Masalah Antara Kau dan Aku.

"Ada apa, Harze?" tanya Raz, datar. Membelakangi Harze.

"Raz, sudah kuduga. kau ada di sini mari kita selesaikan masalah antara kau dan aku," jawab Harze menahan emosi.

"Masalah kita sudah selesai, Harze. Dan aku menganggapnya sudah selesai," tegas Raz lalu berlalu dari Harze.

"Eits... masalahnya adalah aku belum selesai denganmu!" cegah Harze mendongak lalu menatap tajam Raz.

Raz pun menarik napas, kesal

"Lantas, apa maumu, beruang kutub?" tekan Raz menahan rasa kesal.

"Mauku, ingin bertarung denganmu, Raz!Rasanya, aku tak puas jika tak melihatmu terkapar tak berdaya di tanganku!"tunjuk Harze dengan suara lantang.

Wajah Harze mulai menggelap seirng angin membelai rambut kedua pria tampan dengan tatapan berbeda yang satu menatap tajam yang satu menatap datar.

"Apa semua ini tentang Nina, Harze?" selidik Raz menyipitkan sebelah matanya

"Apa kau tahu, Raz?Sejak aku pertama kali bertemu Nina, aku memiliki perasaan cinta yang dalam padanya tapi, kau malah mengacaukannya!" hardik Harze, lantang. Seiring petir menggelegar di mana-mana padahal tidak ada hujan dunia penuh siluman dan penyihir itu pun dikelilingi kegelapan.

Meo... ooong...

Seekor kucing kecil putih bersih bertotol warna warni dengan mata hijau tua dan pink yang bersinar dengan terangnya di antara kegelapan bersuara lalu melompat dengan lincah, lalu..

Wush.. hhhh...

Sekumpulan asap mengelilingi tubuh kucing yang masih saja mengeong itu lalu merubahnya menjadi seorang gadis cantik dengan usia kira-kira tujuh belas tahun.

"Kok.. tiba-tiba jadi gelap begini ya?" ungkapnya keheranan.

"Kenapa tiba-tiba jadi gelap begini sih?"ucap salah satu peri yang berterbangan kian kemari di antara pepohonan.

"Entahlah, aku pun tak tahu kenapa jadi gelap begini," timpal salah satu temannya.

"Aneh deh, "sahut yang lainnya.

"Ini pasti ada yang perang," ungkap seorang penyihir pria tua berumur kira-kira empat puluhan tahun.

"Siapa mereka, Tuan Wil?" tanya pria berwajah monster itu.

"Entahlah, Zac. Aku pun tak tahu siapa mereka dan aku, tak mengenal mereka sama sekali," jawab Wil apa adanya

Zac sang pria berwajah monster mengembus napas kekecewaan.

"Maafkan aku, Zac," ucap Wil tak enak.

"Sudahlah, Tuan Wil.Itu bukan persoalan," sahut Zac menatap datar Wil. "Lagipula aku tak ingin mencampuri masalah mereka," imbuhnya, dingin.

"Ya... lebih baik biar mereka saja yang menyeselesaikannya. "

"Iya.. itu lebih baik. "

"Eh.. kenapa tiba-tiba gelap sih?"

"Iya, ya. "

"Ada apa ini?"

Para netizen pun mulai berkomentar dengan langit yang tiba-tiba mulai menggelap.

Kembali pada Harze dan Raz...

"Harze, kau baru pertama kali bertemu dengan Nina sedangkan, aku. Sudah lama bersama dengan Nina," tunjuk Raz ke dada Harze.

"Akh.. hhhh... aku tak pedulii, Gagak!" bantah Harze, keras.

"Ya, kau boleh tak peduli tapi satu hal yang harus kau ketahui, Beruang kutub.Aku tak akan pernah menyerahkan Nina pada siapapun termasuk dirimu kecuali memang Nina sudah tak lagi mencintaiku," balas Raz, tegas.

"Heh! Tidak kusangka, kau benar-benar egois, Raz!" sentak Harze dengan suara menggelegar.

"Apa kau membicarakan tentang dirimu sendiri, Harze?" cibir Raz, dingin.

"Kau tak usah menfitnahku, Raz!" Harze semakin panas dengan bukti api yang mengelilingi tubuhnya semakin emosi semakin tinggi pula api itu.

"Siapa yang menfitnahmu, Harze?Justru aku menegurmu, kalau bukan milikmu. Jangan pernah diakui apalagi ingin memiliki, apa dalam hidupmu hanya ingin merebut punya orang ya?" timpal Raz, tenang.

"Apa?! aku merebut Nina darimu!" tunjuk Harze pada dirinya sendiri. "Apa tidak terbalik, Gagak?justru, kau lah yang merebut Nina dariku!" hujatnya, berapi-api.

