8. Sial

Saat pulang sekolah, Dita melihat seorang Anan yang tampak ketakutan saat menuju mobilnya. Pemuda itu sebenarnya ingin membawa motor sendiri ke sekolah, tetapi Tante Dewi belum mengizinkannya. Dia tak ingin Anan mengendarai motor karena belum berusia tujuh belas tahun. Anan juga belum memiliki SIM. Sehingga, Tante Dewi menyewa seorang sopir untuk mengantar jemput Anan ke sekolah. Dita juga menahan tawa kala melihat sosok kuntilanak masih mengikuti Anan.

"Sukurin loh, emangnya enak diikutin sama kuntilanak, hihihi," gumam Dita berusaha untuk setenang mungkin.

"Ta, pulang bareng aku aja, Yuk!" ajak Anita lagi-lagi mengejutkan Dita karena kerap datang tiba-tiba. 

"Astagfirullah! Aku pikir hantu," sahut Dita.

"Ih, si Dita mah tega banget. Masa makhluk Tuhan yang paling seksi ini kamu bilang hantu, huh!"

"Ya kali, Nit, hehehe."

"Ikut aku aja, yuk! Aku mau ke toko buku, jadi temenin aku, ya?" pinta Anita dengan tatapan memelas.

"Ya udah kalau gitu. Aku minta izin dulu sama ibuku, ya." 

Dita lalu mengeluarkan ponsel dengan model keluaran lama. Hal itu sempat membuat Anita terkekeh.

"Maaf ya, Ta, bukannya aku mau nyindir. Tapi hari gini, masa masih pakai hape kayak gitu," ucap Anita.

"Aku kan bukan orang kaya kayak kamu," sahut Dita. 

Dita sempat menunduk dan menahan jarinya untuk menghubungi ibunya. Anita merasakan kesedihan dan menjadi tak enak karena telah menyinggung sahabat barunya itu.

"Maafin aku ya, Ta. Aku nggak maksud buat menghina kamu," ucap Anita.

"Nggak apa, Nit. Lain kali jangan ulangi, ya," pinta Dita.

"Iya, Ta. Eh, tapi jadi kan nemenin aku cari buku?" tanya Anita.

"Baiklah, baiklah. Tapi aku telepon ibu aku dulu ya," pinta Dita lalu menghubungi ibunya untuk meminta izin.

***

Dita dan Anita sampai di sebuah mall bernama Mall Pelangi.

"Yuk, toko bukunya ada di lantai dua!" ajak Anita seraya menggandeng tangannya Dita.

Tiba-tiba, mereka bertemu dengan Ferdian. Pemuda itu memakai jaket baseball warna putih hitam dan celana seragam kotak-kotak sekolah.

"Hai, kalian anak SMA Abadi Jaya, kan?" tanyanya saat mendekat.

"Hai, Kak Ferdi! Iya kita anak sana. Kakak sendirian aja di sini?" tanya Anita seraya melayangkan senyum tercantik dan termanis yang dia punya.

"Halo, Kak!" sapa Dita.

"Halo juga. Aku emang sendiri di sini. Kalian mau nemenin, nggak?" tanya Ferdian.

"Haha, bisa aja minta ditemenin. Ya boleh banget lah!" seru Anita.

"Kalian mau ke mana?" tanya Ferdian.

"Mau ke toko buku, Kak," kata Anita antusias.

"Wah, kebetulan. Aku juga mau ke sana. Ayo, bareng!" ajak Ferdian.

Tak jauh dari tempat mereka berdiri, Dita melihat Anan sedang bergandengan dengan seorang gadis yang memiliki wajah keturunan bule.

"Ayo, Ta!" ajak Anita. 

Namun, Dita tak juga bergeming. Dia masih penasaran dengan gadis cantik yang menggandeng tangan Anan dengan mesra.

"Ta, ayo!" bentak Anita.

"I-iya." 

"Nanti habis dari toko buku, kita makan dulu ya, Ta," pinta Anita.

Dita merasa tak membawa uang untuk membeli makanan. Apalagi di dalam mall itu harga makanan cukup mahal baginya. Akhirnya dia menolak secara halus.

"Aku nggak lapar, Nit. Aku nemenin kamu aja buat makan," sahut Dita. 

Namun, suara perut Dita yang kelaparan meraung dan membuat Anita serta Ferdian menahan tawa.

"Itu kamu lapar, Ta," ucap Anita.

"Aku nggak bawa uang, Nit."

"Tenang aja sih, nanti aku yang traktir," ucap Anita.

"Jangan, Nit! Aku makannya banyak tau." 

"Aku aja yang traktir kalau begitu," sahut Ferdian melukiskan senyum hangat yang rupawan di wajahnya.

Dita terpesona melihat senyum Ferdian yang makin membuatnya manis. Anak pengusaha di bidang otomotif itu memang baik hati, ramah tamah, tidak sombong, serta tidak pelit. Pastinya pemuda itu juga suka menabung. Dita akhirnya mengangguk menerima tawaran Ferdian.

