Begitu Nekat.

"Ah.... penyihir kecil itu ingin melakukan sesuatu padaku, ck. Tak kusangka dia begitu nekat," jawab Raz, berdecak.

"Dia belum tahu aja kualitas yang kau miliki, " sahut Wezar mengembuskan napas, menatap sekejap sang teman.

"Sepertinya dia ingin menantang senior," balas Raz tersenyum dingin.

Wezar pun terkekeh.

"Aku juga tidak tahu dia punya kekuatan apa?sehingga dia berani menantangmu," ulas Wezar, menggeleng.

"Sudahlah, tidak usah dibahas lagi. Anggap saja dia kebanyakan minum," ucap Raz, tenang.

"Widih, belanja-belanja nih," tegur Levira, girang. Saat melihat Anne sedang membawa sekantong belanjaan.

"Iya, dong. Kamu sih tadi diajak gak mau ikut," sahut Anne, mencibir.

"He... he, abis gimana ya?" Levira tersenyum malu. "Aku terlalu asyik tinggal di kolam ini, sejuk banget rasanya. Daripada keluar. "

"Halah, bilang aja kamu mager," ledek Anne sambil mengeluarkan isi belanjanya.

"Iya, emang mager sih. Lagipula aku gak tahan dengan udara panas," sahut Levira, serius.

"Oh.. iya, aku lupa."

Anne menggetuk dahinya sendiri merasa bersalah.

Lalu, beberapa menit kemudian...

"Ann, kamu beli makanan aku saat di kolam?" tebak Levira, girang.

"Ehem," jawab Anne tersenyum nakal.

"Produk Lentera ya?"

"Iya, kan ini kesukaanmu. "

"Kok kamu bisa tahu, kalau produk itu jadi favoritku?" tanya Levira penuh selidik.

"Kamu yang ngomong sendiri, gak sadar ya?" jawab Anne, tenang.

"Apa?!" jerit Levira dalam batin, kaget. "Padahal aku gak pernah cerita sama sekali, bagaimana dia bisa tahu ka.. . "

Levira masih berkata dalam hatinya.

"Ya tahu lah, Vir. Walau kamu secara gak langsung cerita padaku," potong Anne tersenyum misteri.

"Kamu?"tunjuk Levira dengan wajah heran dan bingung.

Beberapa menit kemudian...

"Astaga!maaf, aku lupa kalau kau punya kekuatan bisa mendengar dan membaca isi hati setiap makhluk."

Levira baru ingat.

"Sudah lupakan saja, lebih baik bantu aku menyiapkan piring. Aku akan masak masakan yang lezat buat kita,"pinta Anne.

"Baik, Bos."

"Tuan Fritz, saya sudah ada info tentang penyerangan para siluman serigala di masa itu," ungkap seorang ajudan.

"Katakan lah apa itu?" sahut Fritz, dingin.

'Info yang saya dapat, penyerangan itu sesungguhnya dilakukan bukan dari siluman serigala. Mereka hanya berubah wujud menjadi siluman serigala, Tuan. Ini sengaja mereka lakukan untuk mengadu domba kita," ungkap sang ajudan, sungguh-sungguh.

"Tuan Oh ternyata berkata benar, ini semua hanya fitnah dari pasukan Vendom yang ingin memecah belah di antara kita," batin Fritz, manggut-manggut.

"Mereka adalah pasukan Vendom, mereka bisa jadi siluman atau penyihir apapun itu, termasuk jadi siluman serigala," sahut Fritz, menjelaskan.

"Astaga, Tuan! mengapa aku baru tahu sekarang?"Sang ajudan merasa bersalah.

"Aku tidak menyalahkanmu, aku juga baru tahu ini dari Tuan Oh. Sewaktu aku adu duel dengan Jewaz sang siluman serigala," ucap Fritz, datar.

"Jadi, anda berdua..... "

"Ya, ternyata kami di adu domba oleh mereka. Agar kami saling perang satu sama lain. Kami pun sempat berebut wilayah," potong Fritz, mengungkap.

"Sungguh mereka benar-benar kejam ya, Tuan. Apa sih maunya mereka?"

"Tujuan mereka adalah ingin menguasai negeri ini dan akan membuat semuanya menjadi kacau."

"Ha?Tuan, jelas-jelas kita harus menyingkirkannya dari negeri ini!"ucap sang ajudan sengit juga berapi-api.

Fritz menghela napas

"Aku tahu, tapi tidak semudah itu kita menyerang pasukan Vendom. Bisa-bisa kita habis oleh mereka," sahut Fritz dengan tenang.

"Sedahsyat itu kah kekuatan mereka?"Sang ajudan mulai panik.

"Iya, mereka dengan mudah mengalahkan jutaan siluman satu jentik jari saja. "

"Ya, ampun. Kita harus bagaimana, Tuan?"tanya sang ajudan dengan nada cemas dan takut.

