Terungkap.

"Aku juga tidak bisa menebak siapa mereka, sayang. pastinya, para serdadu Vendom tidak akan pernah bisa merubah diri menjadi mereka sekuat apapun usahanya, " jawab Xaren.

"Heh! kenapa jadi penasaran begini ya?"keluh Yasira.

"Mungkin suatu saat akan terungkap, sayang, "hibur Xaren menatap mesra sang Istri.

"Mengapa hatiku justru mengatakan kalau yang dimaksud adalah mereka berdua?Suami dan Putraku sendiri?"batin Yasira bertanya-tanya.

"Ayo.. kita masuk, di luar dingin," ajak Xaren dengan nada lembut.

Yasira pun menurut.

"Kalau bisa, jangan dulu,"cegah Zevus. "Karena kita tidak tahu siapa mereka?dan apa tujuan mereka?selama mereka tidak menyerang kita jangan menyerang," titahnya.

"Baik, Yang Mulia," jawab para ajudan dari neraka, bersamaan.

Tubuh mereka pun diselimuti oleh api yang berkobar-kobar, menatap rombongan dengan wajah dingin melewati mereka begitu saja.

Di antara mereka ada yang melihat Zevus dengan wajah sangar setelah itu memalingkan wajahnya.

Sedangkan, Zevus. Hanya menatapnya...... Dingin.

"Kau melihat seseorang?" tanya seorang pria pada sang teman.

"Ya, nampaknya pria itu berasal dari neraka, " jawab si pria, ragu.

"Apa dia masih muda?"

Sejenak sang teman berpikir, lalu...

"Kalau tidak salah tebak, dia seumuran kita," jawabnya.

"Oh, apa salah satu dari kita menyamar jadi dia?" sang teman menggeleng, lesu.

"Mengapa sih?bukannya, kita berhasil terus menyamar jadi siluman atau penyihir lain?"

"Tidak bisa, Qei Aku merasakan jiwa pemuda itu sangat kuat tatapan yang dingin itu begitu mengerikan, aku sama sekali belum pernah melihat orang seperti dia."

"Artinya, kita tidak bisa merubah diri kita menjadi dia?"

"Ya, begitulah. Percaya atau tidak sekuat apapun kita menjadi dirinya, kita tak akan pernah menjadi dirinya atau tubuh kita hancur karena memaksakan diri jadi dia. "

"Akh.... Ren. Sialan kau!sudah membuat tubuhku bergidik," maki pria bernama Qei. Lalu ketampanannya berubah jadi wajah monster mengerikan.

Ren tersenyum miring...

"Maaf, teman. Itu memang kenyataan sebab saat melihatnya jiwaku seolah ditarik oleh mata apinya yang menyala-nyala," sahut pria bernama Ren itu tenang. Tidak menggubris sama sekali kemarahan sang teman.

"Cuih! apa membunuhnya juga kita tidak bisa?!" tanya Qei mengepalkan tangannya, geram.

"Kau ingin bunuh diri?! jika kau melakukannya, kau lah yang akan terbunuh bukan dia!" omel Ren, tajam.

"Siapa dia sebenarnya?" keluh batin Qei sekaligus pertanyaan di benak.

"Tidak usah dipikirkan, yang penting kita tak cari masalah dengannya," imbuh Ren yang diangguk setuju oleh Qei.

Mereka pun menyusuri jalan setapak yang terbelah-belah akar pohon yang berkeliaran mengusik perjalanan mereka dengan kejahilannya.

Lalu mereka menembus cahaya dan perlahan menghilang.

"Apa yang kau lakukan?!" protes Nina terjengkit, kaget. Saat seorang pria tiba-tiba berdiri di belakangnya.

Dia pun memutar balik tubuhnya.

"Kau terkejut?" bisik Dew membuat Nina memundurkan tubuhnya.

Dew tersenyum miring dan berusaha ingin menyentuh Nina, tapi....

"Lepaskan tanganmu!"ketus Nina, tajam.

"Punya harga diri juga ya, tapi aku suka," balas Dew berusaha menggoda.

Nina menampik tangan Dew yang menyentuh dagunya dengan kasar.

"Heh! apa sih yang kau suka dari Raz?" tanya Dew menunjukan rasa cemburu.

"Semuanya," jawab Nina dengan mata berbinar.

Dew yang mendengarnya semakin panas hatinya terbukti api yang menyala-nyala melingkari tubuhnya.

"Walau Dewa langit sekalipun, aku tak peduli! keputusanku sudah bulat kali ini, aku akan mengajak Xaren perang sampai dia kalah. Tergeletak di bawah kakiku!"ungkapnya, tajam. Setelah itu tawa pun menggema di seluruh istana dan luar istana.