*** A few moment later ***

Setelah mendapat buku novel dan komik yang Anita mau, begitu juga dengan komik yang dicari Ferdian, ketiganya menuju ke sebuah restoran cepat saji.

"Aku nggak tega kalau makan di sini. Aku inget ibuku sama Ali," ucap Dita.

"Tenang aja, nanti bungkus buat mereka juga. Aku yang bayar," bisik Anita.

"Makasih banyak ya, Nit." Dita memeluk Anita dari samping.

Tiba-tiba, Dita melihat sosok perempuan yang sedang menangis dengan dress warna merah yang panjangnya sampai lutut. Belahan di bagian paha kiri membuat dress yang dia kenakan tampak seksi.

Sosok perempuan itu menoleh ke arah Dita. Dari mata perempuan itu terlihat mengeluarkan tetesan air mata darah. Di bagian leher wanita itu terdengar seperti tulang yang patah dan berbunyi saat dia memiringkan ke kanan dan kiri. 

Dita yang melihat kaki wanita itu yang tadinya mulus, jadi berubah menyeramkan dengan urat hijau menonjol yang terlihat di kaki jenjang nya.

Perempuan itu tersenyum menyeringai pada Dita.

"Ya Allah, serem dah ini," gumam Dita.

"Ta, kok bengong?" Anita menepuk bahu Dita dan menyentak gadis itu.

"Eh, anu, ummmm bukan apa-apa, Nit." Dita mencoba untuk tak memperhatikan sosok hantu perempuan tersebut.

"Kalian pilih tempat duduk biar aku yang pesan," ucap Ferdian.

"Oke, Kak," sahut Anita.

"Aku ke toilet dulu, ya," ucap Dita.

"Mau aku temenin, nggak?" Anita menawarkan diri.

"Nggak usah, Nit. Kamu cari tempat duduk aja buat kita."

Dita melenggang menuju ke kamar mandi pengunjung perempuan. Sosok hantu perempuan yang menyeramkan tadi masih mengikutinya.

"Kau bisa melihatku, kan?" tanya hantu perempuan itu.

Dita pura-pura tak mendengarkan dan makin mempercepat langkahnya.

"Aku yakin kau bisa melihatku?" Hantu perempuan itu masih bersikeras.

"Dita masih diam dan masuk ke salah satu bilik toilet tersebut. Dia menutup paksa pintu toilet sampai tangan hantu itu terjepit.

"Awww! Sial! Kenapa perempuan ini bisa menyakiti aku? Aku yakin dia bisa melihatku kalau seperti ini," gumam hantu perempuan itu.

"Aku tahu kau bisa melihatku jadi jangan berbohong atau aku ikuti dirimu sampai rumah," ancamnya.

"Mana mungkin bisa. Batas gentayangan kamu hanya di mall ini, kan?" Dita yang keceplosan langsung menutup mulutnya.

"Nah kan, kau bisa melihatku! Kenapa kau bisa tahu batasan untuk para hantu bergentayangan?" tudingnya.

"Huffhh, baiklah baiklah. Rata-rata para hantu punya batasan wilayah gentayanga masing-masing. Kecuali para hantu pro. Dan aku yakin kamu hantu baru makanya masih nangis aja," ucap Dita.

"Huhuhu... aku memang hantu baru. Aku tak percaya aku harus meninggal pas aku sedang mengikuti audisi. Aku bertemu dengan hantu perempuan yang mati bunuh diri. Dia bilang aku akan menggantikannya di sini karena dijadikan tumbal oleh pihak mall," jelasnya.

"Lalu, setelah kamu mati dia yang pergi menghilang dengan tenang, begitu?" tanya Dita yang malah keasikan mengobrol dengan hantu tersebut.

"Iya. Tapi aku jadi kesel kan. Harusnya aku main sinetron sekarang pas ikut audisi di sini. Tapi mendadak kemudian aku terkena serangan jantung dan tewas seketika kata mereka, huhuhu."

Tangisnya malah mengeluarkan darah dan membuat Dita mundur.

...*****...

...Bersambung...

Terpopuler

Comments

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝓳𝓭 𝓷𝓰𝓪𝓴𝓪𝓴 𝓴𝓪𝓻𝓷𝓪 𝓭𝓮𝓷𝓰𝓮𝓻 𝓬𝓾𝓻𝓱𝓪𝓽𝓪𝓷 𝓼𝓲 𝓱𝓪𝓷𝓽𝓾🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2022-10-13

1

🦋ChaManda

🦋ChaManda

malah curhat kuntilanak nya

2022-08-14

1

Fitri wardhana

Fitri wardhana

aku mw kaya dita makan bnyak tapi gk gendut,klo aku mkan dikit tetep gendut pdahl dlu aku langsing😆

2022-08-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!