Rindu Padamu.

"Levira, pulang lah, Nak.Ayah sangat rindu padamu," ucap Arzies, mengiba.

"Apa?" Levira menatap tajam Arzies. "Ayah? setelah kau mengusirku dan tidak mengakuiku, kau mengklarifikasikan dirimu di depanku sebagai Ayah!he.. he.., lucu sekali," sinisnya.

Arzies kemudian mendekati Levira, tapi..

"Stop!" cegah Levira, sengit.

"Nak, segitunya kau marah pada Ayah?"sahut Arzies, sedih.

"Kau tahu, betapa sakit hatinya saat kau menuduhku melakukan apa yang tidak pernah kulakukan hingga kau mengusirku dari Istanaku sendiri, tahu tidak!" sentak Levira, keras.

Diiringi pasir-pasir bewarna-warni saling berlompatan.

"Nak... "

"Apa sekarang kau datang hanya untuk menjemputku untuk dijadikan bahan tuduhan untuk kesekian kalinya?hah!"Rasa marah dan kecewa bercampur jadi satu.

"Tidak, Nak. Ayah ke sini untuk membawamu pulang bukan untuk dijadikan bahan tuduhan dan Ayah minta maaf atas se.... "

"Maaf?heh!mudah sekali kau meminta maaf setelah membuat hatiku terasa pecah berkeping-keping!" potong Levira menunjuk dadanya, sengit.

"Apa yang harus Ayah lakukan agar kau memaafkan Ayah, Levira?"

"Jangan sebut itu di hadapanku! selamanya kau bukan lagi Ayahku!karena kau, sudah tidak anggap aku lagi putrimu!" teriak Levira, lantang. Diselingi butiran bening di pelupuk matanya.

Rasa marah dan kecewa itu berkumpul jadi satu, sakit yang pernah tertores di hatinya masih saja meninggalkan luka dan perih yang teramat dalam.

"Levira... "

"Lebih baik kau urus Istri barumu dan anak lelakinya itu, tidak usah lagi mencariku," desisnya tanpa menatap Arzies.

"Levira, dengarkan Ayah, Nak. Ayah sudah tahu semuanya bahwa mereka di balik semua itu dan mereka, sudah Ayah usir dari Istana." Arzies mencoba menjelaskan.

"Memangnya aku peduli?ingat, bukannya waktu itu kau tidak peduli bahkan tidak percaya dengan semua penjelasanku kalau aku tidak melakukan itu?" timpal Levira.

"Levira, waktu itu Ayah sudah dihasut sama Ibu tiri dan Adik tirimu, Nak. Perkataan mereka yang meyakinkan itu membuat Ayah percaya pada mereka."

Levira tersenyum miris...

"Padaku tidak, begitu?!"

"Bu... bukannya begitu, Nak. "

"Sudahlah, Tuan Arzies. Urus saja dirimu sendiri dan jangan pernah memintaku untuk pulang karena selamanya aku tak akan pernah tinggal di istana yang membuat hatiku tambah sakit lagi."

Dua.. aaar!

Bunyi petir seakan bergaung di telinga Arzies sang Ayah.

"Levira, apa kau... . "

"Good bye."

Wush... hhhh.

Levira pun menghilang dan menyisakan asap.

"Di Daratan Biru...

"Hentikan!" teriak Tuan Oh, mencegah.

Syu.. uuut!

Dengan cepat dirinya melesat pada dua pria yang sedang berduel itu.

"Tuan Oh?" Mereka berdua kaget dan menghentikan petarungan di antara mereka.

"Iya, ini aku," jawab Tuan Oh, datar.

"Tuan Oh, apa yang anda lakukan di sini?" selidik Fritz.

"Lalu, kalian. Apa yang kalian di sini?" tanya Tuan Oh, balik.

Fritz dan Jewaz terdiam dan saling memandang heran lalu menatap tanya Tuan Oh.

Tuan Oh pun memandang garang satu per satu antara Jewaz dan Fritz.

"Kalian sungguh kekanak-kanakan," umpat Tuan Oh, tajam.

"Hah?"

"Apa dengan bertengkar seperti tadi bisa menyeselesaikan masalah?" omelnya.

"Bukan saya yang memulai, Tuan. Dia yang lebih dulu memulai," tuding Fritz menunjuk Jewaz.

Tentu saja Jewaz tidak terima...

"Enak aja main tuduh, kamu tuh yang mulai!"balasnya, sengit.

