3. Dita dan Anan Bertemu

Dita selesai mengambil wudu, tiba-tiba tirai jendela di dapurnya terbuka. Gadis itu melangkah mendekat untuk menutupnya. Sontak saja Dita sempat mengucap istigfar ketika melihat wajah pucat milik sosok kuntilanak sedang menatapnya datar. Kedua mata itu menghitam. Hantu perempuan itu terus menerus menyisir rambutnya yang panjang sampai menyusuri tanah dan acak-acakan.

"Ngapain Mbak Kun di situ? Mau ikut solat tahajud?" tanya Dita.

Kuntilanak itu menggelengkan kepalanya.

"Kirain tobat mau ikut solat," ucap Dita lalu menutup tirai jendela itu.

Sosok kuntilanak itu lantas tertawa melengking dengan suara cekikikan yang khas. Hantu perempuan itu melayang pergi.

...***...

Di hari minggu yang cerah, Dita membantu sang ibu menjajakan kue tradisional di Pasar Cempaka. Dagangan kue tersebut laris manis dan banyak digemari masyarakat sekitar. Selain rasa kue yang enak, para pemuda juga kerap datang untuk menggoda Dita. Beberapa pria dewasa juga kerap menggoda sang ibu karena paras wanita itu masih terlihat ayu, meskipun usianya tak lagi muda.

"Nan, nanti kirim seratus kue pisang sama seratus risoles ke Rumah Sakit Keluarga, ya. Soalnya mau ada syukuran di sana," ucap Bu Indah seraya merapikan uang penjualan yang sudah terkumpul hari itu.

"Oh, rumah sakit yang baru dibangun itu ya, Bu? Ya udah nanti Anan antar. Ibu siapin aja kuenya," jawab Dita sembari melayani pembeli.

"Ali ikut ya, Kak, boleh ya?" Ali yang sedari tadi duduk seraya mengerjakan pekerjaan rumah dari sekolahnya itu bangkit mendekati Dita.

"Hmmm … perasaan Kakak nggak enak nih," ucap Dita.

"Hehehe, Ali lagi pengen makan bakso pentol yang jualan di seberang rumah sakit itu, Kak." Anak itu meringis memperlihatkan giginya yang renggang.

"Ali di sini aja sama Ibu." Bu Indah menyela sambil mempersiapkan kotak kardus yang mau dia isi dengan kue pesanan.

"Tapi Ali mau ikut, Bu. Boleh ya Kak Anan, Ali boleh ikut, ya?"

Rengekan anak kecil dengan tipe khas suara cadel itu terus saja terngiang seraya menarik ujung kaus kakak perempuannya.

"Duh, jangan ditarik terus, Dek! Nanti kaus Kakak melar," sahut Dita.

"Pokoknya Ali mau ikut. Nanti Ali bantuin deh," ucap bocah itu dengan tatapan mautnya yang mengiba.

"Hadeh, Ali di sini aja nemenin Ibu. Nanti pas pulang dari sana Kakak beliin. Janji deh asal kamu diam tenang di sini dan bantuin ibu," tegas Dita.

"Ya udah deh. Tapi janji ya bawain bakso pentol sama es krim."

"Loh, kenapa jadi nambah es krim?"

"Nggak mau tau pokokny bawa bakso sama es krim, atau Ali ikut nih," ucapnya.

"Dih, maksa banget! Oke oke oke, adik Kakak yang paling ganteng tapi bawel." Dita mencubit ujung hidung Ali dengan gemas.

Dita lalu meraih dua kardus berisi kue. Dia akan menyewa sebuah becak menuju ke rumah sakit. Sementara itu, ponsel Bu Indah berdering.

"Halo, Ibu penjual kue ya? Nanti keponakan saya mau ambil kuenya ya ke sana." Suara Tante Dewi terdengar dari dalam ponsel milik Bu Indah.

"Waduh! Anak saya baru aja pergi antar kue ke rumah sakitnya, Bu."

"Naik apa dia ke rumah sakit? Bisa dihubungi nggak, Bu? Soalnya keponakan saya udah terlanjur jalan," ucap Tante Dewi.

"Saya coba ya, Bu." Bu Indah mematikan sambungan ponselnya.

Namun, saat dia hendak menghubungi Dita, rupanya dia kehabisan pulsa dan akhirnya tak bisa menghubungi putrinya.

Sementara itu, Anan sudah tiba di area parkir Pasar Cempaka.

"Mana sih yang jualan kue? Rese banget nih si tante pakek nyuruh gue lagi. Mana si Nadia nelpon gue mulu suruh jemput. Hadeh, dia kan harusnya tahu kalau gue pindah sekolah."

