Tidak Ingin Pulang.

"Kau?" pekik Levira terjengkit kaget.

Iya, Nona. Ini saya, pelayan keluarga anda yang setia, " jawab pria tua itu, tenang.

"Sepertinya itu tamunya Levira deh," desis Anne dalam hati. "Kayaknya dari bangsanya deh," batinnya lagi.

"Paman Orthy, katakan pada Ayahku. Kalau aku tidak ingin pulang," tolak Levira saat sang pelayan menjemputnya untuk pulang.

"Nona, Ayah anda tidak bermaksud mengusir anda," bela Orthy, hati-hati.

"Lantas?!"Levira mendelik tajam.

"Nona, Tuan besar sudah menyadari kesalahannya dan beliau, baru tahu kebenarannya," sahut Orthy, gugup.

Levira tersenyum getir.

"Apa bedanya?hah!"ketus Levira, galak.

"Ampun, Nona. Sa.. saya hanya menjalankan perintah beliau," sela Orthy, ketakutan.

Levira menarik napasnya, sesak. Amat menyakitkan saat mengingat yang telah berlalu.

Siapapun pasti sakit kala dituduh melakukan sesuatu tanpa mencari buktinya apalagi siluman dan penyihir yang memiliki perasaan.

Flashback on...

Di Istana Samudera Lentera...

"Dasar, anak tidak tahu diuntung!pergi kau dari Istana ini, aku tak akan pernah menganggapmu lagi sebagai putriku!"hardik Arzies sang Ayah dengan wajah murka. Mengusir.

"Baik, kalau itu memang keinginan Ayah!asal Ayah tahu, aku tak pernah melakukan hal hina seperti yang mereka tuduhkan padaku!" tunjuk Levira, sengit. Ke arah Ibu dan Adik tirinya yang bernama Izathur seorang pangeran yang keras dan manja.

Sang Ayah hanya memalingkan wajah tak ingin melihat wajah cantik putrinya.

"Pergilah! "

"Oke.. oke, jangan pernah berharap aku akan kembali."

"Tidak akan! "

"pegang kata-katamu itu!"

Sedang, di samping sang suami seorang wanita dan anak laki-lakinya saling memandang dan tersenyum di atas luka Levira.

Flashback off...

"Katakan pada Ayah, Paman. Selamanya aku tidak akan kembali apalagi mengingat dia tidak mengakuiku sebagai putrinya,"desisnya, dingin.

"Nona, Tuan Arzies. Lagi khilaf."Levira mendelik tajam ke arah Orthis.

"Khilaf?dengan menuduhku yang tidak aku perbuat, kau bisa bilang Ayahku khilaf! "ucap Levira dengan nada tinggi lalu dia tertawa getir.

"Andai saja kau berada di posisiku, apa yang kau lakukan!" Orthis terjengkit kaget begitu juga sang Nona rumah Anne.

"Nona.... "

"Kenapa?kau tidak bisa menjawabnya kan?karena, kau tidak pernah merasakannya!sakit ini, tidak pernah kau rasakan. Dadaku seperti tertusuk seribu duri pedihnya bertubi-tubi, apa kau tahu?!"ungkapnya dengan suara serak bercampur isak tangis kekecewaan.

"Nona, sa... "

"Oh.. iya, aku lupa kalau beliau bukan lagi Ayahku," cibir Levira tersenyum pedih.

"Nona,anda jangan berkata begitu. "

"Beliau yang memintanya bukan aku! "

"Saya tahu, Nona. Walau bagaimanapun beliau tetap Ayah anda. "

"Apa kau juga tahu, Paman. Kaca yang pecah berkeping-keping bisa kembali utuh tapi, masih menyisakan pecahannya begitu juga hatiku masih menyisakan sakit yang sangat dalam. "

Orthis kini hanya terdiam tak lagi menyela. .

"Katakan pada Tuan Arzies, aku tak akan pernah pulang. Pulang untuk mengulangi kembali rasa sakit itu. "

Sebenarnya, Levira merasa kasihan pada pelayan setia keluarganya. Dia diutus majikannya untuk menjemput putrimya karena kesalahannya yang dulu.

Levira sebenarnya ingin pulang tapi mengingat yang lalu sakit hatinya belum juga sembuh.

Istana Samudera Lentera...

"Apa putriku tidak ingin kembali, Orthis?" tanya Arzies dengan rasa kecewa karena sang pelayan tidak membawa sang putri.

"Maafkan saya, Tuan. Saya sudah berusaha membujuk Nona muda tapi, Nona bersikeras tak ingin kembali apalagi kembali mengingat masa lalunya yang membuatnya terluka," jawab Otthis tak enak hati.

Arzies menarik napas dan mengusap wajahnya yang masih tampan penuh sesal.

"Ini salahku, Orthis. Aku seharusnya tahu siapa putriku dan seharusnya aku tidak menuduhnya tanpa bukti dan mengusirnya tanpa memberinya kesempatan untuk menjelaskan ini semua,"serak Arzies penuh penyesalan.

