Tidak Pernah Belajar Dari Pengalaman

"Dewa Xaren, berdiri lah, " titah Raja langit.

"Terima kasih, Dewa," ucap Dewa Xaren, tulus.

"Hmm.. apa ini tentang Raja kegelapan?" tanya Dewa Langit tanpa basa basi.

"Benar, Yang Mulia," jawab Dewa Xaren, sopan.

"Cih, bocah itu!dari dulu memang tidak pernah belajar dari pengalaman!"sungut Dewa Langit, jengkel.

"Jadi, aoa yang harus hamba lakukan,Yang Mulia?terus terang, hamba ingin damai dengan keluarga dan rakyat yang ada di bumi," aku Dewa Xaren masih menunduk.

"Aku mengerti,Xaren. Sudah dua kali dia menantangmu duel bila kau tak menghiraukannya, dia akan membuat bumi ini menjadi gelap, bukan?"

"Ya.. ancamannya seperti itu,Yang Mulia. "

Bra.. aaaak!

Dewa Xaren dan seluruh penghuni istana langit melompat kaget begitu juga benda dan pernak pernik yang ada di istana itu terbang lalu terjatuh.

Bukan hanya itu, langit pun terbelah di sana sini berpadu dengan suara petir menggelegar.

"Dia pikir, dia itu siapa?!lancang sekali dia!" ucap Dewa Langit, lantang. Lalu,...

"Kau tak usah risau, Xaren. Bila dia menantangmu duel dan mengancammu lagi. Aku akan turun ke bumi untuk langsung menghukumnya!" putusnya, kemudian..

Kembali terjun ke bumi...

"Akui saja, Wezar. Bahwa kau sangat meyukai Anne yang katamu penyihir jelek itu," ledek Raz, terkikik.

Wezar pun mendongak dan menatap tajam Raz.

"Kau jangan asal bicara, Raz!aku tak pernah sekalipun menyukai penyihir jelek itu, cuih!" umpat Wezar, ragu.

"Ehem.. Zar, apa kau pernah mendengar istilah tentang benci akhirnya menjadi cinta?"

"Itu cuma cerita film doang, Raz.Kamu tahu itu kan?film romantis yang tadinya bermusuhan menjadi pacaran."

"Nah... "Raz mejentikan jari. "Sama tuh ceritanya dengan kisah kalian berdua. "

Di kediaman Anne..

"Apa?jadi cinta sama ular jelek itu maksudmu?" ulang Anne, mendelik tajam ke arah Levira yang kini sudah berubah menjadi manusia. "Sebenarnya, aku berharap begitu sih, "ungkap batinnya senang.

"Iya, siapa lagi kalau bukan Wezae, Ann," jawab Levira masih menyisakan tawa.

"Cuih, yang bener saja kamu, Levira!masa cerita fiksi bisa kau hubungkan dengan cerita nyata, gak usah mengada-ada deh." Anne menggeleng.

"Eiits.... bisa itu terjadi," sahut Levira dengan mata pelangi yang berbinar.

Tok...

Sebuah ketukan mendarat di kepala Levira.

"Aduh!" protes Levira, mengaduh.

"Jangan berharap itu terjadi, huh!" dengus Anne. "Seandainya, itu terjadi, bagaimana ya?" Anne senyum-senyum dalam hati.

"Gak usah pakai acara ketok kepala, kali. Sakit tahu!" keluh Levira sambil memegang kepalanya yang kena getok dengan wajah cemberut.

"Itu baru kena getokan belum lagi cubitan," balas Anne menatap Levira, horor.

"Duh.. Anne, dari dulu emang galak ya!"

"Emang."

Levira menggeleng heran.

"Akui saja, An. Kamu suka kan, sama si Wezar itu?"

"Diam kamu, Vir!atau kamu, aku kirim balik ke lautan!" ancam Anne, sadis membuat Levira bergidik dan menelan ludah.

"Iya, oke.. oke." Levira pun mengalah.

"Tidak!aku tidak bisa menerima kalau Nina menjadi milik Raz!apa sih kelebihan gagak itu?" gerutu Harze, kesal sekaligus mengutuk kekalahannya.

"Kau sudah merebut Nina dariku, Raz!awas kau!demi Tuhan, aku tak kan mengampunimu!"ucap Harze, bersumpah. Dengan suara keras nan lantang hingga terdengar suara petir menggapai angkasa.

"Sepertinya, ada suara petir," ujar Aarav, kaget sambil mengaduk ramuan sihirnya.

"Hmm.. . biasanya kalau ada suara petir tandanya mau hujan," imbuh Dew.

"Gak usah dibilang semua orang juga tahu kali, Dew!" sahut Aarav memutar bola matanya, malas.

