Pedih dan Panas.

"Mataku!" jeritnya sambil menutup kedua matanya dengan tangan. "Pedih dan pana.. Aaaaa! "

"Panas?coba aku lihat separah apa?"Sang teman berusaha membuka telapak tangan temannya yang menutupi matanya.

" Tidak, aku tak ingin kau melihatnya! "tolaknya, menghindar.

" Kalau aku tidak melihatnya, bagaimana aku bisa tahu sakitmu separah apa? "

"Gak usah, cukup dikompres pakaii es damai. Aku yakin lukanya akan berangsur hilang kok, " katanya meyakinkan.

"Mana mungkin luka di matamu sudah separah ini es damai pun gak akan bisa menghilangkan luka di matamu. "Sang teman masih bersikeras dengan wajah penuh kecemasan.

"Kau tidak percaya padaku!"

"Maaf, Teman. Aku tidak percaya!"

"Kau... "

"Buka lah!jangan biarkan tanganmu kulepas paksa!" tegasnya.

"Baik, aku akan membukanya. "

Akhirnya, dia pun membuka tangannya secara perlahan.

"Keduanya, Naz!" perintahnya, keras.

Pria bernama Naz itu membuka tangan satunya secara perlahan.

Beberapa menit kemudian...

Pria itu terkaget karena mendapatkan mata sang teman dalam keadaan berasap dan banyak lubang di kelopak matanya.

"Naz, mengapa matamu sampai separah itu?!"

"Aku tidak tahu, Geo!"

Pria bernama Geo itu pun mendengus.

Setelah itu...

"Sini akan kuperiksa matamu dan aku ingin tahu mengapa matamu sampai terluka parah seperti ini?" omel Geo.

Lalu, telapak tangannya menempel pada mata temannya dan dia pun terkejut setelah mengetahui apa yang terjadi.

"Apa yang kau lakukan tadi, Naz?!" tanya Geo, emosi. Matanya juga mulai menggelap.

"Aku tadi..... "

Naz mulai bercerita bahwa dia bertemu dengan siluman.

"Aku bertemu dengannya di sini, aku menghadangnya.... "

"Kau menghadangnya lalu, kau menatap matanya kan!" Geo menatap tajam Naz.

"Iy... iya, ternyata. Mataku yang terbakar," lirih Naz.

"Pantas saja matamu terbakar, siluman yang kau tatap itu adalah salah satu siluman yang tidak bisa kita tiru wujudnya."

"Apa!berarti siluman yang tadi itu?"

"Makanya, kamu harus berhati-hati. Dalam mengambil suatu tindakan," omel Geo.

"Habis aku gak tahu sih yang mana?"elak Naz.

"Apa saat bertemu dengannya, kau merasakan energi yang sangat kuat?"

"Energi?" ulang Naz sambil mengingat-ingat.

Geo mengangguk kencang.

beberapa detik kemudian...

"Iya, Geo. Aku merasakan kalau energinya itu sangat kuat bahkan lebih kuat daripada besi dua puluh ton sekalipun."

"Nah, maka itu. Jangan nekat, apalagi nekat menirunya kalau itu kita lakukan, kita bisa mati cepat. "

"Hah!sekuat itu kah mereka?!"

"Iya, mereka sangat kuat. Bahkan di antara kita ada yang bernasib malang karena iseng mencoba berwujud seperti mereka. "

"Apa mereka mati?"

"Tidak hanya mati, tapi sudah hancur menjadi debu. "

"Hah!astaga!"

"Lain kali, jangan sembarangan saja. Mencari lawan bisa-bisa kita yang jadi korban," omel Geo, galak.

"Iya, maaf deh," ucap Naz, menyesal.

"Ya, sudah lah. Mari akan kuobati matamu. Untung segera ditolong kalau tidak, matamu pasti buta permanent. "

Naz pun tidak menolak dia hanya pasrah saat tangannya ditarik oleh sang teman.

Di tempat lain...

"Raz?"

"Hmmm," sahut Raz sambil memeluk erat Nina dari belakang.

"Apa yang kamu lakukan?" protes Nina berusaha melepas.

Namun, sekeras apapun usaha Nina, dia tak mampu melawan kekuatan Raz.

"Lepas, Raz!"protesnya lagi, memberontak.

"Diam lah!aku hanya ingin melepas rindu padamu," ungkap Raz masih bertahan dengan posisinya.

"Bukannya, kita sering ketemuan ya?"sanggah Nina menoleh ke arah Raz yang masih memeluknya dari belakang.