Anan meletakkan motor Kawasaki Ninja 250 warna merahnya dengan sembarangan. Motor itu sampai jatuh ke arah samping becak yang baru saja dipesan dan ditumpangi oleh Dita.

"Aduh, ini kenapa nih? Duh, motor siapa lagi ini sembarangan aja!" Dita sampai memaki karena terantuk setang motor milik Anan.

"Heh, Pak! Kalau naro mobil kayunya jangan sembarangan gini dong!" seru Anan sambil memukul atap becak tersebut.

Dia lalu bersusah payah saat mengangkat sepeda motornya.

"Maaf, Mas, harusnya saya yang marah kenapa Mas nya main taro motor sembarangan," ucap pemilik becak yang merupakan pria paruh baya itu.

"Loh, kenapa jadi gue yang salah?! Mahalan motor gue dari pada mobil kayu lu, Pak! Mikir dong harusnya!" seru Anan.

"Ih, nyebelin banget sih! Jelas-jelas situ yang salah malah nyalahin orang! Mana pake bentak-bentak orang tua lagi!" Dita keluar dari dalam becak seraya bertolak pinggang. Gadis itu menatap Anan dengan tajam.

"Lah, kenapa jadi elu yang ngotot?" Anan balik menantang Dita.

Sejurus kemudian, adu mulut antara Anan dan Dita terjadi. Anan sampai membuat becak itu jatuh ke samping dan membuat kue-kue milik Dita jatuh berserakan. Dengan gemas, Dita menjambak rambut Anan.

Perkelahian antara Anan dan Dita akhirnya berhasil diredam setelah Tante Dewi dan Bu Indah tiba di kantor polisi sektor yang berada tak jauh dari Pasar Cempaka.

Tante Dewi bahkan memaksa Anan untuk meminta maaf pada Dita. Begitu juga dengan Bu Indah. Akhirnya, kedua muda-mudi itu saling menjabat tangan dengan terpaksa.

Tante Dewi juga mengganti kerugian kue-kue yang rusak milik Bu Indah. Sayangnya, di warung kue milik Bu Indah hanya tersisa tiga puluh kue yang bisa diantarkan ke rumah sakit.

Anan dan Dita masih saling melayangkan tatapan tajam sebelum mereka berpisah hari itu setelah perkelahian di antara keduanya.

"Awas luh kalau ketemu sama gue lagi. Liat aja nanti bakal gue habisi luh," gumam Anan.

"Idih, amit-amit jabang babi, jangan sampai aku ketemu sama si sipit itu, hih!" gumam Dita.

...***...

Pukul tujuh malam, di gedung SMA Abadi Jaya yang sepi. Dua orang gadis sedang melangkah masuk secara sembunyi-sembunyi mengintip dari balik gerbang sekolah warna hitam setinggi dua meter itu.

"Ti, lu serius berani sendiri?"

Gadis berambut keriting dan kulit samo matang yang bernama Loli itu mengarahkan cahaya senter ke gedung sekolah empat lantai tersebut. Sesekali dia membetulkan posisi kacamata yang dia kenakan. Tak ada lampu yang menyala di gedung itu, mungkin listriknya sedang mati. Sang penjaga sekolah juga sedang pergi ke warung belakang. Sepertinya mereka juga takut berada di sekolah yang gelap tersebut.

"Kalau elu takut, elu di sini aja. Gue mau ambil hape gue penting banget soalnya daripada diketemuin sama petugas kebersihan besok terus dikasih ke kepsek, bisa mati gue!" bisik gadis dengan tinggi semampai, rambut lurus sepunggung, dan kulit kuning langsat itu.

"Ti...."

...*****...

...Bersambung....

Terpopuler

Comments

disda

disda

bukannya dita dan anan ketwmu nya pas anan udah jadi pocong ya.. di mes tempat dita kerja yg lagi ada pembangunan apa gitu.. lupa aku

2024-01-15

1

kagome

kagome

ti itu sapa thor
apakah kunti panggilannya ti???

2023-06-05

0

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝓰𝓮𝓶𝓮𝓼𝓷𝔂𝓪 𝓼𝓲 𝓓𝓲𝓽𝓪 𝓶𝓫𝓪𝓴 𝓴𝓾𝓷𝓽𝓲 𝓭𝓲 𝓪𝓳𝓪𝓴 𝓼𝓱𝓸𝓵𝓪𝓽 𝓫𝓲𝓪𝓻 𝓲𝓷𝓼𝔂𝓪𝓯 𝔂𝓪🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2022-10-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!