Asal usul Terjadinya Perang

"Maksudmu?" tanya Wezar tak mengerti.

"Mereka berasal dari dua kerajaan yang satu dari Neraka dan satunya kegelapan, Raja kegelapan tinggal di Hutan Kematian, " terang Aarov.

"Apa motif di balik semua ini?" batin Nina, bertanya.

"Yang aku lihat dari masa lalu adalah Raja Kegelapan dan pasukannya mengalami kekalahan dalam perang karena kekalahan itu lah Raja Kegelapan mengadakan pembalasan dendam yaitu berperang untuk kedua kalinya jika Raja Neraka tidak menanggapi ancamannya adalah bumi kita menjadi gelap dan kita tidak mengenal siang dan malam. "Aarov menerangkan panjang lebar setelah melihat masa lalu melalui mata yang terpejam.

"Oh... gitu?"

"Astaga.. aaa!"

"Benarkah? "

"Benar, " sahut Tuan dan Nyonya Oh yang tiba-tiba datang menghampiri.

"Tuan dan Nyonya Oh, apa kabar?"

"Kami baik-baik saja," jawab Tuan Oh sambil memandang mesra sang Istri.

"Mereka juga terlibat cinta segitiga, "timpal Tuan Oh.

"Ha!segitunya?apa gara-gara wanita? "

"Iya, kurang lebih seperti itu sayangnya, sang wanita sudah jadi milik Dewa Neraka. "

"Maka itu Raja Kegelapan tidak terima kalau wanjta yang dia taksir menjadi milik pria lain. "

"Ya... ampun, kok gak ikhlas banget sih!"

"Ya.. Raja Kegelapan memang tak pernah ada kata puas," papar Aarov.

"Seandainya, aku berada di posisi wanita itu, bagaimana ya?" Nina menghayal.

Raz yang mendengar langsung menarik tangan Nina lalu memepet tubuh Nina pada tembok, Nina yang tingginya sedada Raz melotot…Kaget.

"Maksudmu apa, hmm?" tanya Raz, menggoda. Membuat Nina salah tingkah.

"Ummm... gak ada maksud apa-apa kok, " jawab Njna gelagapan menghindari tatapan Raz.

Ya.. tatapan Raz yang membuat dirinya sulit untuk berkutik.

"Hei... "panggil Raz memegang dagu kecil Njna agar mata sayu nan indah itu menatapnya.

"Aku pulang dulu ya," pamit Nina berusaha menghindar.

Raz tertawa kecil, lalu...

Dia menarik kembali lengan Nina sang pujaan hatinya.

"Ini a……"

Cup...

Perkataan Nina terpotong oleh bibir Raz yang tiba-tiba mendarat di bibirnya dan Nina mendelik kaget saat dia mendapat kecupan mendadak dari seorang pria apalagi pria itu lebih muda enam tahun darinya.

Merin yang dongkol dan marah melihat kemesraan Nina dan Raz langsung menghilang.

Wuzzz....

"wo... ooo, mesranya. "

Kemudian Nina mendorong pelan dada bidang Raz.

"Apa yang kau lakukan?aku malu, tahu!dilihat banyak orang," protes Nina dengan wajah merona.

Raz terkekeh...

"Gak perlu malu pamerkan kemesraan kita lagian hatiku dan hatimu sudah saling menyatu, "bisik Raz membuat Nina terjengkit kaget dengan gombalan Raz.

"Kamu gila!" pekik Nina tak suka.

"Iya.. aku gila! aku tergila-gila padamu! " sahut Raz lebih keras.

"Kau.... "Sebelum Nina melontarkan kata-katanya, Raz terlebih dahulu menutup bibir Nina dengan bibirnya lalu ******* bibir merah nan manis bagai ceri itu.

"Ya.. ada lagi nih tontonan film romantis yang grats," papar seorang penyihir, mencibir.

"Iya, nih. "

"Aku jadi kangen sama si dia yang belum juga kembali. "

"Kalau aku sih sudah lama dia tidak kembali. "

"Aku lebih parah dari kalian malahan. "

"Lho.. kenapa?"

"Heh! aku ditinggal selingkuh, apa salahku coba?"

"Kamu gak salah apa-apa, dia nya aja kali yang bersyukur punya wanita yang baik kayak kamu, sudah gak apa suatu saat kamu akan mendapatkan pria yang lebih baik. "

Nina yang terlanjur malu mendorong dada bidang Raz lalu mendongak dan menatap tajam ke arah Raz.

Namun, Raz malah menatap mesra ke arahnya dan mengkerling genit ke arah wanita pujaannya.

Nina yang ternyata gugup saat menatap mata elang Raz langsung pergi begitu saja tanpa pamit pada Raz yang tersenyum puas.

Wuzzz...

Nina menyisakan asap yang berbau wangi semerbak yang bewarna-warni.

"Hmmm... harum sekali," ucap penyihir pria tampan yang mengendus penuh cinta.

"Jangan coba-coba sentuh dia!" bisik Raz, tajam.

"Apa pedulimu!" bantah penyihir pria itu tidak terima.

"Dia, sudah terikat hati denganku jadi jika kau menyentuhnya seujung rambut pun akan kubunuh dirimu!" ancam Raz dengan suara lantang.

"Coba saja kalau kau berani," tantang penyihir tampan bernama Dew itu.

"Kau menantangku!"

"Astaga!berhenti dong kenapa sih kalian ikut-ikutan perang juga?" lerai Nyonya Oh yang menatap dua pria itu tidak suka.

