14. Dita di Rumah Anan

"Dita makannya banyak ya tapi nggak gendut, kok bisa?" tanya Bu Mey.

"Oh, udah perawakan saya, Bu. Mama saya juga badannya kurus kayak gini," sahut Dita.

"Oh gitu, ya udah kalau gitu bekal makanan ini Ibu taro depan bareng kue tadi, ya? Non, makan aja di sini. Kalau mau nambah jangan sungkan-sungkan," ucap Bu Mey dengan melayangkan senyum ramahnya.

"Makasih banyak, Bu Mey," ucap Dita.

Di ruang tamu, Anan datang dengan wajah kusut.

"Sore, Den," sapa Bu Mey.

"Sore, Bu. Tante Dewi udah pulang, Bu?" tanya Anan.

"Nyonya Muda udah pulang kok. Tumben langsung cari Nyonya Dewi, ada perlu apa nih?"

"Nggak ada apa-apa, Bu. Dia nggak nanyain saya, kan?" tanya Anan merebahkan bokongnya sejenak di sofa.

Kuntilanak yang mengikuti Anan tadi sempat pergi menuju halaman belakang karena ingin bertemu sosok pocong yang ada di halaman belakang rumah Anan.

"Kok, Ibu kayak lihat sesuatu, ya?" gumam Bu Mey.

"Nggak, Den. Malah tadi yang nanyain Aden itu Nyonya Besar," ucap Bu Mey.

"Mami? Tumben banget inget sama anaknya."

"Aden nggak boleh gitu. Nyonya besar bilang dia nggak bisa pulang minggu ini tapi bulan depan. Soalnya Den Manan ngedrop lagi kondisinya."

"Huh, Manan lagi Manan lagi. Buatin aku mie rebus, Bu!" pinta Anan.

"Nggak berani nanti Nyonya Dewi ngomel. Udah nggak boleh ada mie instan di rumah ini. Tapi, Ibu Mey bikin mie goreng ayam yang enak, Aden mau?"

"Ya udah kalau gitu." Anan mengangguk pasrah.

Anan sempat melirik wadah bekal di tangan Ibu Mey, sempat berpikir kalau itu untuk siapa, tetapi dia tak mau ambil pusing karena sudah terlanjur kesal mendengar kabar tentang Ibu dan saudara kembarnya.

Hantu kuntilanak itu telah kembali berada di belakang Anan. Dia ingin mengikuti pemuda tampan itu sampai ke kamar. Namun, saat pemuda itu lantas menaiki anak tangga hendak menuju kamarnya, langkahnya tiba-tiba terhenti. Pemuda itu melihat sosok gadis yang dia kenal datang dari arah dapur.

"Loh, itu kan si Dita, cewek sial!" Anan hendak menghardik Dita, tetapi karena langkahnya berhenti mendadak, hantu kuntilanak yang terus mengikuti Anan menabrak punggung pemuda itu dan membuat Anan langsung berteriak. Bulu kuduknya langsung meremang.

"Duh, si ganteng kalau mau berhenti mendadak, bilang dong!" seru kuntilanak itu.

"Pergi luh! Pergi dari gue!" teriak Anan.

Teriakan Anan seraya menunjuk sosok kuntilanak itu sontak saja membuat semua penghuni rumah yang mendengarnya mendekat ke arahnya.

"Kamu kenapa sih, Nan?" Tante Dewi muncul dan bergegas karena mendengar teriakan Anan.

"PERGI! PERGI LUH DARI GUE!"

Anan terus berteriak dan menunjuk sosok kuntilanak tersebut.

"Aden kenapa, sih? Siapa yang Aden tunjuk?" tanya Bu Mey.

Anan terus berteriak dan meminta kuntilanak itu menjauh. Namun, Tante Dewi dan Bu Mey tak tahu dengan siapa Anan ketakutan.

Dita baru menyadari ada foto pemuda yang mirip Anan tergantung di dinding rumah besar itu bersama foto keluarga lainnya termasuk Tante Dewi, dan foto masa kecil Anan dan Manan.

"Astagfirullah, jadi ini rumahnya dia? Astaga, aku baru sadar pas lihat foto ini. Duh, mati aku! Yaa Allah kenapa dunia sempit banget sih? Kenapa harus ketemu dia lagi dia lagi?" keluh Dita.

Dita bergumam seraya berusaha berjalan perlahan untuk keluar dari rumah tersebut secara mengendap-endap. Namun, Ibu Mey melihatnya.