Dew pun nyengir kuda...

Di tempat lain...

"Mengapa aku seperti mendengar suara teriakan orang lagi ngamuk ya?di antara suara petir?" tanya Nina pada dirinya sendiri. "Apa cuma aku yang mendengarnya?" pikirnya, kemudian..

Dikediaman Harze..

"Akh... hhhhh!" teriak Harze, lantang. Lalu membanting semua benda yang ada di hadapannya.

Tatapannya penuh amarah dengan napas tersengal-sengal lehernya pun mengeras dan hidungnya mendengus seperti banteng yang ingin menyerang kain merah yang dibawa oleh matador.

Suara auman beruang pun menapak rumah besar dan mewah juga bersalju itu.

"Aku tak akan bisa menerima Nina berada dalam pelukan Raz, tidak! tunggu aku, Raz!aku pastikan kau akan mati di tanganku!" gertaknya tak main-main.

"Raz!" seru Nina dengan wajah kecemasan.

Di kediaman Raz..

"Sepertinya, Harze menginginkan kematianku." papar Raz.

"Kematianmu?" ulang Wezar.

"Iya, dia merasa kalau aku telah merebut Nina darinya," ungkap Raz pada sang sahabat.

"Oh... jadi dia berpikir kalau kau adalah saingannya?"

"Ya... begitulah kira-kira."

"Aku akan membalas dendamku, gagak!karena, kau sudah rebut apa yang ingin kumiliki dan kita, akan bertemu dalam suatu pertempuran!" putusnya, sengit dan tidak bisa diubah.

"Bagaimana kalau beruang kutub itu mengajakmu bertarung?" tanya Wezar, mendongak. Menatap cemas Raz.

Raz tersenyum kecut...

"Asalkan tidak ada Nina di antara pertarungan kita," jawab Raz, cepat.

"Mengapa?bukannya dia juga sebagai penyemangat?"

"Aku tak ingin melihatnya sedih, Zar. Andaikan aku kalah dalam pertarungan nanti. "

"Kan kalian belum mulai, Raz."

"Maka itu, aku tak ingin melibatkannya dan sebenarnya, aku males banget menanggapi beruang kutub itu."

"Ya.. sih, aku juga bingung dengan adanya persaingan cinta segitiga ini, ck." Wezar berdecak.

"Aku gak pernah menganggapnya saingan, Zar. Pada semuanya pun tidak, dia nya saja yang merasa begitu," ungkap Raz, serius.

"Aku percaya padamu," bisik Wezar lalu menepuk pelan pundak kekar Raz.

Raz menunduk lalu menatap Wezar dengan senyum datar. "Terima kasih, kawan!" ucapnya.

"Sama-sama," balas Wezar, kemudian..

"Sudahlah, Dew. Buat apa sih kau berbuat seperti itu?lagipula apa yang kamu lakukan pada Nina, Nina juga gak akan merespon," omel Aarav, menggeleng.

"Diam lah, Rav. Ini masalah hati kau pun belum pernah merasakannya," bantah Dew tak suka.

"Aku mengerti, Dew. Kamu suka sama Njna tapi masalahnya Nina sudah menjadi milik Raz, aku harus bagaimana?" Dew mendengus kesal.

"Raz, siluman gagak itu. Selalu menjadi penghalangku untuk memiliki Nina," dengus Dew, jengkel.

"aduh.. kalau masalah cinta, aku nyerah aja deh," ungkap Aarav mengangkat tangannya. "Gak mau ikut-ikutan," imbuhnya sambil terus mencampur

adukan ramuannya.

Istana Neraka..

"Sepertinya, Dewa Langit akan membantu kita ya, Yah?" ujar Zevus, senang.

"Ya.. begitulah, Nak. Jika Raja Anggara menantang dan mengancam kita lagi, beliau akan turun ke bumi untuk menghukum Raja kegelapan itu.

"Hukumannya dalam bentuk apa, Tuan?" tanya sang permaisuri, lembut. Ikut nimbrung.

"Aku juga belum tahu, sayang. Yang penting Anggara kapok akan sifatnya yang tak mau megalah."

"Heh!makanya, dulu aku menolaknya. Karena, sifatnya itu yang suka memaksa."

"Sudahlah, itu kan masa lalu. Tidak perlu diungkit lagi, "papar Dewa Xaren, bijak. "Ayo.. kita masuk," imbuhnya sambil memeluk dan mengecup mesra kening sang permaisuri.

"Iya, Yang Mulia. Kau benar," bisik Ratu Yasira, lembut.

Saat berjalan di kota Ilusi...

"Raz!" panggil sebuah suara bariton.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!