9. Ali Kecelakaan

"Kasihan sekali kamu, Mbak. Nggak nyangka mall ini cari tumbal."

"Iya begitulah. Kamu lahir tanggal berapa?" tanya hantu perempuan itu setelah mengusap air mata darahnya.

"Tanggal 14 Februari, memangnya kenapa?" Dita balik bertanya.

"Hmmm... tanggal lahir kita berbeda. Aku harus mencari gadis yang tanggal lahirnya sama denganku, baru aku bisa jadikan dia tumbal selanjutnya menggantikan aku. Jika belum ketemu, maka aku akan tetap di sini," ujarnya.

Hantu wanita itu kembali menangis pilu seraya mengeluarkan air mata darah.

"Hmmm, enak aja kamu mau cari dari pengunjung! Harusnya kamu mikir kan yang salah pihak pengelola mall ini, kenapa nggak cari mereka aja buat tumbal. Kali aja ada yang tanggal lahirnya sama ama kamu. Kasian pengunjung mall nggak salah dijadikan tumbal, ih kesel aku," sungut Dita.

"Iya ya, kamu benar juga." Hantu itu mengangguk-anggukkan kepalanya.

Tiba-tiba, seorang gadis cantik datang memasuki toilet perempuan di mana Dita berada.

"Halo, kamu lagi ngomong sama siapa?" tanyanya.

Gadis cantik nan seksi yang tadi Dita lihat sedang bersama Anan, masuk ke dalam toilet perempuan dan menegur Dita. Dia merasa heran karena dia melihat Dita sedang berbicara sendirian.

"Eh, anu, itu, duh, apa ya ... aku lagi ngedumel sendiri aja habisnya kesel," sahut Dita berbohong seraya menunjukkan deretan gigi putih dan rapi itu.

"Oh, aku pikir kamu lagi stress, hihihi."

Gadis bernama Jenifer itu memasuki salah satu bilik toilet. Dita sampai bersungut-sungut karena kesal dibilang stress.

"Kamu kali yang stress!" lirih Dita.

"Mau aku gangguin nggak cewek tadi?" tanya hantu perempuan itu.

"Nggak usah lah! Nanti kamu yang takut loh sama dia soalnya dia serem kayak nenek lampir hihihi," cibir Dita.

Dita ke luar dari dalam toilet dan hampir saja menabrak Anan yang sedang berdiri tak jauh menunggu di lorong dekat toilet perempuan.

"Hadeh, elu lagi. Duh, bakalan sial gue ketemu elu di sini lagi," ketus Anan.

"Yeee, siapa juga yang mau ketemuan sama kamu," ucap Dita sambil melirik kuntilanak yang selalu mengikuti Anan. Hantu itu melambaikan tangannya pada Dita.

"Kamu nggak balik ke sekolah?" Dita bertanya pada hantu perempuan itu. Namun, Anan yang salah paham karena mengira Dita sedang berbicara dengannya malah menjawab.

"Ngapain gue ke sekolahan? Udah sore gini juga," sahut Anan menunjukkan wajah tegas.

"Emangnya aku ngomo–"

Dita langsung menutup mulutnya, dia hampir saja mengatakan pada Anan kalau dia bisa melihat hantu perempuan itu.

"Nggak jadi, bukan apa-apa juga," ucap Dita.

"Eh, kamu cewek yang stress tadi kan? Yang ngomong sendirian di toilet?" Jennifer keluar dari dalam toilet.

"Saya emang cewek yang tadi ketemu kamu di toilet, tapi saya nggak stress!" 

Dita lantas melangkah pergi begitu juga meninggalkan Anan dan Jenifer.

Dita menuju ke meja tempat Anita dan Ferdi. Sepanjang jalan dia menggerutu karena pertemuannya dengan Anan dan gadis menyebalkan tadi.

"Kenapa, Ta, kok kayaknya kusut banget mukanya dari toilet?" tanya Anita.

"Kesel aku habisnya ketemu sama kecoa albino," ketus Dita bersungut-sungut seraya merebahkan bookongnya dengan kasar.

"Hah, ketemua kecoa albino? Unik dong? Kenapa nggak ditangkap aja buat hiasan, Ta?" Anita terlihat serius menanggapi.

"Idih, si Anita bisa-bisanya bilang kecoa buat hiasan." Ferdi yang tak sengaja mencuri dengar ikut menimpali.

"Jijik sih sebenarnya. Tapi kan kecoa albino putih itu jarang banget, Kak. Jadi, cocok buat hiasan," sahut Anita.

"Hai, Ferdi!" Jenifer yang melintas bersama Anan dan masuk ke restoran yang sama menyapa Ferdian.

"Hai, Jen! Hai, Nan! Kalian lagi nge-date, nih?" sapa Ferdian.