"Neng Dita mau ke mana? Ini bekalnya belum dibawa!" seru Bu Mey.

"Aduh! Kenapa harus ketauan sih?" gumam Dita. Dia masih berusaha tak menghentikan langkahnya.

"Ta, kuenya kenapa nggak dibawa? Ketinggalan tuh di sana!" Kali ini gantian Tante Dewi yang berseru memanggilnya.

Kali ini Dita tak bisa berkutik. Dia menoleh ke arah Tante Dewi dan Ibu Mey. Bersamaan dengan itu, kedua pasang mata Anan sudah menangkap keberadaannya. Pemuda itu menatap dengan perasaan marah.

"Heh, Elo rupanya ada di sini! Ini semua gara-gara elo tau nggak!" Anan menunjuk ke arah Dita dengan tudingan kasar.

"Heh, Nan? Kamu apa-apaan sih? Memangnya kamu sama Dita udah saling kenal?" tanya Tante Dewi.

"Sebenarnya aku nggak mau kenal sama dia, Tante. Dia itu biang kerok dan biang sial di sekolah aku, Tante. Dia itu yang buat aku diikutin sama setan!" tegas Anan berucap seraya menunjuk Dita yang hanya bisa terdiam dan menunduk.

"Apa kamu bilang? Kamu diikuti sama setan? Hahaha... Kepala kamu kepentok di mana sih? Ada-ada aja hari gini masih percaya setan," cibir Tante Dewi menertawai Anan.

"Hahaha, iya ya Tante. Dia aneh banget, aneh aja dia hari gini percaya sama setan. Ini siapanya Tante, ya? Kok nggak mirip? Tante kan cantik masa dia kayak –"

Dita menghentikan ucapannya kala melihat Anan yang semakin melotot.

"Heh, jangan bohong ya! Mbah Marjan yang buka mata batin gue, dan kuntilanak itu bilang kalau elu yang nyuruh dia ngikutin gue, iya kan?" tuding Anan.

"Anan! Kamu apa-apaan sih? Ngapain kamu bentak- bentak Dita. Tante juga heran sejak kapan kamu main sama mbah mbah tadi, hah? Dia seorang dukun gitu? Kamu percaya jadinya sama dukun?" tanya Tante Dewi sambil bertolak pinggang.

"Tapi, Tante... gini deh kalau Tante nggak percaya tanya aja sama itu kuntilanak!" ucap Anan.

Anan menunjuk ke arah hantu perempuan di samping kirinya. Namun, Tante Dewi dan Ibu Mey tidak melihat apapun di sana. Hal itu menjadi ajang kesempatan buat Dita berbohong dan meledek Anan.

"Aden lihat apa, sih?" tanya Bu Mey.

"Iya, Bu, saya juga heran dia lihat apa? Jangan-jangan dia kepentok kepalanya, terus ngigo nggak jelas dan jangan-jangan stres dan sakit jiwa, ihhhh serem," ucap Dita menahan tawanya.

Karena biar bagaimanapun juga, ada tawa kepuasan di dalam hati Dita kala sukses mengerjai Anan kala itu.

"Udah biarin aja, Ta. Kamu cepat pulang sana soalnya udah mau magrib mending kamu pulang sekarang. Diantar sama sopir saya aja, ya?" tanya Tante Dewi menawarkan.

"Nggak usah Tante. Aku pulang naik angkot aja soalnya udah biasa," jawab Dita.

"Udah pokoknya nurut sama Tante. Mari Tante antar sampai depan. Dan kamu Anan, kamu masuk aja ke kamar kamu dan hentikan semua omong kosong kamu itu!" timah Tante Dewi.

Anan tak bisa berkutik kala melihat sorot mata tajam dari tantenya itu. Pemuda itu akhirnya menurut. Namun, dalam hatinya dia masih tak terima telah dipermalukan oleh Dita di depan tantenya. Dia akan membalas dendam pada gadis itu.

...*****...

...Bersambung. ...

Terpopuler

Comments

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝓐𝓷𝓪𝓷 𝓶𝓪𝓱 𝓶𝓪𝓻𝓪𝓱" 𝓪𝓳𝓪 𝓴𝓮𝓻𝓳𝓪𝓪𝓷𝓷𝔂𝓪👎👎👎

2022-10-13

1

Fitri wardhana

Fitri wardhana

wah wah wah,mw blz dendam toh😆

2022-08-11

1

Victorina Ratna

Victorina Ratna

jamgan matah marah anan nanti jatuh cinta

2022-08-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!