Nikmat Sekali

"Hmmm.... ini benar-benar nikmat sekali, sumpah aku belum pernah menemukan coffee late seenak ini di manapun selain di cafe ini, " seru Levira memuji sembari menghirup aromanya... Dalam.

"Jadi gak rugi dong aku ngajak kamu ke sini?" goda Anne, melirik.

"Sering-sering aja ngajakin aku ke sini," ledek Levira, asal.

"Enak aja!entar yang ada aku malah bangkrut gara-gara traktir kamu setiap hari," sahut Anne mencebik bibir nya yang merah dan tipis.

"Bercanda, An. Gak mungkin lah aku melorotin temanku sendiri," sela Levira, tersenyum menggoda.

"Aku tahu. "Anne tersenyum tipis.

"Terima kasih, teman. Oh... iya, jangan lupa teh poci nya segera diminum karena kalau sudah dingin nikmatnya sudah hilang," omel Levira bak emak-emak.

"Iya, bawel. "

Dalam suatu pertempuran...

"Xaren, akhirnya kita bertemu lagi dalam peperangan ini untuk kedua kalinya, memang kau dan putramu beserta pasukan nerakamu itu dapat mengalahkanku dan pasukanku. Sekarang jangan harap kau bisa menang dariku!" ucap Raja Kelam dengan suara lantang dan menantang.

Suara petir pun menggema di sana-sini mengiringi suara lantang Raja Kelam.

Dewa Xaren pun tersenyum dingin netra merahnya menyala-nyala...

"Kita lihat saja, Anggara. Siapa di antara kita yang tidak terkalahkan," balas Raja Xaren, santai. Namun, tajam.

"Heh! tentu saja aku tidak terkalah kan, Xaren. Kau bisa lihat pasukanku kan?lebih banyak dari yang kemarin." Dengan sombongnya Raja Kelam menunjukan pasukan.

"Anggara, mengapa kekalahanmu yang lalu tidak menjadikan pelajaran bagimu?malah menantang kami untuk bertempur," cecar Dewa Xaren menyudutkan.

"Jangan ikut campur, Xaren!dan jangan senang dulu atas kemenanganmu yang dulu!"Amarah Raja Kelam sudah berada di puncak hingga netra nya pun menggelap.

"Baik, kalau itu maumu!akan kulayani tantanganmu!" tunjuk Dewa Xaren dengan suara menggelegar. "Pasuka... aaaaan!maju.... uuuuuu!"komando Dewa Xarren dengan suara lantang.

"Serbu.... uuuuu! "teriak pasukan neraka, keras dan kompak.

"Serbu... uuuuu!" teriakan pasukan Istana hitam pun tak kalah lantangnya.

Zevus pun ikut berperang bersama dengan sang Ayah dalam peperangan itu dia hanya bermain pedang tidak dulu menggunakan mata apinya yang sakti.

Permainan pedang Zevus begitu lincah dan cepat apalagi gerakan tubuhnya dalam menghindar dan menangkis serangan musuh.

Ting... ting.. ting.

Bunyi pedang pun menggema di seluruh negeri Arkuma yaitu negeri seribu sihir.

Bugh...

Bugh...

Bugh...

Mereka saling menendang dan memukul, saling balas membalas dengan tatapan nyalang.

Di kota Ilusi..

"Sepertinya, ada peperangan," papar Anne.

"Perang?" ulang Levira tak mengerti.

"Coba kau lihat di sana, " tunjuk Anne pada cermin besar berbentuk layar yang merekam dua kubu yang sedang bertempur.

"An siapa mereka?" tanya Levira.

Anne menggeleng lemah. "Aku tidak tahu persis, Vir. Siapa mereka?yang aku tahu di antara mereka ada yang tidak puas dengan kekalahannya yang dulu," jawab Anne, jujur.

"Oh... jadi semacam balas dendam?"

"Ya.. kurang lebih seperti itu. "Levira manggut-manggut.

"Apa tuh?"

"Perang."

"Wah... seru banget nih. "

Para penghuni kota Ilusi yang rata-rata penyihir dan siluman itu heboh menyaksikan siaran langsung pertempuran antara dua kubu.

"Hei.. lihat, siapa yang bermain pedang dengan lincah itu? " tunjuk seorang gadis pada temannya dengan mata berbinar.

"Iya.. ya, siapa dia? dia begitu tampan," seru sang teman dengan pipi merona.

