anan sengaja menghindari Dita karena mimpinya kala itu. Muncul gambaran di pikiran Anan tentang mimpinya yang masih jelas teringat.Tanpa permisi lagi, tanpa hujan angin di tengah badai, malam itu Anan memimpikan Dita dalam edisi mimpi basahnya.

"Hiiiiii… amit amit!" Anan langsung tersadar dan bergidik. Dia segera meninggalkan Dita.

"Dih, kenapa itu bocah? Dasar aneh, dasar cowok prik!" cibir Dita dengan wajah cemberut. 

"Dita… Dita…."

Terdengar suara bisikan seseorang memanggil namanya.

"Siapa itu?" Dita menoleh ke sekeliling mencari asal suara itu.

...*****...

...Bersambung....

Terpopuler

Comments

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝓹𝓪𝓼𝓽𝓲 𝔂𝓰 𝓶𝓪𝓷𝓰𝓰𝓲𝓵 𝓽𝓾𝓱 𝓡𝓪𝓽𝓲𝓱 𝓭𝓮𝓱🤔🤔

2022-10-13

1

🦋ChaManda

🦋ChaManda

Hahaha pantes menghindar

2022-08-14

3

Fitri wardhana

Fitri wardhana

titi ma ratih manggil tuh ta!

2022-08-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!