"Duh, kecoa albinonya dateng lagi. Bikin nggak nafsu makan aja." Dita mengucap lirih seraya menutupi wajahnya dengan tangan kiri. Namun, Anita mendengar perkataan Dita barusan.

"Hah? Mana kecoa albinonya, Ta?!" pekik Anita.

Anita berteriak histeris seraya mengangkat kedua kakinya. Kini, kedua kaki Anita sudah berada di atas kursi.

"Hah? Ada kecoanya? Mana?" Ferdi yang takut dengan serangga juga ikut menaikkan kedua kakinya ke atas kursi.

"Pada kenapa, sih?" tanya Anan keheranan melihat Ferdian.

"Kata Dita ada kecoa albino, Nan!" sahut Ferdian.

"Hah? Ada kecoa?"

Anan yang takut dengan kecoa juga melakukan hal yang sama. Dia bahkan naik ke atas meja. Sontak saja semua pengunjung restoran tersebut menoleh ke arah kehebohan itu.

"Hahaha, dia takut sama kecoa," cibir Dita menertawakan Anan sampai memegangi perutnya yang sakit karena terbahak-bahak.

Saat Dita menertawai Anan, seorang pelayan datang dan meminta pertanggungjawaban karena Anan dan yang lainnya membuat kegaduhan dan ketidaknyamanan para pengunjung restoran tersebut.

"Iya, tenang aja, gue bayar kerugian elu. Tapi cari dulu kecoanya!" titah Anan pada si pelayan.

"Nggak ada kecoa kok, Mas. Saya cuma bilang ada kecoa albino dan itu dia." Dita berbisik pada si pelayan seraya membicarakan Anan.

"Eh, elu ngomongin gue, ya?" tuduh Anan.

Dita berusaha untuk mengelak. Tiba-tiba, ponsel Dita tiba-tiba berbunyi, rupanya ibunya yang menelepon. Bu Indah memberitahukan kepada Dita kalau Ali mengalami kecelakaan.

"Nit, aku harus pulang. Adik aku kecelakaan," ucap Dita menunjukkan wajah panik.

"Hah? Adik kamu kecelakaan? Kamu mau aku antar, nggak?" tanya Anita.

"Nggak usah, Nit, aku naik ojek aja." Dita hendak bergegas melangkah pergi tetapi Ferdian mencegahnya.

"Aku bawa motor, Ta. Aku antar aja ya biar cepat sampai," ucap Ferdian.

"Ummmm, ya udh boleh, Kak."

Dita akhirnya pergi diantar oleh Ferdian menuju ke rumah sakit.

***

Di Rumah Sakit Keluarga.

"Bagaimana keadaan Ali, Bu?" tanya Dita dengan panik saat menemukan ibunya.

"Ali kakinya patah, Nan," ucap Ibu Indah.

"Terus gimana yang nabrak mau tanggung jawab, nggak?" Dita mengguncang kedua lengan ibunya.

"Yang nabrak kabur, Nan, hiks hiks." Bu Indah tak kuasa menahan tangisnya.

Dia terisak dan sangat sedih kala melihat putranya sedang menjalani perawatan di ruang penanganan.

"Lalu, biaya rumah sakit itu bagaimana, Bu?" tanya Dita.

"Alhamdulillah ada Dokter Dewi yang suka langganan kue Ibu. Dia akan bantu biaya pengobatan Ali. Dan Ibu pinjam uang sama dia," jawabnya.

"Terus gimana nanti bayar hutangnya? Terus gimana nanti kalau berbunga, Bu?" Dita mulai tambah panik.

"Tenang aja, saya buka rentenir kok," ucap Dokter Dewi saat menghampiri Dita dan Ibunya. Dia juga mendengar pembicaraan keduanya.

"Ini Dokter Dewi, Nan." Ibu Indah memperkenalkan keduanya.

"Halo, Bu Dokter, salam kenal. Saya Anandita putrinya Ibu Indah. Maaf kalau saya menyinggung perasaan Anda," ucap Dita.

"Tenang aja saya nggak tersinggung, kok. Oh iya, Ali harus dirawat ya di sini. Tenang aja semua biayanya sudah saya cover."

"Lalu, bagaimana saya harus mengganti semuanya, Bu? Eh, maaf Tante, Nyonya ... duh aku harus panggil apa, nih, jadinya?" tanya Dita.

...*****...

...Bersambung....

Terpopuler

Comments

Valerieé

Valerieé

panik gak tuh. 🤣🤣

2022-10-18

1

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝓓𝓲𝓽𝓪 𝓮𝓶𝓷𝓰 𝓵𝓾𝓬𝓾 😍😍😍😍😍

2022-10-13

1

Fitri wardhana

Fitri wardhana

tante dewi ny masih muda ya kk??

2022-08-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!