"Hanya beberapa detik nggak ketemu kamu saja. Aku sudah rindu apalagi sewindu," ucap Raz, menggombal.

Dia meniup lalu menggigit sedikit leher jenjang Nina, Nina pun terangsang oleh perlakuan Raz yang memabukan dirinya.

"Bahkan tadi malam aku gak bisa tidur karena merindukanmu," imbuhnya.

"Gombal!"

Raz terkekeh saat menatap wajah Nina yang jadi kemerahan setelah itu mengisap leher Nina.

"Akh... hhhh!" jerit Nina, nikmat.

Di balik pintu...

Tampak seekor ular besar warna kuning sedang melilitkan tubuhnya pada daun pintu, rupanya dia sedang menonton film romantis secara gratis.

"Masuk lah, Wezar!" seru Raz yang merasakan adanya hawa panas di sekitar.

Wush...

Bersama dengan kepulan asap seekor ular secara perlahan berubah menjadi seorang pria tampan.

Raz juga terpaksa menghentikan kegiatan romantisnya bersama Nina.

"Kok nggak dilanjutkan?" tanya Wezar, polos. Menatap satu per satu Raz dan Nina.

"Aku bikinin minum dulu ya," pamit Nina menyisakan rasa malu di wajah cantiknya.

Setelah Nina pergi...

"Mengapa?kamu mau nonton secara gratis?"ledek Raz.

"Ya, seenggaknya ada yang bisa ditonton lah!"jawab Wezar, acuh.

"Setidaknya, lihat situasi lah!kita berdua sedang asyik bermesraan eh... kamu datang tiba-tiba meganggu kayak nyamuk," protes Raz, melengos.

"Ya, maaf sih. Habis, aku cari in di rumah kamu. Kamu nya nggak ada eh.. ternyata ada di rumah Nina," cerita Wezar.

"Oh.. begitu?terus, ada keperluan apa mau bertemu denganku?"

"Ish... jutek banget sih!yang belum puas dengan romantisnya."

"Bukan waktunya bercanda, Wezar!"

"Dasar, memang ya. Gagak yang satu ini gak bisa diajak bercanda!" Raz menatap Wezar dengan tatapan membunuh.

"Baik... baik, aku akan bicara serius," ucap Wezar, mengalah.

"Bicara lah!"tegas Raz.

"Aku tidak tahu harus dari mana?pastinya, ada makhluk yang mau melakukan kecurangan."

"Kecurangan?apa ini ada hubungannya dengan Nina?"

"Kau tidak lupa kan siluman kelinci yang bernama Merin?"

"Tentu saja, tidak!ada apa dengannya?"

Aura negatif mulai mengelilingi Raz.

"Sepertinya, aku mendengar dia berbicara dengan seorang pria. Entah siapa?aku juga kurang tahu."

"Merin?apa dia punya rencana merusak hubunganku dengan Nina?"tebak Raz. "Merin, kau tidak menyerah juga rupanya setelah cintamu aku tolak!" batinnya, geram.

"Ya, kamu tahu sendiri lah!dia terlalu ambisius ingin menjadi kekasihmu."

"Aku tahu sayangnya, aku gak mencintainya. Aku hanya mencintai Nina seorang. "

"Aku mengerti di hatimu cuma ada Nina dan Nina seorang. "

"Bukan hanya di hati, tapi pikiranku," ralat Raz sambil menunjukan kepalanya.

"Iya deh yang lagi kasmaran," Wezar memutar bola matanya seratus delapan puluh derajat.

Di tempat yang berbeda...

"Kebetulan sekali, aku ingin menghancurkan hubungan mereka berdua," ungkap Merin bersamaan dengan dendam yang membara.

Mata indahnya pun berkilat-kilat tajam bagai ujung pedang sedangkan, sang pria. Tersenyum penuh kemenangan.

"Bahkan aku ingin membuat hubungan jadi hancur bertambah hancur lagi," imbuhnya dengan tatapan seolah menghunus raga.

"Terus, apa yang harus kita lakukan?"Merin menatap dalam sang pria.

"Kemarilah!" pinta sang pria mengayuh jarinya agar Merin mendekatinya.

Merin dengan rasa penasaran mendekati sang pria lalu pria itu membisikan sebait atau beberapa bait kata ke telinga Merin.

Senyum Merin pun mengembang dengan sempurna.

Beberapa saat kemudian...

"Ide yang sangat bagus. "Dia menunjukan jempolnya, semangat. Sambil menyeringai.

"Ayo, kita laksanakan misi kita!"lanjut si pria tak sabar tersenyum... iblis.

Bersambung...

Please...

Like...

Comment..

Gift...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!