"Kau punya bukti apa, Beruang kutub?sehingga kau menuduhku merebut Nina darimu?ingat, kau dan Nina. Baru saja bertemu!" tukas Raz tak terima.

"Iya, sejak pertemuan itu. Aku selalu memikirkannya dan jatuh cinta padanya. Namun, cintaku padanya terhalang olehmu, wahai Gagak jelek!"sahut Harze dengan nada mengejek.

Raz yang memang lebih dewasa dari Harze tidak ambil peduli dengan apa yang dikatakan pria tampan yang dua senti lebih rendah darinya itu.

"Harze, yang kau katakan itu bukan cinta melainkan obsesimu untuk memiliki Nina," desis Raz mengingatkan.

"Ya, aku ingin memiliki Nina seutuhnya, Raz. Siapapun yang merebutnya dariku akan binasa, termasuk dirimu!"

"Apa kau tak bisa mengerti bahasa siluman, Harze?" tekan Raz dengan suara serak.

"Persetan dengann semua itu, Raz! Yang aku inginkan hanya lah Nina, Nina seorang!" pekiknya, keras. Hingga bangunan dan pohon pun saling bertabrakan.

Di tempat yang sama...

"Raz?Harze? apa yang mereka lakukan?sepertinya mereka sedang bersitegang," tebak Nina dalam hati dengan wajah yang cemas.

Nina yang masih dalam bentuk kupu-kupu cantik terbang ke sana kemari mengitari bunga-bunga cantik bewarna pelangi.

Dia tidak ingin mengisap bunga-bunga indah itu tapi sedang fokus melihat kedua pria tampan yang saling menatap tajam.

"Rupanya, Harze ingin menantang duel Raz. Tidak! ini tidak bisa dibiarkan!"papar Nina cemas ditambah jantung berdetak cepat.

"Raz, aku mohon. Jangan layani keinginannya untuk bertarung denganmu," ucap Nina dengan suara memelas tak terasa tetesan air dari matanya terjatuh mengenai bunga-bunga indah di bawahnya.

Ajaibnya, bunga-bunga itu tumbuh dengan pesatnya. Tangkainya pun semakin meninggi.

"Nina, apa itu dirimu?" tebak Raz dengan suara lirih. "Kau menangis, sayang?"

Tanpa menjawab pertanyaan Raz Nina terbang ke arah Raz dan Harze berdiri lalu merubah dirinya menjadi seorang wanita yang cantik jadi rebutan pria-pria tampan siluman dan penyihir.

Dengan gerak cepat Nina menghambur ke dalam pelukan Raz, di menelengkupkan kepalanya ke dada bidang pria yang amat dicintainya itu tentu saja Raz membalasnya dengan belaian lembut di punggungnya yang putih dan terbuka.

Nina pun merasakan detak jantung dan helaan napas Raz yang senada, seirama.

Ada rasa kenyamanan di hati Nina saat bersama dengan Raz, Raz yang lebih muda darinya. Namun, sifatnya lebih dewasa dibanding dirinya.

"Drama apalagi ini?hah!" Harze mulai berang.

Nina yang sudah terlena dengan belaian Raz pun tejinjit karena terkejut.

"Jangan takut, sayang. kan ada aku di sini yang akan melindungimu," bisik Raz menatap tajam Harze. "Kamu percaya kan?" Nina mengangguk pelan.

"Cuih! sayang?benar-benar norak sekali," ejek Harze untuk menyeljmuti hatinya yang terbakar cemburu.

Raz tidak ingin membalas Harze karena menurutnya itu percuma saja hanya menambah masalah.

Dia menanggapinya dengan dingin dia tahu jika membalasnya akan terlihat seperti kekanak-kanakan.

Di sisi lain...

Segumpal asap merah nan pekat mengepul, dan...

Wush... hhh..

Terlihatlah, Zevus dan para pengawalnya turun ke bumi.

"Yang Mulia, sepertinya ada yang bersitegang," lapor salah satu pengawal menunjuk kedua orang pria tampan.

"Iya, aku tahu. Mereka memperebutkan seorang wanita," jawab Zevus, menggeleng.

"Apa yang harus kita lakukan, Yang Mulia?apa kita harus menghentikannya?" ujar Has tak sabar.

"Tidak usah!" cegah Zevus. "Biarkan mereka menyeselesaikan masalahnya sendiri. Kita tidak berhak ikut campur, "tukasnya, tegas.

"Baik, Yang Mulia," sahut Has menurut.

"Sepertinya, aku mengenal salah satu dari pria itu, siapa ya?" tanya Zevus pada dirinya sendiri lalu mengkerutkan keningnya.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!