13. Perintah Mbah Marjan

"Nak Anan! Tolong mulutnya dijaga, sopan sedikit ya!" pinta Mbah Marjan.

"Berisik luh!" Devon langsung menutup mulutnya Anan dengan kedua tangannya.

"Fuahh! Asin tanganluh. Mana bau lagi agak asem," protes Anan yang mencoba melepas tangan Devon dari bibirnya.

"Masa sih?" Devon mengendus tangan kanannya, "oh iya lupa gue tadi habis garus ketek, gatel soalnya hehehe."

"Sompret!" Anan menyikut bahu Devon.

"Yang sopan Anan!" Devon menatapnya tajam.

"I-iya, iya maafkan saya, Mbah. Tapi tolong buat dia pergi dari saya," rengek Anan akhirnya.

Menghela napas sejenak lalu Mbah Marjan buka suara, "Oke baiklah. Nah, anak wedok ku yang cantik, kamu sebaiknya pergi ya, Ndok. Atau nanti saya bakar kamu terus hilang. Apa kamu mau?"

"Eh, jangan Mbah, jangan! Saya nggak mau, Mbah, jangan bakar saya! Oke, saya mau pergi, tapi ada syaratnya. Saya maunya pulang dianterin sama dia. Terus dia yang bilang sama anak perempuan itu supaya jangan buat saya ngikutin dia lagi, syaratnya cuma itu biar saya bisa lepas dari dia," ucap hantu kuntilanak itu.

"Oh begitu toh. Terus siapa nama anak perempuan itu?" tanya Mbah Marjan.

"Ummm… dia anak baru di sekolah. Kalau nggak salah namanya Anandita," jawab kuntilanak itu.

Anan bangkit berdiri dan menuding ke arah hantu perempuan itu .

"Apa?! Gue nggak salah denger kan? Elu bilang cewek itu namanya Anandita? Si Dita cewek sial itu?! Hadeh ... jadi dia yang nyumpahin gue biar diikuti sama elu? Wah, parah ini cewek harus dikasih pelaja–"

"Ehm ehm, bisa tenang sedikit Nak Anan!" potong Mbah Marjan.

"Ma-maaf, Mbah," ucap Anan kembali berjongkok dan bersembunyi. 

"Anan sama Devon duduk sini!" pinta Mbah Marjan.

"Nggak mau Mbah, takut!" sahut Anan.

"Nggak apa-apa, kalian duduk sini. Wong dia udah jinak kok," ucap Mbah Marjan seraya terkekeh. 

Anan dan Devon saling melihat satu sama lain lalu duduk di sofa di hadapan sang kuntilanak. Devon mulai bersikap santai dan tenang. Hanya Anan yang masih berusaha menghindari tatapan kuntilanak itu. 

"Begini ya Nak Anan. Justru kamu harus hati-hati sama anak perempuan itu. Kalau dia punya kemampuan bisa buat si anak wedok cantik ini mengikuti kamu, berarti dia punya kemampuan gaib yang entah dia sadari atau tidak. Hmmm ... saya kok jadi penasaran mau bertemu dengan anak ini," jelas Mbah Marjan.

"Jangan sampai ketemu Mbah, nanti bikin sial," sahut Anan.

"Elu ngomongin Dita temennya Anita, ya? Bukannya dia cakep, Nan? Sama cakepnya sama Anita. Gue sih mau banget digangguin dia," kata Devon sumringah.

"Huh, dasar buaya buntung! Kambing dikasih full make up juga elu bilang cakep juga sih!" cibir Anan seraya meraup wajah Devon dengan kesal.

"Jadi, masalahnya beres ya? Mbak Kunti ini sudah mau pulang asal kamu antar bersama perempuan yang bernama Dita tadi. Nah, silakan lakukan pembayaran sama istri saya. Nanti dia yang rinci biayanya dan kasih nomor rekeningnya. Pakai e wallet juga bisa, hahaha." Mbah Marjan menunjuk istrinya yang datang membawakan beberapa cemilan ke atas meja tamu itu.

"Wuidih, Mbah Marjan makin kekinian pembayarannya," ucap Devon.

"Iya dong, Mbah juga main kripto. Ayo silakan dicicipi makanannya!" ucap Mbah Marjan.

"Makanan buat saya ada, Mbah?" tanya kuntilanak itu.

"Ada, minta kantil sama menyan di belakang rumah sana!" ucap Mbah Marjan.

"Asik, hihihihi!" Hantu perempuan itu melayang pergi.

Devon memegang tengkuknya karena merasakan hawa merinding kala kuntilanak itu tertawa.

Sementara itu, Anan masih saja merenung sampai mengacak-acak rambutnya sendiri dengan kesal.