"Dia yang mulai." Raz dan Dew saling melempar kesalahan.

"Kamu duluan yang mulai."

"Apa!yang bikin gara-gara tuh kamu. "

"Teman-teman, tolong berhenti dong,kan malu dilihat yang lain," cegah Aarov, panik.

Sedangkan Dew dan Raz saling menatap tajam.

Ya.. mereka saling memperebutkan Nina.

"Wah.. enak ya jadi Nina, menjadi rebutan. Rebutan pria-pria tampan…Pula."

"Iya, lagian Njna emang cantik sih. "

"Sudah cantik baik lagi. "

"Heh! Kak Njna lagi... Kak Nina lagi yang dipuji apa sih kelebihan dia?kalau soal cantik aku juga gak kalah tuh sama dia, "gerutu Merin tak suka.

Sekarang ini Nina tengah berada di kota Ilusi, dia berjalan-jalan sendiri di Kota itu.

"Indah sekali kota ini," puji Nina dengan mata yang berbinar indah.

"Seindah dirimu." tjba-tiba sebuah suara bariton menyelutuk tentu saja Njna, kaget.

"Kamu siapa?"

Lelaki itu mau mengulurkan tangannya..

"Maaf, kita belum saling kenal," tolak Nina, dingin.

Lalu dia pun meninggalkan lelaki gila itu.

"Bagaimana kalau kita kenalan." pria itu bersikeras mengikuti langkah Nina.

"Bagaimana kalau aku ingin berkenalan denganmu?" timpal Raz yang tiba-tiba muncul.

"Kau siapa?"

"Aku siapa, itu bukan urusanmu!"

"Aku hanya ingin berkenalan dengan nya bukan denganmu!" tunjuk pria itu sengit.

"Kau lihat kan? dia menolak kenalan denganmu," sahut Raz, sinis.

"Mungkin dia malu," balas lelaki itu percaya diri.

Raz tersenyum samar..

"Percaya diri sekali ya, anda," sinis Raz.

"Ya.. iya lah, tapi sayang, aku gak bisa merayunya, mencintainya lalu membuangnya seperti sampah."

Raz yang dipenuhi amarah langsung mengangkat kerah baju lelaki itu.

"Hai.. santai dong, Bro!"

"Apa maksudmu berkata begitu?hah!" pria itu terjengkit kaget.

"Kenapa kamu marah?kekasihnya pun bukan!"

Raz tersenyum samar, lalu...

"Iya, dia kekasihku. Kau mau apa?" tantang Raz.

'Oh.. jadi anda, kekasihnya?" pria itu menatap Raz, sinis. "Gak salah tuh?" cibirnya.

Raz yang amarah nya sudah di ubun-ubun mengepalkan tangannya tapi dia berusaha menahannya.

"Akan lebih baik kalau dia tidak memilih pria sepertimu, Tuan," ucap Raz, pelan. Namun, tajam.

"Dasar, kurang ajar!apa maksudmu?hah?" gertak pria itu tidak terima.

Pria itu memandang Raz dengan tajam serasa ingin membunuh, giginya yang gemerutuk dan kepalan tangan pertanda kemarahan.

Sedang Raz, hanya menatapnya dengan tatapan santai. "Santai aia kali, Tuan. Mengapa harus emosi seperti itu?"papar nya dengan wajah penuh kemenangan.

"Awas, kau!" gertak pria itu lalu maju ke arah Raz.

Raz tahu pria itu ingin menghantamnya, makanya dia bersiap-siap dengan kuda-kudanya.

Benar saja tangan pria itu menuju ke wajah Raz untungnya, Raz berusaha menghindar dengan meloncat terbang.

Pria itu tidak menyerah dia terus menyerang Raz dengan kemarahannya alhasil dia ingin menyerang Raz malah benda lain yang kena.

Jalanan pun menjadi terbelah dua karena pukulan pria yang anggap saja dia mabuk.

Di Taman Cahaya...

Nina sedang menikmati keindahan bunga-bunga dengan kelopak cahaya yang indah.

Dia pun segera mengubah dirinya menjadi kupu-kupu dengan warna pelangi yang indah dan terbang dengan lincahnya ke sana kemari sembari menikmati harumnya bunga-bunga indah itu.

Setelah puas...

Wuzzz..

Nina merubah dirinya menjadi manusia ya.. wanita cantik yang menjadi rebutan banyak pria(emang enak, Nin?).

Walau jadi bahan rebutan, Nina adalah wanita yang memiliki prinsip kuat. Dia bukan wanita siluman yang menyerahkan hatinya pada penyihir ataupun siluman pria yang jatuh cinta padanya.

Ya... diam-diam Nina juga menyimpan rasa cinta di hatinya kepada Raz terbukti saat Raz mendekatinya detak jantungnya terasa meloncat.

Apalagi saat Raz mencium nya rasanya seperti panas dingin, cuma karena gengsi dia pura-pura malu dengan alibi banyak yang lihat padahal di antara mereka tidak semua melihat adegan romantis itu bahkan mereka juga ada yang pamer kemesraan juga tuh.

"Hai, cantik." seorang pria dengan ramah menyapanya.

"Siapa sih?kenal pun gak!main sapa-sapa aja," dengus Nina tak suka.

"Eh.. Kenapa perasaanku jadi gak enak tentang Raz ya?" keluh batinnya, gelisah.

"Cantik, boleh gak aku minta nomornya?" pinta pria itu tiba-tiba.

Bersambung...

Like...

Koment...

Dong..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!