Teman Lama Zevus.

"Ada apa, Yang Mulia?apa anda mengenal salah satu dari dua lelaki itu?" tanya Has, Penasaran.

"Hmmm.. sepertinya," jawab Zevus, dingin. Matanya masih saja memperhatikan salah satu pria tampan yang sedang memeluk seorang wanita cantik.

Di tempat yang sama...

"Raz, jangan pernah berpikir kau akan mundur dari pertarungan ini," ucap Harze, tajam. Menunjuk dengan pedangnya.

Raz hanya mencibir.

"Apa kau tidak bisa membaca situasi, Harze? Nina ada bersama kita!" sahut Raz dengan suara lantang.

"Hanya karena seorang wanita, kau sudah menjadi pria pengecut, Raz," ejek Harze, mencibir.

"Jaga bicaramu, Harze! apa kau tahu siapa yang kau hina barusan!" balas Raz, keras. Menatap tajam Harze.

"Siluman setenang dirimu ternyata masih menyimpan kemarahan juga ya, Raz?" gurau Harze yang ujung-ujungnya menghina.

Nina yang merasakan perubahan warna tubuh Raz saat marah segera mengusap lengan kekar sang kekasih dengan lembut.

Raz pun merasa tenang akan belaian lembut Nina, emosinya sudah stabil dan warna tubuhnya pun sudah kembali seperti semula.

"Aku tidak apa-apa," bisiknya, lembut.

Kembali ke Zevus dan para pengawal Istana Neraka...

"Apa dulu dia teman anda?" selidik Has yang ditatap tajam oleh Zevus.

"Ma.. maaf, Tu.. Tuan. Saya tidak bermaksud.... "

"Ya, dulu dia temanku, Has. Teman satu sekolah sihir Raz Arcaz namanya," potong Zevus, serius.

"Anda masih mengenalnya, Yang Mulia?" tanya Sied yang disikut oleh Has.

Zevus manarik napas, kesal..

"Tentu saja aku masih mengenalnya, selain satu sekolah dia juga teman sekelasku," paparnya berusaha tenang.

"Kenapa sih hal seperti itu perlu dipertanyakan?" umpatnya dalam hati.

"Tuan, maaf. Saya tidak bermaksud ingin tahu kehidupan masa lalu anda," desis Sied, merasa bersalah.

"Sudahlah, tidak apa-apa. Lagipula kami memiliki kehidupan masing-masing, " sahut Zevus menatap Sied dan pengawal lainnya.

"Yang Mulia, apa kau tidak ingin menemuinya?" Zevus menggeleng.

"Tidak usah, Archi. Lagipula kehadiranku di sana hanya tambah mempekeruh suasana apalagi masalah yang mereka hadapi adalah masalah percintaan biasa, " jawab sang pangeran Neraka, tegas dan dingin. "Kalau ada waktu pasti aku akan menemuinya," imbuhnya, kemudian..

"Baik, Yang Mulia," sahut Archi, menurut. Lalu membungkuk kan badannya.

"Ayo.. kita kembali ke Istana," titah Zevus.

Wush... hhh.

Zevus dan para pengawalnya pun menyisakan kepulan asap merah.

Perlu diketahui Zevus dan Raz selain satu kelas mereka juga disatukan dalam persahabatan.

Hanya saja setelah mereka lulus, Raz memilih jalannya sendiri di bumi. Tidak ingin mengikuti saran Zevus yang menyarankan untuk menjadi Panglima Raja Langlt.

Flashback on..

Beberapa tahun lalu...

"Maaf, teman. Bukannya aku tak ingin memenuhi permintaanmu tapi, di bumi juga butuh Panglima," tolak Raz dengan nada berat.

"Bukannya, sudah ada pasukan militer transparan di bumi?" ralat Zevus, mendongak. Menatap Raz.

"Aku tahu, Zevus, " tekan Raz membalas tatapan Zevus. "Aku hanya ingin melindungi bumi karena kejahatan di bumi lebih besar daripada di langit," paparnya sembari menarik napas.

"Raz, kau tak lupa kan, kalau kau itu seekor Gagak?" tunjuk Zevus mengkerutkan keningnya.

Raz yang mendengar penuturan sang teman tertawa lepas.

"Mana mungkin lah aku melupakan itu, teman. Ada-ada saja kau ini," jawab Raz menyisakan tawanya.

Flashback off...

Istana Hitam...

"Kita harus mempersiapkan perang selanjutnya," papar Raja Anggara dengan suara menggelegar.

Lampu di istana pun redup nyala ditambah dengan bunyi petir di sekitar Hutan Kematian.

"Siap, Yang Mulia," sahut para pengawal , bersamaan.

Dengan mata nyalang Raja Anggara menatap para pengawalnya.

"Jangan lupa, persiapkan fisik kalian untuk latihan perang," titahnya tak main-main.

"Xaren, kau pikir aku mundur hanya karena kau mengadu pada Raja Langit?oh... tentu saja tidak, kawan!" sungut Raja Anggara dalam hati, tersenyum sinis.

