17. Penampakan di Sekolah

Sebelumnya yang Anan alami…

"Lama banget si tuh cewek pipisnya? Jangan-jangan boker lagi," keluh Anan.

Lagi-lagi, Anan harus memberanikan diri untuk melihat ke kamar mandi perempuan. Ketika sedang berada di depan pintu kamar mandi dan hendak melongok, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki. Seperti langkah dengan sandal jepit yang diseret-seret dan menuju ke arah kamar mandi tersebut.

Srek srek srek.

"Ta, itu elu bukan?" tanya Anan yang berharap kalau itu Dita yang menyahut kala itu.

Srek srek srek.

Srek srek srek.

Bukannya menjawab pertanyaan Anan, langkah kaki itu justru semakin lama semakin mendekat dan terdengar jelas di telinga Anan. Pemuda itu merasakan ada hawa aneh yang terus mendesak

"Halo, kamu siapa, ya?" tanya Anan pelan.

Hanya keheningan tercipta. Tetap tak ada jawaban. Anan membuka pintu kamar mandi secara perlahan. Benar saja tidak ada siapa pun di depan pintu kamar mandi.

"Lah, si Dita ke mana, ya?" gumam Anan.

Tiba-tiba, Anan melihat Dita keluar dari toilet yang sama padahal jelas-jelas tadi tak ada. Sosok yang menyerupai Dita itu lalu meminta Anan untuk mengikutinya. Awalnya ragu, tetapi Anan juga takut jika dia sendirian, sehingga dia mengikuti Dita. Pemuda itu sampai di gudang sekolah. 

"Ta, elu mau ngapain ke sini? Dita, woi!" panggil Anan.

Sosok yang menyerupai Dita itu tak jua menoleh. Dalam keadaan gelap ruangan yang sama sekali tak ada lampu itu, Anan meraih ponselnya dan menyalakan senter dari ponsel itu. Tumpukan kardus berdebu adalah benda paling pertama yang Anan lihat. Pemuda itu baru tahu kalau ternyata ruangan gudang itu tak terlalu kecil bahkan cukup luas malah.

Anan mencoba memberanikan diri mencari Dita. Dia memperbesar celah pintu gudang, membukanya lebar-lebar. Benda-benda perlengkapan lab tergeletak di setiap sudut ruangan, beberapa di antaranya tertutup debu yang tak terlalu tebal. Anan merasakan udara pengap yang menyeruak keluar sampai terhisap indera penciuman. Sesekali Anan bersin karena debu itu.

"Ini Dita nyusahin amat sih pakai bawa gue ke mari!" keluh Anan.

Awalnya tak ada yang aneh, hanya gudang yang berisi barang-barang sekolah yang tak terpakai. Ada perasaan yang mulai sedikit lega, karena akhirnya Anan tak menemukan hal yang menyeramkan di gudang itu. Namun, rasa itu hanya sesaat, ketika Anan mencari Dita, dia malah mendengar sesuatu.

Tak! Tak! Tak!

Suara itu terdengar lebih keras, tetapi tak ada apa pun di sudut ruangan. Anan memastikan kalau pintu masih dalam keadaan terbuka lebar. Seketika itu juga retina hazel nya mencari sumber suara.

Anan menemukan asal suara itu. Dia memperhatikan sesuatu yang bergerak-gerak di sudut belakang ruangan. Warnanya putih dan benda itu menggantung. Di ujung bagian atas mengait pada satu tiang.

"Sial! Kan cuma Tuan Tengkorak!"

Anan menghela napas lega ketika melihat sesuatu yang bergerak itu hanyalah replika kerangka tulang lengkap manusia. Ukurannya juga sama dengan manusia dewasa, bagian kepala menggantung pada tiang penyangga yang berada di belakangnya.

"Tapi, gue yakin kalau suara tadi tuh dari sini. Apa jangan-jangan benda itu bergerak, ya?" gumam Anan.

Baru saja Anan menghela napas lega, tiba-tiba sesuatu yang menakutkan terjadi. Ternyata, replika rangka manusia itu bergerak berputar perlahan. Benda itu tadinya membelakangi Anan yang sedang berdiri di depan pintu. Namun, benda itu pelan-pelan berputar dan akhirnya menghadap ke arah Anan.

Anan ingin berlari, tetapi dia hanya bisa diam. Tubuhnya kaku seperti tak bisa bergerak untuk melangkah pergi dari situ. Tatapan mata pemuda itu terus terpaku menatap rangka yang sebentar lagi akan benar-benar menghadap ke arahnya.

Tengkorak itu perlahan-lahan mendekat ke arah Anan. Ingin rasanya berteriak tetapi dia tak kuasa. Ketika sudah berhadap-hadapan, Anan bisa melihat kalau tiba-tiba rahang tengkorak itu bergerak naik turun. Benda itu membuat gigi bawahnya beradu dengan gigi atas, lalu menimbulkan suara yang sama yang tadi Anan dengar.

