Aku Cemburu.

Nina memutar tubuhnya ke belakang dan melotot karena kaget saat melihat sosok tampan pujaannya berada di hadapannya.

"Raz, kau ada di sini?" tanya Nina dalam hati girang.

Raz tidak langsung menjawab dia malah menarik tangan Nina untuk mendekap ke dalam dekapannya, wajah Nina pun memanas.

"Raz, apa-apaan kamu ini?bagaimana kalau mereka tahu?" protes Nina berusaha melepaskan tangan Raz.

"Raz tersenyum misteri dan terus menatap Nina, intents.

"Ngapain sih?" Nina tersipu.

"Aku sengaja melakukan ini, sayang, " bisiknya, mesra. Membuat mata Nina mendelik tajam ke arah Raz.

"Apa maksudmu?" tanya Nina berusaha menghindari tatapan Raz.

Sungguh Nina tidak bisa menahan diri saat menatap mata elang itu.

Raz terkekeh.

"Aku cemburu," jawab Raz, lirih.

"Ha? apa kau.... "Nina menutup mulutnya dia tidak dapat lagi meneruskan kalimatnya.

"Iya, si beruang kutub itu mau kenalan denganmu kan? " Nina mengangguk.

"Apa kau tergoda dengannya?" bisik Raz, jahil.

Nina terkejut. "Kamu pikir aku ini wanita murahan apa!" jerit batinnya.

"Gak mungkin lah! " sanggah Nina, cepat.

"Kamu itu terlalu mahal, sayang. Lelaki mana sih yang gak suka sama kamu. "

"Sayangnya, aku gak bisa merespon semua cinta lelaki kecuali hanya padamu, "tutur batin Nina.

"Apa kamu hanya ingin merespon sinyal cintaku?" tanya Raz, serak. Mengusap pipi Nina yang sudah telanjur memerah karena malu.

"Heh! apa dia tahu yang ada dalam hatiku?ya... Tuhan, bagaimana ini?" batin Nina kebingungan juga malu.

"Aku sudah memasuki hatimu, Njna sayang. Tentu saja aku tahu apa yang kau katakan walau hanya dalam batinmu."

"Gawat nih. " batin Nina.

"Apanya yang gawat?"kekeh Raz, menggoda.

"Ak... "Belum selesai Nina bicara tiba-tiba bibir Raz menempel pada bibir merah dan ranum milik Nina.

Nina pun mendelik tajam dia berusaha mendorong dada bidang milik Raz, Raz melepaskannya lalu tersenyum dan kembali ******* bibir Nina.

"Raz, apa yang kau lakukan padanya?"tanya Harze, marah. Saat wanita yang disukainya tengah dicumbu oleh pria lain.

Raz yang lagi dalam suasana keromantisan bersama Nina tiba-tiba terlepas begitu saja gara-gara panggilan seseorang yang mengganggu kemesraannya.

"Harze, apa kau berusaha ingin merayunya juga?" balas Raz, sinis dan santai.

"Raz, hentikan!" cegah Nina, cemas.

"Jangan cemas," sahut Raz, menenangkan.

Raz kembali menatap datar Harze yang mendelik tajam ke arahnya dan menatap mesra Nina. Namun, Nina mempalingkan wajahnya.

"Gagak, apa kau ingin bunuh diri?" cemooh Harze.

"Beruang kutub, apa itu tidak terbalik?" kekeh Raz.

"Kau!" tunjuk Harze, sengit.

"Ada apa, Harze?" balas Raz, tenang.

"Kalau kau berani, hadapi aku!kita perang!"ucap Harze dengan nada tinggi.

Raz menggeleng..

"Maaf, Harze. Aku tak bisa berperang pada pria kekanak-kanakan seperti dirimu," tuding Raz, keras. "Ayo.. sayang kita gak usah pedulikan dia, "ajaknya yang diiringi anggukan dan senyum manis Nina.

Wuz.. zzz.

Raz pun langsung membawa Nina pergi.

"Kurang ajar kau, Raz!awas, kau. Suatu saat nanti kau akan kubalas karena sudah mengambil wanita yang aku sukai," pekik Harze, keras. Hingga gedung-gedung pun saling terbentur dan jalanan pun saling terbelah.

Istana Kegelapan.

"Perang lagi?apa tidak salah, Yang Mulia?" tanya sang ajudan, kaget.

"Ini sudah keputusanku, Ram. Kau tak bisa membantahku!" jawab Raja anggara, bersikeras.

"Maaf, Yang Mulia. Saya bukannya mengatur anda, kita sudah berkali-kali menantang Dewa Neraka perang tapi yang terjadi kita sudah kalah dari kita untuk yang kedua kalinya, hamba takut kita kalah yang untuk ketiga kalinya. Tuan, apa kau tidak memikirkan prajurit kita?" tutur Ram, sang ajudan. Mengingatkan.

Raja Anggara menatap tajam sang ajudan matanya pun menggelap karena marah.

