15. Anan Menghadang Dita

Dita pamit dari rumah besar keluarga Arjuna. Gadis itu memilih menaiki angkot warna biru menuju ke halte busway. Lalu, dia akan naik busway menuju ke rumah sakit. Padahal ibunya sudah memintanya untuk pulang saja setelah selesai dari rumah Tante Dewi. Namun, Dita memilih ingin menemani ibunya menjaga Ali di rumah sakit.

Dita meminta pada seorang wanita yang mengenakan jilbab warna cokelat Untuk bergeser tempat duduk. 

"Maaf, Bu, bisa geser sedikit," pinta Dita.

"Iya, Neng, bisa kok." Wanita itu tersenyum lalu menggeser bokongnya ke arah kiri.

"Makasih, Bu," ucap Dita. 

Pandangan mata Dita terarah pada sosok anak lelaki di dekat ibu tadi. Di samping ibu itu, ada sosok anak lelaki yang terus memegangi kaki ibu berjilbab itu. Tadinya Dita mau menyapa, tetapi saat dia sadar kalau tempurung anak tadi berongga dan memperlihatkan lelehan otak serta darah masih mengucur, Dita langsung tertegun dan pura-pura tak melihat.

'Duh, jangan lihat please, jangan lihat ke aku,' batin Dita. 

Namun, permohonan Dita telat, anak itu sudah menoleh ke arahnya. Anak itu tertawa menyeringai dan hendak mendekat ke arah Dita dengan menyeret bokongnya.

"Duh…."

Tiba-tiba, mobil angkutan umum itu berhenti mendadak sampai membuat seluruh penumpang kehilangan kendali dan berteriak. 

"Pak sopir kenapa, sih? Kalau bawa mobil apalagi ngangkut manusia begini, harusnya hati-hati dong, Pak!" protes Dita.

Hantu anak kecil itu sampai jatuh dan tergeletak di kakinya. Dita berusaha bergeser bahkan berpindah tempat duduk saja untuk menghindar. 

"Maaf, Neng. Ada mobil yang berhenti mendadak di depan saya. Kayak mau jegat saya gitu. Jangan-jangan dia mau begal lagi," ucap sang sopir.

"Mengigau kau, Pak! Masa iya mobil bagus begitu mau begal sopir angkot macam kau!" Seorang pria dengan perut buncit dan rambut gondrong yang duduk di samping pak sopir menepuk bahu sopir itu.

"Hehehe, ya kali aja mau ngajak tukeran," kelakar si sopir.

Dita lalu melihat sebuah sedan BMW X6 warna hitam sedang menghadang mobil angkutan umum yang dia tumpangi. Sosok seorang pria muda nan tampan turun dari mobil tersebut. Dita mengenalnya.

"Lha, itu kan Anan, mau ngapain dia ke sini?" Dita menatap tak percaya sampai mengucek kedua matanya.

Anan menggebrak sisi mobil angkutan umum yang ditaiki Dita. Hal itu, sempat membuat Dita terkejut dan penumpang di samping Dita latah.

"Turun luh, Ta! Gue tau elu ada di dalam!" Anan sempat menggebrak kap mobil angkot tersebut lalu mencari keberadaan Dita.

Anan langsung mencari Dita di pintu angkot tersebut. Sementara itu, Dita berusaha menyembunyikan wajahnya dengan menunduk dan menutupnya dengan rambut yang dia urai ke depan wajah, tetapi tetap saja dia ditemukan oleh Anan.

"Jangan lihat, jangan lihat. Pait, pait, pait," lirih Dita.

"Sini luh turun!" seru Anan menarik tangan Dita.

"Eh, ada Anan. Halo, apa kabar?" Dita meringis dan menunjukkan tatapan yang konyol.

Anan langsung menarik paksa Dita kala itu, meskipun sebelumnya dia sempat tersentak oleh keberadaan hantu anak kecil di dalam angkot.

"Eh, mau dibawa ke mana si Neng nya? Belum bayar itu!" seru sang sopir.

Anan langsung meraih selembar uang lima puluh ribu dan memberikannya pada sang sopir.

"Cukup?" tanya Anan.

"Ini sih masih kembali, Mas," jawab sang sopir.

"Ambil aja kembalinya, Pak!" Anan menyeret tangan Dita menuju ke dalam mobilnya. 

"Wah, makasih banyak, Mas! Sering-sering aja begini. Seru sopir angkot itu seraya melaju pergi.

"Lepasin aku, Nan! Aku bakalan teriak nih kalau kamu mau culik aku," rengek Dita.