"Hadeh, kenapa juga gue harus berurusan sama Dita," keluhnya.

...***...

Di rumah besar keluarga Arjuna.

Dita pulang ke rumah besar tersebut bersama Tante Dewi untuk mengerjakan laporan data pasien yang baru. Wanita itu memilih mengajak Dita pulang ke rumah ketimbang berada di rumah sakit. Tante Dewi merasa kakinya agak terkilir dan ingin mendapat pijatan dari Bu Mey, asisten rumah tangganya.

Tak lama kemudian, tugas Dita sudah selesai pukul setengah enam sore itu. Dia lalu membantu tugas seorang pelayan di rumah besar tersebut. Pelayan bernama Yaya itu merapikan taman kecil di belakang rumah.

"Non, ngapain ke sini?" tanya Yaya.

"Iseng, Mbak. Sini aku bantuin," pinta Dita yang ingin meraih selang air sementara Yaya sedang memegang gunting memotong daun yang jelek.

"Eh, jangan Non! Non Dita kan tamu di sini. Nanti saya diomelin Nyonya Dewi," tukasnya.

"Saya bukan tamu, kok. Saya bekerja juga untuknya. Udah sini saya bantuin!" pinta Dita.

"Dita! Sini!" Tante Dewi memanggil.

"Tuh, dipanggil sama Nyonya," ucap Yaya.

"Oke deh, dah Mbak Yaya." Dita lalu menghampiri Tante Dewi.

Namun, langkahnya sempat terhenti kalq melihat sosok pocong berdiri di balik pohon mangga tak jauh dari halaman belakang. Sesekali pocong berwajah hitam itu mengintip.

"Duh, cuekin aja Ta," gumamnya.

"Ta, nanti kalau pulang bawa kue ini ya buat keluarga kamu. Tante mau mandi dulu gerah nih habis dipijet. Oh iya kalau mau makan, Ibu Mey udah siapkan makanan buat kamu," ujar Tante Dewi lalu bangkit menuju kamarnya.

"Makasih, Tante!" seru Dita.

Sebuah kotak berisi kue shifon cokelat diserahkan pada Dita dari tangan Ibu Mey.

"Makasih, Bu Mey," ucap Dita.

"Ayo ikut ibu! Neng Dita makan dulu, yuk!" ajak Bu Mey.

"Wah, makasih ya Bu." Dita mengikuti Bu Mey menuju dapur.

Sekilas dia sempat melihat seorang wanita yang memakai baju adat jawa dengan selendang layaknya penari, sedang melayang sambil berlenggak-lenggok masuk ke sebuah kamar.

"Non, kok bengong? Hayo ikut!" tegur Bu Mey menepuk bahu Dita.

"I-iya, Bu."

Keduanya lalu melangkah menuju ke dapur. Saat Dita sedang menyantap makanan mie goreng ayam, rendang daging saping, dan sayur sop itu, Bu Mey sedang menyiapkan makan malam dalam wadah bekal untuk Dita. Ibunya sibuk mengurus Ali yang masih dirawat di rumah sakit, oleh karena itu Dita pasti sendirian di rumah dan tak ada makanan, pikir Bu Mey.

"Nanti yang ini dibawa pulang ya. Ini daging rendang sama mie gorengnya. Non Dita bisa taro kulkas buat besok diangetin lagi," ucap Bu Mey.

"Panggil Dita aja, Bu. Jangan pakai Non," sahut Dita dengan kunyahan mulut yang penuh.

Bu Mey sampai terheran-heran dengan porsi makan Dita yang besar. Namun, tubuh gadis itu malah terlihat kurus. Sempat melirik ke perut Dita memastikan buncit apa tidak. Nyatanya perut Dita kecil dan ramping.

"Dita makannya banyak ya tapi nggak gendut, kok bisa?" tanya Bu Mey seraya terkekeh.

...*****...

...Bersambung....

Terpopuler

Comments

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝓓𝓲𝓽𝓪 𝓹𝓪𝓼𝓽𝓲 𝓫𝓪𝓴𝓪𝓵 𝓫𝓮𝓻𝓾𝓻𝓾𝓼𝓪𝓷 𝓵𝓰 𝓼𝓪𝓶𝓪 𝓐𝓷𝓪𝓴 𝓷𝓲𝓱😏😏😏😏😏😏

2022-10-13

1

Fitri wardhana

Fitri wardhana

siapa yg mkan dikit tpi gendut???AKU🤭

2022-08-11

2

Bambang Setyo

Bambang Setyo

Jangan galak2 sama dita nan nanti kamu gak ditolongin mulangin mba kun loh

2022-07-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!