"Kau tak usah mengaturku, Ram!kita sudah dua kali kalah karena kalian, kalian tidak becus menghadapi pasukan Xaren itu!padahal mereka lebih sedikit dari kita sedangkan putera Xaren yang kulihat tidak mengeluarkan ilmu mata api nya saat itu, " omel Raja Anggara dengan suara menggelegar.

"Maaf, Yang Mulia. Dari awal kita semua sudah latihan perang, entah mengapa pasukan kita masih saja kalah?"

"Latihan, katamu!bra.. aaaak! mengapa kita sampai kalah?apa kalian tidak bersungguh-sungguh dalam menghadapi musuh!" sentak Dewa Anggara, keras.

Hingga isi yang ada di dalam istana pun ikut terloncat bahkan lampu-lampu pun mati, nyala.

"Ampun, Yang Mulia. Hamba sendiri tidak tahu mengapa mereka begitu hebat?" Raja Anggara mendelik tajam ke arah sang ajudan.

"Atau kalian yang begitu bodoh?apa kalian tidak sedikit saja memakai siasat untuk mengalahkan Raja Neraka itu?dan kau, sebagai panglima perang mengapa tidak sedikit pun dari otakmu untuk sedikit berputar ya!" umpat Raja Anggara, menunjuk tajam ke arah ajudannya.

Ram pun terdiam dia tak berani menjawab kemarahan Tuannya, dia hanya menahan rasa amarah di dalam hatinya. Entah untuk siapa kemarahannya itu?untuk Tuannya yang menyalahkannya?apa untuk pasukannya yang tidak bisa mengalahkan pasukan Raja Neraka?atau dirinya sendri yang tidak becus?entahlah...

"Raz, apa dia menantangmu?maksudku, beruang kutub itu?" tanya Wezar, kepo.

"Tentu saja, tidak! lagipula aku enggan membalas tantangannya," jawab Raz memutar bola matanya... Malas.

"Mengapa kau tidak terima saja tantangannya?" kejar Wezar.

"Wezar, kalau saja aku menerima tantangannya itu sama saja aku sama dengan dia. Apalagi aku tidak ingin melihat wajah Nina yang cemas," tutur Raz mengungkapkan alasannya.

"Hmm... benar juga katamu," gumam Wezar. "Kau mencintainya?" bisik Wezar, menggoda.

"Karena aku mencintainya, aku tak berani membuatnya sedih," sahut Raz tersenyum membayangkan sosok sang pujaan menari-nari di ingatannya.

"Iya deh yang lagi mendalami ilmu tentang cinta. Aku percaya banget sama kamu."

"Apaan sih?" Raz meninju pelan lengan Wezar. "Lalu, bagaimana dengan hubunganmu sama Anne?" sinisnya.

"Sama penyihir jelek itu maksudmu?ya... gak mungkin lah!"elak Wezar padahal mendengar nama Anne saja jantungnya seperti berdendang riang.

"Masa sih?" kejar Raz tersenyum menggoda.

Wezar mendongak menatap Wezar..

"Apa aku terlihat bohong?" sentak Wezar, ragu. "Ya.. aku emang bo'ong sih, "gumam batinnya.

"Ya.. gak usah nge gas gitu, biasa aja kali, Zar," sahut Raz, santai. Sembari menggaruk kepalanya yang bagian belakang.

Di kediaman Anne..

"Heh! dia pikir, dia ganteng apa!" umpat Anne, emosi.

"Astaga! ada apa lagi sih, An?" tanya Levira, menggeleng. Sambil asyik berenang dengan lincah.

Sejenak Anne mengempaskan napasnya, kesal...

"Dia gak pernah ngaca, apa?gak pernah lihat sejelek apa wajahnya!" gerutu Anne, jengkel.

Levira sejenak terdiam mencoba mencerrna perkataan sang sahabat.

"Apa yang kamu maksud itu adalah Wezar?" tebak Levira.

"Ya, siapa lagi kalau bukan ular jelek itu?" papar Anne penuh amarah.

"Sudahlah, An. Mungkin dia cuma bercanda," tegur Levira sekaligus menghibur.

"Bercanda? bercanda apaan?" tukas Anne mendelik tajam ke arah ikan warna pelangi itu.

"Setidaknya jangan terlalu benci lah, bencimu akan merubah menjadi cinta. Benci itu kan kepanjangan dari benar-benar cinta. "

"Sama dia? idih... amit-amit!" Anne bergidik. "Sebenarnya aku memang suka sih sama dia, sayangnya, hatinya susah ketebak," gumam Anne dalam hati.

Sebenarnya, Anne dan Wezar saling menyukai tapi, gengsi mereka mengalahkan segalanya.

Kita menuju langit ke tujuh...

"Yang Mulia, Dewa langit. Hamba mohon masukannya apa yang harus hamba lakukan?" tanya Dewa Xaren, bersujud.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!