"Tenang lah, asalkan kita waspada. Semuanya akan baik-baik saja," jawab Fritz, dingin. "Dengan tidak menantang dan menatap mereka, aku yakin kau pasti akan selamat," tuturnya sedikit tersenyum.

"Kalau itu kita lakukan bagaimana, Tuan?"

"Matanya akan menyerangmu dan seketika itu kau akan terbakar hidup-hidup sebelum ketemu ajal."

"Hi... ii, mereka sangat mengerikan. "Ajudan itu bergidik ngeri.

"Namun.... . "Fritz menjeda kalimatnya.

"Namun apa, Tuan?" kejar sang ajudan, penasaran.

Fritz meghela napas, panjang...

"Ada siluman atau penyihir yang tidak bisa mereka tiru secara bentuk dan rupanya," ungkapnya.

"Ha?ada yang seperti itu, Tuan?"

"Ehem... sebagian besar dari mereka adalah siluman."

"Kalau saya boleh tahu siapa saja mereka, Tuan?"

"Aku tidak bisa mempredeksi siapa mereka, Erdi.Pastinya jika salah satu dari pasukan Vendom nekat melakukannya, niscaya mereka akan terbakar hidup-hidup. Bukan hanya itu, saat mereka menatap para siluman terpilih ini mata mereka akan menjadi buta. "

"Waduh, saya kok jadi penasaran?siapa ya mereka?" gumam ajudan bernama Erdi itu.

Fritz pun terkekeh.

"Nanti kamu akan tahu sendiri, siapa saja mereka. "

"Mereka adalah pasukan Vendom, aku baru tahu ini dari Tuan Oh," ungkap Jewaz pada seorang teman di sebelahnya.

Mereka duduk bersebelahan di bangku bayang diiringi angin semilir yang meniup wajah tampan keduanya.

"Tentang pasukan Vendom yang aku tahu adalah pasukan siluman yang dapat berubah menjadi makhluk apapun," sahut sang teman menoleh ke arah Jewaz.

"Iya, itulah kesaktian mereka. Bahkan kami pun saling berduel karena salah paham untungnya, Tuan Oh datang melerai. Kalau tidak.. .. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada kami berdua," ucap Jewaz, menerawang.

"Bahkan aku juga tidak bisa membayangkannya, Jewaz.Bagaimana jadinya kalian kalau Tuan Oh gak datang melerai,"sahut sang teman cemas.

"Aku pun tak ingin membayangkan hal mengerikan itu, Kean," balas Jewaz menarik napas.

"Setidaknya, kalian tidak ada yang terluka parah."

"Ya, kami hanya luka ringan karena kekuatan kami seimbang. "

"Syukurlah, kalau begitu."

Pria bernama Kean itu manggut-manggut.

Beberapa menit kemudian setelah saling asyik dengan pikiran masing-masing.

"Terus, bagaimana dengan wilayah yang kalian rebutkan?"sindir Kean.

"Entahlah, Kean. Aku masih bimbang dengan wilayah itu akan menjadi milik siapa?"tanggap Jewaz dengan wajah malas.

"Faktanya, wilayah itu akan menjadi milikku, Jewaz!" gumam Kean dalam batin tersenyum licik.

"Kenapa kamu tanyakan itu, Kean?"balas Jewaz, heran.

Kean yang ditanya pun serasa terjatuh karena kaget.

"Oh... ga... gak ada apa-apa kok, cuma penasaran aja." Kean beralibi.

"Masa sih?aku kok merasa ada yang gak beres dengan Kean," ungkap Jewaz dalam batin penuh kecurigaan.

Jewaz merasa kalau Kean menyimpan pikiran yang picik sebenarnya, dia tidak bisa membaca pikiran dan hati setiap makhluk. Namun, dia bisa merasakan aura negatif dan positif di sekitarnya.

Seperti saat ini, dia bisa merasakan aura negatif dari sahabat di sebelahnya. Yaitu dia bisa merasakan sahabatnya itu sangat culas dan jahat dalam kedok sahabat yang baik.

"Oh.. aku kira kamu mau menguasai wilayah yang kami rebutkan itu?"

Jewaz pura-pura polos.

"Ya, gak mungkin lah!" sahut Kean tertawa kaku. "Tentu saja aku ingin menguasainya, Jewaz bodoh!"batinnya tertawa keras.

"Gak apa-apa juga sih kalau kau ingin menguasai, aku percaya padamu karena pada dasarnya kau sangat baik," gumam Jewaz tersenyum misteri.

Jewaz pura-pura tidak tahu dengan rencana licik yang akan dibuat oleh teman dekatnya itu.

"Heh!Jewaz itu beneran polos atau gimana sih?bisa-bisanya dia percaya kalau aku ini teman yang baik?tapi, biar saja lah. Dengan begitu kan aku bisa mengerjainya," ungkap Kean dalam batin tersenyum licik.

Di tempat yang berbeda...

"Akh... hhhhhhh!"

Suara keras membahana dari makhluk yang berasal dari pasukan Vendom sambil memegang kedua matanya.

"Hei, ada apa denganmu?"

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!