Tak! Tak! Tak!

"Nan…."

"Wuaaaaaaa!" Anan akhirnya bisa berteriak.

"Anan, kamu kenapa ke sini?" tanya Dita.

"Ini elu kan, Ta? Elu Dita, kan?"

Dita menatap Anan tak mengerti.

"Iya, ini aku. Kamu kenapa, sih?"

"Kabur, Ta! Ayo, kabur!" Lantas saja Anan mengajak Dita berlari. Tadinya Dita masih terdiam tetapi Anan kembali dan menarik tangannya. Lalu, keduanya berlari.

Dita menghentikan Anan dengan menarik tangan pemuda itu saat di tengah lapangan basket.

"Apa lagi, Ta? Ayo, buruan pulang!" ajak Anan dengan rengekan.

Suara tangisan seorang gadis terdengar. Isak tangisannya sangat menyayat dan memilukan.

"Nan, kamu denger nggak? Ada cewek yang lagi nangis," ucap Dita.

Anan mencoba mempertajam indera pendengaran miliknya. Sebenarnya dia juga mendengar suara seorang gadis menangis. Namun, dia sudah kapok berhadapan dengan hantu perempuan dan juga hantu tengkorak di gudang tadi sehingga dia berbohong.

"Gue nggak denger apa-apa. Cepet deh kalau mau pulang, ayo gue anterin!" seru Anan.

"Tunggu, Nan! Tuh, ada bayangan yang tadi aku lihat. Dia lagi ada di atas sana!" tunjuk Dita.

"Ayolah, Ta … gue sama elu juga tau kalau itu hantu. Gara-gara elu juga kan mata batin gue jadi kebuka. Jadi please deh jangan main-main sama hantu lagi! Cih, serem tau!" keluh Anan.

"Tapi, terkadang mereka menemui kita untuk minta tolong, lho. Kasihan kan hidup mereka jadi nggak tenang," kata Dita.

"Hidup mereka kata elu? Wah, pinter-pinter somplak luh! Mereka udah mati, Ta, mana mungkin hidup lagi!" seru Anan.

"Ah, tau ah! Aku jadi penasaran mau ke sana," ucap Dita.

"Ayolah pulang, Ta! Kan penjaga sekolah cuma kasih waktu sepuluh menit doang. Ayolah, jangan bandel!" seru Anan.

"Kamu kenapa sih terus paksa aku pulang bareng? Udah sana pulang sendiri aja!" titah gadis itu.

"Nggak bisa dan nggak mau lah! Gue kan datang ke sini bareng sama elu, ya pulang sama elu lah!" sahut Anan.

"Tumben amat sih perhatian baik gitu. Aku nggak percaya ya sama kamu, mana mungkin kamu dengan mudah mau anterin aku pulang." Dita masih menatap Anan penuh curiga.

"Gue takut, Ta! Gue takut sama para hantu itu. Apalagi tadi banyak hantu yang kita lihat di jalanan bikin gue takut. Puas luh?!" seru Anan.

Dita sebenarnya ingin tertawa melihat Anan yang ketakutan, tetapi dia merasa kasihan juga dengan Anan. Pemuda itu pasti sangat ketakutan karena bisa melihat penampakan hantu sekarang. Sama takutnya saat Dita baru pertama kali menyadari bisa melihat makhluk astral tersebut. Gadis itu juga sangat ketakutan ketika saat kecil sudah bisa membedakan mana makhluk astral dan mana manusia. Dan pada akhirnya Dita pelan-pelan menerima keadaannya.

"Ya udah kita pulang, tapi antar aku je rumah sakit ya. Aku mau nginep di sana nemenin ibuku yang lagi ngerawat adik aku di sana," ucap Dita.

"Oke."

Keduanya menuju gerbang. Tak ada penjaga di dekat gerbang. Mungkin saja dia juga melarikan diri ke warung belakang karena diganggu oleh para makhluk gaib yang berkeliaran di sekolah. Namun, masih ada misteri di ruang kosong lantai empat yang belum terpecahkan.

...*****...

...Bersambung...

Terpopuler

Comments

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝓴𝓸𝓴 𝓡𝓪𝓽𝓲𝓱 𝓰𝓪𝓴 𝓭𝓲 𝓬𝓮𝓻𝓲𝓽𝓪𝓲𝓷 𝓵𝓰 𝓼𝓲𝓱🤔🤔

2022-10-13

1

Victorina Ratna

Victorina Ratna

serem

2022-08-05

1

Bambang Setyo

Bambang Setyo

Itu hantu siapa ya yg dilantai 4 ko selalu minta temen...

2022-07-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!