7. Anan Pingsan

"Sssttt…." Pak Yadi mengangguk dan kembali tersenyum.

"Ta, ayo ke kantin! Aku laper banget, nih! Nanti bekal makanan kamu biar aku yang ganti. Tenang aja kan ada aku yang traktir kamu. Dadah, Pak Yadi, kita mau ke kantin dulu." Anita pamit pada Pak Yadi lalu menarik tangan Dita.

"Iya, Neng." Pak Yadi kini menatap hantu murid perempuan tanpa kepala itu.

"Nggak nyangka saya bakal ketemu sama murid yang bisa lihat kamu juga," gumam pria itu.

Hantu perempuan tanpa kepala tadi mengangkat tangan kanannya dan memberi acungan ibu jari pada Pak Yadi.

Anita menarik tangan Dita dan melangkah terburu-buru saat menuju ke arah kantin. Namun sialnya, lagi-lagi Dita terantuk akar pohon besar kala menuju kantin. Tubuhnya jatuh dan malah menimpa Anan yang sedang mendengarkan musik menggunakan headset melalui ponselnya. Tubuh Dita jatuh tepat di atas tubuh Anan.

"Duh, mati aku," gumam Dita.

"Elo tuh ya ... bisa nggak sih nggak gangguin gue?!" bentak Anan.

Dita mencoba bangkit tetapi tubuhnya menimpa Anan lagi. Tak jauh dari sana Anita menutup wajahnya seraya berjingkrak kegirangan.

"Haish!" keluh Anan.

"Duh… bantuin aku berdiri dong! Lagian siapa juga yang mau ganggu kamu?! Aku kan nggak sengaja jatuh," aku Dita.

"Elu sengaja kali, biar bisa ganggu gue, kan?" tuding Anan.

"Dih, pede banget!" Dita akhirnya bisa bangkit juga dari atas tubuh Anan.

Dita sempat melihat ke atas Anan. Ada sosok kuntilanak yang sedang bergantung secara terbalik dari pohon yang ada di belakang Anan. Rambutnya sampai ke wajah pemuda itu. Oleh karena itu, Anan sesekali merasa gatal dan mengusap wajahnya.

"Eh, denger ya! Males banget aku gangguin kamu. Aku sumpahin kamu biar digangguin sama kuntilanak, huh!" seru Dita seolah menginginkan Anan agar diikuti oleh hantu kuntilanak yang berada di atas Anan.

"Eh, cewek itu bisa lihat aku rupanya. Yuhuuu... kamu mau aku gangguin cowok ganteng ini, ya?"

Sang kuntilanak memanggil Dita. Gadis yang dia panggil itu lalu menoleh. Dita mengangguk ke arah kuntilanak tersebut.

"Oke, beres kalau gitu!" ucap si kuntilanak.

"Ayo, Nit, kita ke kantin!" Dita menghampiri Anita dan menggandeng tangannya.

"Gue rasa dia naksir sama gue sampai berharap banget gitu. Tuh buktinya dia nengok gitu ke gue," gumam Anan.

Seorang pemuda keturunan Belanda datang menghampiri Anan.

"Kenapa luh, Nan?" tanya Devon.

"Biasalah fans gue. Seneng banget tuh kayaknya kalau deket-deket gue," sahut Anan dengan nada kesombongan di sana.

"Wuidih, emang bener-bener dah temen gue satu ini banyak banget fans nya. Tapi kalau gue liat-liat, cakep juga tuh cewek," ucap Devon saat mengamati Dita.

"Mata lu picek kali ya, masa cewek kayak gitu dibilang cakep, buta luh?!"

"Masih normal gue, Nan!" ketus Devon.

Anan sempat menepis sentuhan rambut kuntilanak yang jatuh ke pipinya.

"Apaan sih ini kayak ada yang sentuh pipi gue?" gumam Anan.

"Laler kali, ya kali. Hahaha masa cowok yang ngaku ganteng kayak elu ditemplokin laler ya, hahaha. Lucu banget bayanginnya," cibir Devon.

"Sial luh! Udah ah gue mau ke kamar mandi dulu," ucap Anan.

Anan melangkah menuju ke kamar mandi untuk murid laki-laki di sekolah itu. Namun, pemuda itu merasakan bulu kuduk di tengkuknya meremang. Sesekali dia menoleh ke belakang karena merasa ada sesuatu yang sedang mengikutinya.

"Kok, gue ngerasa ada yang lagi ngikutin gue, ya?" Anan bergidik ngeri lalu melangkah cepat menuju ke kamar mandi murid laki-laki.

