12. Di Rumah Mbah Marjan

"Sorry, Nan. Cuma ini jalan ke rumah Mbah Marjan," ucap Devon meminta maaf.

"Gila tau! Bocah sekarang udah jago malak. Nanti udah gede jadi apa coba?" 

"Jadi preman, Nan. Udahlah buruan yuk nanti kita ketemu bapaknya lagi yang preman kampung sini!" ajak Devon.

"Astaga naga! Ya uda buru lah!" 

Anan dan Devon segera bergegas.

...***...

Anan dan Devon sampai di sebuah rumah besar dan mewah untuk ukuran tinggal di sebuah gang. Atapnya berbentuk atap rumah joglo. Cat rumah tersebut juga unik dari lapisan emas. Seorang pria menyambut kedatangan mereka.

"Halo, Devon! Wah, tumben ke sini tanpa mamanya," sapa pria paruh baya dengan tubuh agak gemuk itu menyambut Devon.

Sore, Mbah Marjan! Apa kabar? Mama saya lagi arisan tadi. Nih, saya bawa temen yang mau minta tolong, tapi tenang aja perkara mahar mah dia pasti siap," ucap Devon.

"Oh gitu toh. Bagus kalau urusan mahar siap menyediakan. Sekarang cerita sama saya. Ada masalah apa memangnya?" tanya Mbah Marjan pada Anan.

"Ummm, anu Mbah. Duduk dulu ya saya pegel," tukas Anan.

"Oh boleh boleh. Ayo, duduk dulu deh ke dalam!" Ajaknya.

Pria bertubuh gempal itu lantas memanggil istrinya untuk menyiapkan minuman dingin dan cemilan bagi para tamunya sore itu.

"Lagi nggak ada pasien, Mbah?" tanya Devon saat meletakkan bokongnya di sofa warna merah.

"Tadi rame kok. Sekarang udah pada balik, baru saja pas kamu datang ke sini," pungkasnya.

"Oh, gitu... Oh iya perkenalkan ini Anan temen saya. Katanya dia diikuti sama hantu perempuan," ucap Devon memperkenalkan Anan.

Devon sampai menyikut Anan karena masih mengamati interior rumah Mbah Marjan yang banyak terdapat lukisan. Lukisan yang cukup membuat siapa pun merinding melihatnya.

"Eh, maaf deh. Halo, Mbah, nama saya Anan." Anan mengulurkan tangannya pada Mbah Marjan.

Devon meminta Anan untuk mencium punggung tangan Mbah Marjan. Awalnya Anan tak mau, tetapi dengan terpaksa dia menuruti Devon. Bau sambal pete tercium dari tangan Mbah Marjan. Anan sekuat tenaga menahan napas.

"Hmmm... rupanya kamu diikuti kuntilanak penunggu sekolah kamu. Tadinya dia nggak bisa keluar ngikutin kamu. Seperti nya ada kekuatan aneh yang buat dia bisa keluar sekolah dan ngikutin kamu," ujar Mbah Marjan.

"Hah, kuntilanak?" tanya Anan.

Mbah Marjan lalu bangkit berdiri dan menuju ke belakang Anan.

"Mau apa, Mbah?" tanya Anan yang masih berusaha mempertahankan diri.

"Sudah kmau duduk saja yang tenang. Kamu yang rileks, ya," ucap Mbah Marjan pada Anan.

Pria paruh baya itu lalu memijat bahu Anan dan secara mengejutkan menarik kepala Anan ke kanan dan ke kiri sampai bunyi gemeretak tulang terdengar.

"Uuuhhh, ngilu banget Bro!" Sahut Devon bergidik ngeri.

"Tau nih. Ini apa-apaan ya, Mbah? Saya kan nggak minta dipijat." Anan mencoba protes.

"Tenang saja! Lagipula dari tadi saya udah minta kamu diam dan rileks aja, loh," ucap Mbah Marjan.

"Udah elu diem aja, Nan! Ikutan aja apa perintahnya," pinta Devon.

Setelah itu secara mengejutkan, Mbah Marjan menepuk dahi Anan sampai membuat Anan berteriak kesakitan.

"Masalah elu apa sama gue? Saya mau diapain sih, Mbah? Sakit banget tau!" protes Anan.

"Wuidih tuh jidat ampe merah itu," cibir Devon.

"Nah, kalau gitu coba buat mbak yang jualan di luar sana," ucap mamanya Devon.

Mbah Marjan menunjuk ke arah luar rumahnya. Ada sosok hantu perempuan hanya bisa berdiri menunggu Anan karena tidak bisa masuk ke dalam rumah tersebut.