"Heh! baik, kalau itu maumu, Anggara!aku akan membuatmu mendapatkan akibatnya!" Dewa Langit pun murka mendengar penuturan raja kelam.

Lalu...

"Pengawa... aaaal! "

Wush... hhhh.

Para ajudan itu langsung menghadap sang raja.

"Ada gerangan apa, Yang Mulia?" tanya salah satunya.

"Aku punya tugas untuk kalian," jawab Raja Langit, dingin.

"Apa itu, Yang Mulia?"

"Raja Kelam ingin mengajak duel Raja Neraka untuk ketiga kalinya. "

"Bukannya, mereka sudah dikalahkan Raja Xaren dan pasukannya kedua kalinya, Tuan?"

"Itulah, raja yang ambisius. Tak ingin puas dengan kekalahannya. "

"Apa yang harus kami lakukan, Tuanku? "

"Sepertinya, dia akan melakukannya. Buatlah kabut di sekeliling istana kegelapan sehingga mereka tidak dapat melihat apapun. Dengan begitu mereka tidak mencapai langit untuk menyerang raja neraka. "

"Kalau mereka masih bersikeras, apa yang akan kita lakukan, Yang Mulia? "

"Jangan cemas, sekuat-kuatnya raja kelam. Dia dan pasukannya tidak akan bisa menghancurkan kabut kita, bila itu terjadi. Mereka akan terkena akibatnya. " Raja Langit memiringkan bibir tipisnya.

"Akh... Levira, mengapa kamu lama sekali perginya?aku merasa sepi kalau gak ada kamu, tahu gak? " keluh Anne, dongkol.

Semenjak ada Levira, kehidupan Anne serasa di kelilingi bunga-bunga musim semi.

Levira yang hangat mampu memecahkan bongkahan es di hati Anne.

Maka itu, Anne merasa jenuh dan hidupnya pun merasa hampa bila tidak ada Levira di sampingnya.

"Eh... mengapa sih aku jadi membayangkan wajah ular jelek itu?!ih.. gak banget deh!" amuknya.

"Aduh, mengapa aku jadi membayangkan penyihir jelek itu ya?!terus, wajahnya menari-nari di mataku lagi, sialan!" umpat Wezar dalam hati.

"Kamu mengapa, Wezar?hari ini kok sudah melamun?mikirin Anne ya?" goda Raz

"Siapa yang mikirin penyihir jelek itu!" elak Wezar dengan wajah jutek.

Padahal dalam hati, Wezar berkata kalau Anne sangat cantik dan sempurna tapi karena gengsi dia tidak mengatakan yang sebenarnya

"Akui saja lah, gak usah mengelak gitu," sanggah Raz lalu cekikikan.

"Eh... nih, anak. Orang serius juga, dia malah meledek!" umpat Wezar, kesal.

Lalu, sebelum meninggalkan Raz....

"Pikirin tuh si Nina, dia lagi digangguin sama Dew!" ceritanya.

Wajah Raz yang tadinya laksana cuaca yang cerah kini berubah menjadi bagai api yang membara menari-nari dalam sekam.

Tangannya mengepal dan rahangnya mengeras.

Wush... hhh.

Nina kaget saat Dew tiba-tiba berada di depan matanya.

"Kamu mau kemana, manis?" goda Dew, genit. Mencoba ingin merangkul Nina.

Dengan gesit, Nina menghindar.

"Mau apa kamu sebenarnya?!" tanyanya, kesal. Sembari menghindari serangan Dew yang agresif.

"Mauku?ingin bersamamu, Nina," tekannya, berbisik.

"Bagaimana mungkin?aku sudah punya Raz!"tolak Nina, menghindar.

"Kupu-kupu kecil, apa kau lupa.Kalau ak.... "

"Tentu saja dia tidak lupa bahwa kau adalah penyihir yang suka menfaatkan situasi," potong seorang pria tampan merangkul pinggang ramping Nina, menggertak.

Nina pun memutar lehernya ke samping dan setelah itu tersenyum puas.

"Raz?"panggilnya, lembut

"Maafkan aku, sayang. Aku datang terlambat," ucap Raz, lembut. Menatap mesra Nina.

Nina menggeleng, tersenyum. lalu mengempaskan kepalanya di dada bidang Raz.

Melihat kemesraan Nina dan Raz, Dew marah terbakar cemburu.

Raz, berani-beraninya kau merebutnya dariku!" hardik Dew dengan suara lantang.

Seiring dengan mega-mega yang berjatuhan ke tanah mengeluarkan bunyi dentingan dan tetesan air.

Bersambung..

Fritz

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!