"Sudahlah, Tuan. Tidak ada yang perlu disesalkan mungkin anda sudah dibutakan oleh kecantikan Nyonya Shima yang ternyata dia dibalik semua ini kerjasama dengan putranya Tuan Izathur yang melempar tuduhan pada Nona Levira, "hibur Orthis.

Arzies tertawa hambar...

"Saya tahu, Tuan. Suatu saat hati Nona akan luluh dan akan kembali pada pelukan anda, percayalah pada saya. "

"Iblis wanita itu dan putranya ternyata berusaha ingin memisahkan aku dengan putriku dan juga ingin menguasai hartaku! " geramnya dengan wajah murka kemerahan."Tidak akan kubiarkan itu terjadi!"teriaknya, lantang. Sehingga Istana dan seluruh samudera berguncang.

Di daratan...

Tepatnya, pertarungan Harze dan Raz

"Aku tldak akan menyerah, Raz. Sebelum kau mati di tanganku!" teriak Harze, menggelegar. Hingga membelah jalanan.

"Apa kau menginginkan Nina, Harze?sayangnya, kau tak akan pernah mendapatkannya," ucap Raz, dingin. Namun, membuat darah Harze mendidih.

"Kurang ajar!akan kubunuh kau, cia.. aaat! " teriak Harze lalu menyerang Raz.

Dengan wajah tenang tapi dengan gerakan gesit Raz mampu menghindar serangan Harze yang sudah di ambang kemarahan itu setuju atau tidak dari netizen pertarungan itu kembali dimulai.

Bugh...

Raz pun kembali memukul balik Harze setelah dia dipukul oleh Harze bahkan lebih keras.

"Akh... hhhhh!" teriak Harze, kesakitan.

"Bagaimana, Harze?kau ingin menyerah?"

"Kau jangan bermimpi, Gagak!"

"Harze, bagaimana kau ingin menyerangku?sedangkan tubuhmu saja sudah lemas begitu."

"Aku tak butuh pidatomu, Raz! terima lah ini, cia.. aaaat!"

Eh.. sebelum pertarungan mereka dimulai yuks kita putar dulu lagu Treat you Better nya Shawn Mendez.

Bugh..

"Akh.... hhh!" jerit Harze, kesal.

Karena dirinya sudah beberapa kali kalah bertarung dengan Raz.

Kembali ke diaman Anne...

"Vir, tamu yang tadi itu.... "

"Dia itu pelayan setia keluargaku, An," potong Levira, malas.

"Jadi kamu seorang Nona?" tanya Anne, kepo. Membuat Levira tersenyum pahit.

"Iya,"lirihnya.

"Astaga!ngapain kamu merendahkan diri menjadi pelayan di rumahku?hadeuh, capek deh!" gerutu Anne.

"Ya, tapi aku merasa bahagia di sini walau menjadi pelayanmu daripada harus tinggal di sana bersama dengan Ayah dan Ibu tiri juga anaknya," sahut Levira.

"Padahal jadi nona itu menyenangkan lho," cicit Anne, menyayangkan.

"Bukannya kamu sudah merasakannya?"ledek Levira.

"He.. ee, iya juga tapi kan aku gak tingga di istana, Vir!" tekan Anne.

"Apa bedanya?"

"Maksudmu?"

"Lebih baik aku tinggal di gubuk reot, An. Daripada tinggal di istana yang megah tapi kebahagianku terenggut," papar Levira, menerawang.

"Apa karena masalah keluarga ya?kamu menjadi korban tuduhan?" tebak Anne.

"Ayahku bahkan ikut menudingku, An," adu Levira, kecewa.

"Ya.. ampun!" Anne mendelik, kaget.

"Beliau mengutus Paman Otthis untuk menjemputku kembali ke istana sayangnya, aku tidak ingin kembali ke sana," timpal Levira, kemudian.

"Apa tamu yang barusan itu ya?"

"Iya," jawabnya, datar. "Kembali ke sana sama saja dengan kembali ke masa itu, hatiku sakit, An!yang lebih sakit lagi adalah keluargaku sendiri sama sekali tidak mempercayaiku dan malah membela orang luar. "

"Iya, aku mengerti. Bagaimana rasanya menjadi korban tuduhan."

Kembali pada Raz dan Harze..

Setelah gagal terus bertarung melawan Raz akhirnya, Harze menyerah.

"Awas kau, Raz!suatu saat aku akan membalasmu!"ancamnya, menunjuk sengit. Sebelum menghilang.

Wush.. hhh.

Harze pun menghilang dengan luka di

tubuhnya termasuk luka hatinya.

Di daratan biru.. .

"Hai.. siapa kau?berani sekali kau memasuki wilayah kekuasaanku!" gertak seorang pria, sengit.

"Wilayahmu?" ulang pria sang lawan, tersenyum miring.

Bersambung...

Wezar

Levira

Aarav

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!