Gak Salah.

"Aku, merebutnya darimu?" Raz tertawa garing. "Gak salah?" sinisnya, tajam.

"Setidaknya, aku lebih dulu mengenalnya!"sahut Dew, keras

"Lalu, apa masalahnya!" balas Raz lebih lantang. Aura kemarahan pun terpanncar dari tatapannya.

Nina pun segera mngusap-usap lengan Raz untuk meredakan kemarahan.

"Tenang, aku tidak apa-apa," bisik Raz, pelan. Tatapan Raz melembut saat menatap wajah Nina.

"Ada apa, sayang? " tanya Nyonya Oh pada sang suami.

"Heh! sepertinya ada masalah percintaan," jawab Tuan Oh, melengos.

"Dalam kehidupan ini selalu ada masalah tergantung bagaimana cara kita mengatasinya, "ucap sang istri, bijak sambil menyuguhkan teh mawar hangat di cangkir kaca tahan panas.

"Iya, sayang. Aku setuju dengan pendapatmu, "sahut sang suami lalu meneguk teh kesukaannya itu."Masalahnya, bukan itu saja,"lanjutnya.

"Apa ini tentang pasukan Vendom yang turun ke bumi untuk mengacau!" tebak sang istri dengan wajah kesal.

Tuan Oh melirik seklilas pada sang istri lalu mengela napas.

"Bukan hanya itu, para pasukan Vendom itu dapat merubah diri mereka menjadi siluman dan penyihir lain, kecuali..... "Tuan Oh menggantung kalimatnya seraya mengusap peluhnya.

"Kecuali apa?"tanya Nyonya Oh, penasaran.

"Kecuali beberapa penyihir dan siluman yang sangat sulit sekali mereka tiru rupa dan suaranya," jawab Tuan Oh.

"Siapa mereka?"

"Entahlah, aku juga tidak bisa menebak. Siapa mereka." Nyonya Oh pun mendengus kesal.

Perkelahian yang sengit itu ternyata dimenangkan oleh Raz, awalnya dia kalah oleh Dew.

Dia tidak menyangka Dew begitu kuat dan menjadi lawan yang setimpal bahkan sangat berat.

Lalu, pada akhirnya Raz lah yang menjadi pemenangnya tentu saja dia tidak hanya menggunakan fisik dalam bertarung pada orang yang lebih kuat darinya tapi dia juga menggunakan otak yang berputar untuk mengalahkan sang lawan.

"Kalau kau masih juga meganggu Nina, nasibmu bukan hanya seperti ini lagi," ultimatum Raz, tidak main-main.

Dew hanya terdiam dengan tubuh yang masih tersungkur dan sakit akibat tendangan Raz.

"Ayo, sayang, "ajak Raz, lembut. Sambil menggandeng tangan Nina.

Nina pun menurut.

Dengan acuh keduanya meninggalkan Dew yang masih saja terbaring dengan tubuh yang terasa perih.

Bukan tubuhnya saja yang perih, tapi hatinya pun ikut perih karena cintanya pada Nina bertepuk sebelah tangan.

Termyata dalam rasa sakitnya. Dew tidak bisa menerima kekalahannya.

"Kali ini kau bisa menang, Raz!lain kali aku tidak akan pernah membiarkanmu menang dan aku, yang akan merebut Nina dari pelukanmu!"ucapnya dalam batin dengan wajah merah penuh dendam.

Beberapa detik kemudian tawa keras pun menggema sehingga seluruh ruang beserta isinya bergetar hebat.

"Oh... Levira, syukurlah. Akhirnya kamu balik," sambut Anne, antusias diiringi senyum manis Levira.

"Maafkan aku, An. Sudah membuatmu cemas," sesal Levira.

"Sudahlah, yang penting kau baik-baik saja," balas Anne, santai. "Ayo, masuk. "Levira mengangguk.

Anne pun menarik tangan Levira masuk ke dalam rumahnya.

"Aku rindu sama kamu, An. Juga rumah ini rasanya, aku merasa nyaman di sini," ungkap Levira dengan mata berbinar terang.

"Bukannya, diistana lebih nyaman," sela Anne, bingung.

"Karena kemewahannya kan?" balas Levira, mencibir.

Mendengar itu Anne tidak dapat berkata apa-apa.

"Bukannya, rumahmu ini juga mewah bahkan lebih nyaman dari istanaku," lanjutnya melirik Anne.

"Aku..... "

"Tidak semua suatu kemewahan itu menjamin kebahagiaan dan kenyamanan. "

"Terus, bagaimana dengan keluargamu?" tanya Anne yang tentu saja hanya dalam hati.