"Hai, Anan" sapa sosok hantu perempuan  yang senang mengumpulkan arwah para anak-anak korban kecelakaan itu.

Mbah Marjan menunjuk ke arah luar rumahnya. Ada sosok hantu perempuan hanya bisa berdiri menunggu Anan karena tidak bisa masuk ke dalam rumah tersebut. Anan langsung terperanjat kala membuka matanya.

"Hai, Ganteng!" sapa kuntilanak itu melambaikan tangannya yang penuh luka berongga dan ada belatung berjatuhan dari tangan itu.

"Kampret! Genit banget itu kunti! Mbah, Mbah, tolong saya, Mbah. Saya nggak mau terus-terusan digangguin sama dia," rengek Anan.

Anan bangkit dan berpindah tempat dengan segera. Dia bersembunyi di belakang kursi yang diduduki Mbah Marjan.

"Elu kenapa, Nan?" Devon yang tak mengerti dengan kelakuan Anan malah ikutan berpindah tempat. Dia juga bersembunyi di samping Anan.

"Elu ngapain ngikutin gue?" tanya Anan.

"Ya habisnya Elu bikin panik. Gue kan jadi takut," sahut Devon.

"Mata batinnya temen kamu ini lagi Mbah buka, Von. Kamu juga mau, Von?" tanya Mbah Marjan seraya terkekeh.

"Wah, makasih banyak kalau gitu Mbah. Saya nggak mau!" seru Devon yang masih saja bersembunyi di balik sofa Mbah Marjan.

"Mbah, Mbah, terus gimana caranya biar dia bisa pergi dari saya?" rengek Anan.

"Kamu tanya sendiri aja. Dia kira-kira maunya apa!" pinta Mbah Marjan.

"Mbah Marjan aja yang tanya!" Anan balik berseru.

"Heh, yang sopan kalau ngomong sama orang tua!" Devon menoyor kepala Anan.

"Kepala gue jangan ditoyor, Von!" protes Anan.

"Habisnya Elu nyebelin!"

"Oke oke, maaf deh. Mbah, saya minta tolong, Mbah aja yang tanya sama itu cewek serem. Dia mau ngapain ikutin saya?" pinta Anan.

"Hmmm... dasar anak zaman now susah banget disuruh sopan santunnya," keluh Mbah Marjan. Lalu dia bangkit berdiri.

Mbah Marjan melangkah menuju ke kuntilanak yang masih memasang wajah genit ke arah Anan. Sesekali mata hantu perempuan itu berkedip-kedip seraya melayangkan flying kiss ke arah Anan. Dia duduk di sofa samping Anan kini.

"Hidih, gue geli!" Anan yang sempat mengintip kembali jongkok dan bersembunyi.

"Ndok, anak cantik. Nama kamu siapa?" tanya Mbah Marjan.

"Nama saya Silla, Mbah."

"Kamu itu kuntilanak merah loh, ras terkuat di sebangsa mu. Kamu mau apa toh mengikuti anak muda ini?" tanya Mbah Marjan seraya mengusap rambut acak-acakan milik sang kuntilanak.

"Saya suka sama dia, Mbah. Hihihi, saya tuh udah lama mau mengikuti dia sejak pandangan pertama. Eh, tapi nggak bisa. Lalu, ada anak perempuan yang suruh saya ngikutin dia, eh ternyata berhasil hihihihi. Saya jadi bisa ngikutin mas ganteng ini hihihihi," jelasnya seraya memainkan dan memilin rambutnya yang kusut acak-acakan dan tertawa cekikikan terus.

"Anak perempuan? Apa dia dukun?" tanya Mbah Marjan.

"Bukan Mbah. Dia juga bersekolah yang sama dengan mereka. Wajahnya cantik Mbah kayak saya hihihi. Tapi sepertinya dia bisa berkomunikasi dengan makhluk halus," ujar hantu kuntilanak itu.

"Hidih, kalau elu ngerasa cantik dan mirip itu cewek, berarti tuh cewek mukanya burik dong?!" tukas Anan.

Mbah Marjan menatap Anan dengan tajam.

...*****...

...Bersambung...

Terpopuler

Comments

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝓢𝓲𝓵𝓵𝓪 𝓰𝓪𝓷𝓳𝓮𝓷 𝓭𝓮𝓱🤣🤣🤣🤣

2022-10-13

1

Mami Mara

Mami Mara

ohh, ini toh sejarahnya tante silla bisa ngikut dita sm anan!

2022-09-08

2

Mami Mara

Mami Mara

apa rasanya ya megang rambut mbak kun? dielus2 pula 😂😂😂

2022-09-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!