"Nggak ada yang peduli, Ta! Lagian ya, mana ada yang bakalan percaya kalau ada penculik seganteng gue?!" Anan menyibak rambut hitamnya ke belakang ala drama korea yang kerap ditonton Tante Dewi.

"Dih, narsis banget! Ih, amit-amit jangan sampe punya suami kayak gini," keluh Dita.

"Ah, bawel luh! Buruan masuk!" Anan mendorong Dita untuk masuk dan duduk di kursi kedua dalam mobilnya. 

Namun, tak lama kemudian dia menarik tangan Dita keluar.

"Eh, turun turun! Duduk di depan aja! Kalau elu duduk di situ, nanti gue dikira sopir luh!" seru Anan meminta Dita pindah.

"Dih, nggak jelas banget jadi cowok. Sebenarnya aku mau dibawa ke mana, sih?" tanya Dita tak mengerti.

"Ke sekolah!" sahut Anan mulai menyalakan mesin.

"Hah? Ke sekolah? Mau ngapain?" tanya Dita.

"Mau jualan pecel lele!" sahut Anan asal.

"Anan! Aku serius, nih! Kita mau ngapain ke sekolah?!" tanya Dita.

"Udah sih diem aja, bawel luh!" cibir Anan.

Setelah Dita masuk ke dalam mobil Anan, pemuda itu lantas melajukan mobilnya ke sekolah. Keheningan tercipta kala itu. Dita memilin ujung tali tas yang dia kenakan. Bingung harus berkata apa.

Dalam perjalanan, Anan melirik sosok kuntilanak yang duduk di kursi kedua dari kaca spion. Apalagi, hantu perempuan itu terus saja bersenandung sedari tadi.

"Elu ngaku deh sama gue, Ta! Elu  yang kirim dia kan buat nakutin gue?!" tanya Anan dengan lirikan tajam.

Dita tersenyum lalu menoleh pada hantu perempuan di kursi belakang mobil Anan.

"Hai, Tante Silla!" sapa Dita dengan lambaian tangan.

"Hai, Dita!" Kuntilanak itu menyapa balik seraya tertawa cekikikan.

"Tuh kan, elu bisa lihat dia! Mana udah kenal lagi. Elu pasti sengaja kan mau nakutin gue dan meneror gue?" Anan sampai menghentikan laju mobilnya secara mendadak. Untung saja kendaraan saat itu masih lenggang dan dia sedang berada di tepi jalan.

"Duh, ini mulut pakai keceplosan lagi." Dita menepuk pelan bibir mungilnya.

Anan semakin tajam menatap Dita kala itu. Kegeraman jelas terpancar di wajah tampan Anan. Dia sangat marah dan menakutkan. Lebih menakutkan dari hantu kuntilanak itu kalau menurut Dita.

Anan masih menatap Dita dengan tatapan tajam. Suara azan magrib terdengar tak jauh dari tempat mereka berada.

"Denger nggak, Nan?" tanya Dita mencoba mengalihkan perhatian Anan.

"Denger apaan? Suara kuntilanak?"

"Heh, itu suara azan tau! Aku mau solat magrib dulu," pinta Dita.

"Tapi bilang dulu sama gue kalau elu bisa lihat itu kunti, iya kan?" Anan menunjuk ke kursi belakangnya.

"Iya iya iya, aku bisa lihat itu kunti, puas?! Sekarang izinin aku solat magrib dulu," tegas Dita berucap.

"Kalau gue izinin elu keluar dari sini, nanti elu pasti habis ini mau kabur, iya kan?" tuding Anan.

"Astagfirullah! Waktu magrib itu pendek, Nan. Makanya aku mau buru-buru solat. Ya udah sekarang kita berhenti di masjid atau musola. Terus kita solat jamaah kalau perlu. Aku nggak akan kabur." Dita yang gantian menatap Anan tajam dan sempat membuat pemuda itu ciut juga.

"Tapi…."

...*****...

...Bersambung....

Terpopuler

Comments

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝓐𝓷𝓪𝓷 𝔂𝓰 𝓫𝓪𝓲𝓴 𝓭𝓸𝓷𝓴 𝓼𝓪𝓶𝓪 𝓓𝓲𝓽𝓪😏😏😏

2022-10-13

1

Mami Mara

Mami Mara

benci dan cinta itu beda tipis, setipis dompet klo tgl tua 😂😂😂

2022-09-08

1

Fitri wardhana

Fitri wardhana

heran ni org pda ogah2 an mulu😅😅😉🤭

2022-08-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!