"Ya, kau benar. Sudahlah, lebih baik tidak usah dibahas lagi Kamu juga perlu istirahat kan?"

"Iya, sih. Lumayan capek habis dari perjalanan panjang dari samudera ke samudera," keluh levira sambil merentangkan tangannya.

"Ayo... aku akan mengantarmu menuju kamar favoritmu," ajak Anne, riang.

"Dengan senang hati. "Levira tak kalah girang.

"Sialan!" teriak Dew, tiba-tiba. Membuat terkejut Aarav.

"Dew, kamu itu kenapa sih?" tanya Aarav, cemas.

"Ini semua karena Raz!" jawab Dew dengan suara tinggi menatap Aarav.

"Masalah percintaan lagi?" tebak Aarav sudah mulai bosan.

"Kalau bukan karena dia, Nina pasti sudah menjadi milikku," lanjutnya, jengkel.

"Hadeu... uuuh, Dew. Apapun yang kamu lakukan untuk Nina dia sama sekali gak terpengaruh kan aku sudah bilang Nina itu cintanya cuma sama Raz seorang," omel Aarav.

"Aduh, Rav. kamu tuh temanku bukan sih?!kok, malah belain si Raz itu!" protes Dew, tak suka.

"Ingat, Dew. Dia juga temanku, aku sudah lama mengenalnya daripada dirimu. Dan aku tahu kamu berusaha ingin mengambil Nina darinya kan?bukan dia yang mengambil Nina darimu," bela Aarav, tegas.

"Ck, sudahlah. Percuma saja bicara padamu," decak Dew, kesal melewati Aarav memasuki rumah Aarav.

Aarav pun hanya menggelengkan kepala melihat ulah temannya yang keras kepala dan ambisius.

"Bagaimana dengan lukamu?" tanya Aarav sedikit berteriak.

"Aku bisa menyembuhkannya sendiri,"balas Dew masih kesal.

Ebtah dia kesal pada siapa?pada Raz apa pada Aarav.

Aarav mendengus lalu melanjutkan kegiatannya memasak ramuan.

Beberapa jam kemudian...

"Ramuan apa ini?" tanya Dew, heran.

"Ramuan penyembuh luka yang ada di tubuhmu dengan meminum ramuan ini lukamu niscaya akan sembuh total dan aku pernah mencobanya," jawab Aarav, tenang.

"Benarkah?" Dew membulatkan matanya seraya tak percaya.

"Minumlah, biar kau tahu sendiri bagaimana hasilnya. Memang dibutuhkan beberapa menit sih untuk pulih setidaknya kau butuh istirahat agar penyembuhannya bisa bekerja dengan baik," pesan Aarav.

Dew mengangguk mengerti.

"Maaf, tidak ada ramuan penyembuh luka hati," imbuhnya, meledek. Sebelum meninggalkan Dew.

Dew pun membalasnya dengan tatapan membunuh sedangkan Aarav dengan tenang meninggalkan Dew yang sedang menatapnya tajam.

Flashback on...

Bugh....

Raz pun tersungkur kena tendangan Dew.

"Raz!" teriak Nina, cemas. Lalu, mendekati Raz.

Raz tersenyum dalam tubuhnya yang pedih.

"Tenang aku tidak apa-apa," ucapnya sambil menghapus air mata Nina yang menetes di pipi putihnya.

"Bagaimana, Raz? apa kau masih ingin merebut Nina dariku?"tanya Dew dengan sombongnya.

Raz mengembuskan napas kesal dan menatap tajam Dew.

"Nina tidak akan pernah menjadi milikmu!"umpat Raz, tajam.

"Baiklah, kalau begitu... "

"Apa yang kau lakukan padanya?"

"Tidak, aku tidak melukainya. Karena aku mencintainya aku hanya membuatnya terdiam dengan manteraku."

"Kau gila, Dew!cepat lepaskan dia, ini tidak ada hubungannya dengannya. "

"Tidak akan!sebelum aku membunuhmu!"

Dew pun melancarkan serangannya tidak serangan fisik melainkan serangan dengan menggunakan sihir.

Awalnya, Raz kalah oleh serangannya. Namun, pada akhirnya dia memenangkan pertarungannya dengan Dew lewat otaknya yang berputar.

Flashback off...

"Sepertinya, ada pasukan Vendom yang datang kemari," ungkap seorang netizen kota Ilusi.

"Benarkah?" tanya seorang netizen lainnya tak percaya.

"Iya, rasa-rasanya aku pernah mendengarnya, tapi melihatnya aku belum pernah," timpal salah satu netizen.

"Kalian harus berhati-hati pada mereka," ultimatum netizen wanita itu.

"Mengapa?!" tanya para netizen bersamaan.

Bersambung...

Fritz

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!