"Hihihi... nggak nyangka kalau berkat cewek tadi aku bisa gangguin kamu. Oh, senangnya, hihihi." Hantu kuntilanak itu terus melayang di belakang Anan.

Tak Lama kemudian, Anan selesai menggunakan salah satu bilik toilet di kamar mandi lelaki tersebut. Dia lantas mencuci tangan di wastafel. Perlahan -lahan, Anan melihat ada kabut yang menghias cermin di hadapannya.

"Dih, aneh banget ini kaca," ucap Anan.

Anan lalu memercikkan air dari keran yang mengalir ke arah cermin tersebut. Mendadak kemudian, sosok kuntilanak yang mengikutinya muncul di cermin. Dan Anan tiba-tiba bisa melihatnya.

"Duh, muka aku kan jadi basah nih!" ucap hantu perempuan itu.

"Kyaaaaaaaa!"

Anan jatuh ke lantai tak sadarkan diri kemudian.

Devon curiga karena Anan tak kunjung keluar, menghampiri pemuda itu masuk ke dalam toilet.

"Waduh, si Anan pingsan! Wah, jangan-jangan nggak sarapan ini anak apa darah rendah."

Devon lalu memanggil beberapa murid laki-laki yang melintas untuk membantunya menggotong tubuh Anan.

Dita sempat melihat Anan yang digotong oleh beberapa orang siswa ke ruang UKS. Beberapa siswi juga tampak mengikuti. Mereka sangat ingin tahu mengenai apa yang terjadi pada pemuda itu.

"Waduh, kenapa itu cowok?" gumam Dita.

"Kenapa, Ta?" tanya Anita.

"Itu loh cowok rese tadi yang namanya Anan, kayaknya dia pingsan. Tuh, lagi digotong gitu." Dita menunjuk ke arah para murid menggotong Anan ke ruang UKS.

"What?! Oh my why, oh my my! Kok, bisa sih Anan pingsan, ya?"

"Mana aku tahu." Dita mengangkat kedua bahunya.

"Aku mau lihat ah, penasaran."

"Jangan, Nit! Udah bel masuk tuh, kita ke kelas aja!" Dita menarik Anita secara paksa menuju kelas mereka.

***

Di Pasar Cempaka.

"Ndah, anakmu itu masih bisa lihat hantu?" tanya Bu Sugeng.

Wanita berhijab itu merupakan penjual pecel sayuran yang berdagang di samping kedai milik Bu Indah.

"Masih, Bu. Padahal saya udah usaha mau tutup mata batin dia," jawab Bu Indah.

"Saya takut loh jika kemampuan anakmu nggak ditutup segera, nantinya hal itu akan membuat Dita dalam masalah besar. Sebaiknya kamu segera tutup mata batin putrimu itu," titahnya.

"Masalah besar yang bagaimana, Bu?" tanya Bu Indah memperlihatkan raut wajah yang penasaran. Dia merasa jika hal itu dibiarkan maka akan membahayakan nyawa Dita.

"Baik, Bu. Saya akan berusaha, Bu. Saya akan pastikan mata batin Dita tertutup. Saya juga takut kalau dia terus-terusan berurusan dengan makhluk gaib nanti kalau orang nggak percaya malah dibilang gila lagi," sahut Bu Indah yang juga merasa khawatir.

Tiba-tiba, dia teringat sesuatu. Bu Indah melirik jam tangan pemberian suaminya di tangan kiri lalu menyadari sesuatu. Kedua matanya terperanjat, menatap tak percaya.

"Astagfirullah! Bu, tolong jaga warung saya dulu, ya. Saya mau jemput Ali di sekolah," pinta Bu Indah dengan paniknya.

"Iya, Ndah. Tenang aja, pasti saya jagain," ujar Bu Sugeng, senyum hangatnya selalu menenangkan Bu Indah.

Wanita itu segera bergegas untuk menjemput si bungsu di sekolah.

...*****...

...Bersambung....

Terpopuler

Comments

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝓶𝓫𝓪𝓴 𝓴𝓾𝓷𝓽𝓲𝓷𝔂𝓪 𝓳𝓭 𝓶𝓮𝓷𝓪𝓷𝓰 𝓫𝓷𝔂𝓴 𝓷𝓲𝓱🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2022-10-13

1

Fitri wardhana

Fitri wardhana

parah si dita nyuruh mbak kun ngerjain si anan😅😅

2022-08-11

2

Victorina Ratna

Victorina Ratna

lanjut, takut juga tu anan sama kunta, beraninya sama cewek aja

2022-08-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!