Para penyihir dan siluman baik lelaki, perempuan, tua, muda saling berbisik-bisik sembari menyaksikan tontonan gratis itu.

Ada yang sambil berjalan, berpose di mobil mewah, mesra-mesraan, dan ada yang bersama segerombolan teman.

Terutama para penyihir dan siluman wanita yang mengagumi ketampanan seorang pria muda yang sangat gesit dan cepat dalam menghadapi lawan.

"Sudah beberapa jam pertempuran itu belum juga usai apalagi di sana hujan membasshi tubuh mereka.

"An, kita pulang aja, yuk, Aku ingin istirahat, capek nih, pengen masuk kolam lagi," keluh Levira.

"Kamu gak suka lihatnya ya?" tebak Anne yang ternyata tepat.

"Iya.. An. Mataku capek lihatnya lagipula aku lebih menyukai perdamaian," tutur Levira.

"Aku juga, ya.. sudah deh, ayo.. kita pulang," ajak Anne memenuhi permintaan sang sahabat.

Levira pun tersenyum puas dan mengangguk kencang.

Dengan tangan saling mengamit, mereka pun menghilang dan hanya menyisakan asap ungu bercampur merah juga wangi yang semerbak.

Sedangkan di Istana Neraka...

Ratu Yasira menunggu dengan cemas kabar tentang kabar Suami dan putranya.

Apakabar mereka?apa mereka pulang dengan selamat?sungguh, sang Ratu begitu gelisah wajahnya cantiknya diselimuti keresahan takut sesuatu terjadi pada dua orang pria yang sangat dicintainya.

Terbukti sang Permaisuri tidak menyentuh hidangan yang disediakan koki istana untuknya satupun.

Beliau hanya meminum segelas anggur merah itu pun dengan perasaan yang dilanda kecemasan akan sesuatu yang akan terjadi.

Padahal masakan koki istana Neraka begitu nikmat dan tidak membosankan karena menu yang setiap hari berganti.

Hidangan yang disediakan untuk sang Ratu pun makanan yang menjadi kesukaan Ratunya yaitu tumis buncis, daging domba yang dibakar dengan bumbu rahasia yang membuat daging empuk dan bumbunya pun meresap.

Entah, mengapa Ratu seperti tidak selera untuk menikmati hidangan yang menjadi kesukaan di depannya?

Di tempat lain....

"Ada pertempuran rupanya?" seru Raz siluman gagak yang membuat siluman dan penyihir lain menatapnya penuh tanya.

"Coba kalian lihat!" tunjuknya pada cermin persegi panjang yang memperlihatkan pertempuran antara dua kubu.

"Siapa mereka?" tanya Wezar, penasaran.

"Aku juga kurang tahu pesis siapa mereka. Pastinya mereka bertempur karena salah satu di antara mereka dulu mengalami kekalahan, entah siapa aku juga kurang tahu," jawab Raz, apa adanya sambil menatap datar Wezar.

"Oh.... "

"Apa seperti pembalasan dendam, Raz?" tanya seekor kupu-kupu indah bewarna pelangi.

Wuzzz.

Kupu-kupu itu berubah menjadi seorang wanita cantik berlesung pipit kalau tersenyum.

"Ya.. seperti itu lah kira-kira, Nina," jawab Raz tersenyum menatap wanita ya ng teramat diam-diam menjadi incarannya itu.

Wanita yang usianya enam tahun lebih tua darinya, bukan hanya Raz saja yang mengincarnya tapi para siluman dan penyihir pria lainnya pun mengejar-ngejar dirinya.

Merin sang siluman kelinci pun merasa tersaingi karena Merin tergila-gila pada Raz yang tiga tahun lebih tua darinya.

Sayangnya, Raz sangat mencintai wanita dewasa seperti Nina yang katanya tidak cengeng dalam menghadapi masalah itu juga yang ada dalam diri Nina.

Para siluman dan penyihir ramai melontarkan komentar tentang apa yang mereka lihat bahkan ada juga yang berbisik-bisik akhirnya menjadi gosip yang memabukan.

"Mereka sepertinya dua kerajaan yang saling bermusuhan?" papar Aarov yang dari tadi diam.

"Dua kerajaan?" tanya Raz mengkerutkan dahinya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Anita Jenius

Anita Jenius

3 like mendarat buatmu thor. semangat ya

2024-04-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!