"Raz, aku tidak bisa menungu lagi. Jadi, terima lah seranganku ini, bocah!" pekik Harze, lantang. Lalu, menyerang Raz dengan pedangnya.

"awas, Raz!" tegur Nina, cemas.

Raz pun dengan cepat dan gesit menghindari serangan Harze yang brutal dan membalasnya kembali.

Bugh...

Harze pun terpental.

"Kurang ajar!" gerutu Harze lalu kembali menyerang Raz.

Nina yang menjadi penonton harap-harap cemas.

Tentu saja seperti sedia kala Raz membalas serangan Harze.

Bugh...

Lagi-lagi Harze terpental oleh serangan Raz yang kuat.

"Tidak biasanya aku kalah melawan siluman, sekarang melawan satu siluman ini saja aku tidak sanggup," gumamnya dalam hati, heran. Sambil terus mengaduh. "Entah mengaoa aura siluman ini begitu kuat, akh... hhhh!"

Raz pun menghampiri Nina untuk pulang agar dia tak melihat pertarungan mereka.

Sayangnya, Nina tetap bersikukuh ingin melihat mereka.

"Jangan, sayang. Nanti kamu bisa celaka," bujuk Raz.

Bujukan demi bujukan juga rayuan pun Raz pertaruhkan yang pada akhirnya hati Nina luluh juga.

Dengan berat Nina meninggalkan pria pujaannya itu demgan merubah dirinya menjadi kupu-kupu.

Setelah Nina pergi...

"Bagaimana, Harze?kau ingin menyerah?" sindir Raz.

"Menyerah padamu?cuih, tidak akan!kau jangan mimpi, Raz!" sahut Harze penuh dendam dan kebencian.

"Dalam keadaan tubuhmu seperti itu, yakin nih mau serang aku balik?" ledek Raz, mencibir.

Mendengar itu, Harze tertawa hambar..

"Kau jangan pernah meremehkanku, Raz!"

"Apa kau bangga bisa mengalahkan siluman lainnya, Harze?lalu, kau pikir. Dengan kesombonganmu itu kau bisa melawan siluman dan penyihir yang kau tidak tahu ilmunya lebih tinggi darimu!" tegur Raz, baik-baik. Namun serasa menghantam hati Harze.

"Iya mengapa?ha.. ha.. ha.. aa. "Harze tertawa garing. "Termasuk kau, yang menghalangi hubunganku dengan Nina," tudingnya tidak terima.

"Apa?sejak kapan kamu berhubungan dengan dia?hah?Harze, sepertinya kau yang bermimpi bukan aku!" tunjuk Raz pada dirinya sendiri, dingin. Dalam hati geram.

Semakin tersulut lah amarah sang siluman beruang.

Aura kegelapan pun bersemayam di wajah kedua siluman tampan itu mereka saling menatap tajam.

Lalu, dengan tubuh sempoyongan, Harze bangkit dan dia, tidak mempedulikan tubuhnya yang suda remuk itu.

Beberapa menit kemudian...

"Raz, terima lah balasanku ini, cia... aaat!" serang Harze sembari membawa pedang berlari ke arah Raz.

Seperti biasa, Raz yang tahu ingin diserang musuh dengan gesit menghindar Harze pun mendengus, kesal.

Di satu sisi...

"Zac, temani aku ke Perpustakaan Terawang," pinta Wil, dingin.

"Baik, Tuan," sahut pria berwajah monster itu menurut.

"Lebih baik aku membaca buku daripada harus melihat perang yang konyol itu," tuturnya.

Beberapa menit kemudian..

Wush.. hhh.

Majikan dan ajudan itu menghilang menyisakan asap hijau.

Perang antara Harze dan Raz masih terus berlangsung, mereka saling serang menyerang dan melesat terbang untuk menghindari serangan sang lawan.

Bahkan mereka kini menjelma menjadi binatang jelmaan mereka, aspal jalanan dan bebatuan pun terbang saling berpecahan.

Prank... kkk...

Kaca-kaca pun pada berpecahan, berpencar bebas lalu berterbangan tanpa tujuan.

Dengan lincah dan gesit si Gagak hitam menghindari serangan Beruang Kutub yang brutal dengan cakarnya yang tajam.

Beruang itu pun semakin marah karena cakarnya tidak mengenai sasaran melainkan mengenai tembok bergoyang yang membuat cakarnya tertancap di sana.

Untungnya, sang beruang bisa melepaskannya dengan keras.

Lalu, dia berlari dengan kencang untuk menangkap kaki si Gagak yang melayang sayangnya, lagi-lagi dia gagal karena si Gagak sudah melesat terbang.

Beberapa jam kemudian, mereka kembali menjadi dua pria tampan yang saling memandang tajam.

Di kediaman Anne..

"Apakabar, Nona Levira?"

Bersambung...

Tokoh-tokoh di balik peran Dewa Bermata Api.

Zevus Algara

Anne

Raz

Nina

Harze

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!