"Eh.. kamu yang duluan ngajak perang! " sahut Fritz tak kalah sengit.

"Kamu! "

"Kamu!"

"Kamu!"

"Hentika... aaaaaaan!" teriak Tuan Oh, lantang. Sehingga Daratan saling berpecah, puing-puingnya mengelilingi tiga pria dengan perbedaan generasi.

Mereka pun terdiam dan Tuan mengela napas, lega..

"Hentikan pertaruhan gila ini!" tegas Tuan Oh kini dengan suara merendah.

"Apa?gak bisa dong, Tuan Oh. Kawanannya sudah membantai teman-teman dan keluargaku!" sela Fritz tak terima.

"Kawananmu yang terlebih dahulu melakukan itu, Frith!" sahut Jewaz, tajam.

"Kalian berani membantahku!" hardik Tuan Oh, tajam. Membuat Jewaz maupun Fritz mulai terdiam.

"Fuih, begini, Fritz juga kau Jewaz." Tuan Oh memandang datar satu per satu keduanya.

"Aku tahu cerita kalian tapi semua itu hanya omong kosong," sambungnya.

"Maksud anda?" tanya Jewaz dan Fritz, bersamaan.

"Begini... "

Tuan Oh menceritakan bahwa sekawanan manusia transparan dan serigala tidak pernah saljng membantai apalagi membantai teman dan keluarga hingga tewas.

"Apa?tidak pernah saljng membantai?" ulang Jewaz, terkejut. Begitu juga Fritz.

"Jadi siapa yang melakukan ini semua?"tanya Fritz, heran.

"Mereka adalah Vendom," jawab Tuan Oh, tegas.

"Siapa mereka, Tuan?" tanya Jewaz ingin tahu.

"Mereka adalah sekelompok manusia biasa yang sebenarnya adalah monster, sekelompok monster yang bisa mengubah dirinya menjadi siapapun," jawab Tuan Oh.

"Astaga!"

"Mereka sangat kuat dan berbahaya sehingga tak ada satupun siluman dan penyihir yang berani menentangnya. "

"Kalau berani, mereka kenapa, Tuan?" tanya Fritz, kepo.

"Tentu saja mereka akan mati dengan jarum panas menyiksa tubuh, " jawab Tuan Oh yang disambut delikan kaget Jawez dan Fritz.

"Ya.. ampun, menyeramkan sekali. "

"Begitulah, mereka. Mereka sengaja ingin mengadu domba kalian, agar kalian saling bertempur. Jika di antara kalian ada yang menang, mereka akan menfaatkan kalian dan kalau sudah tidak berguna lagi kalian akan di lempar ke lubang jelmaan. "

"Kejamnya."

"Sayangnya, ada beberapa siluman dan penyihir yang sulit mereka takluk kan," imbuh Tuan Oh, serius.

"Siapa saja mereka, Tuan?" tanya Jawez mencari tahu.

"Kalau itu, aku belum bisa mengatakannya terlebih dahulu," jawab Tuan Oh, blak-blakan.

"Oh... "sahut keduanya, tertunduk lesu.

"Maafkan aku," sesal Tuan Oh, tak enak.

Istana Neraka...

"Tuan, " panggil Yasira, cemas.

"Ada apa, sayang?" sahut Xaren menemui sang Istri.

Sedetik kemudian...

Syu... uut. ..

Yasira memutar tubuhnya.

"Kemarilah," pinta Yasira, melambai. Xaren pun menyusulnya.

"Apa kau mendengar sesuatu?" tanya Yasira melebarkan kupingnya selebar mungkin.

"Oh.. itu?fuih, itu adalah jeritan para siluman dan penyihir yang berani menantang pasukan Vendom, mereka dihukum dengan menggunakan jarum panas hingga tewas," jawab Xaren, menatap dalam permaisurinya.

"Astaga!kejam sekali mereka," pekik Yasira, lirih. "Oh... iya, Tuan. Kok aku baru tahu kalau ada pasukan Vendom?"Dia heran.

"Sebenarnya, pasukan Vendom sudah lama ada. Setelah itu menghilang beberapa tahun kemudian lalu sekarang kembali lagi untuk kesekian kalinya," papar Xaren, serius.

"Mereka sesakti itu kah?"

"Kalau soal itu, jangan ditanya. Mereka adalah segerombolan manusia yang berwujud monster bisa menjelma menjadi apapun. "

"Apa?!" Yasira mendelik kaget.

"Bukan hanya itu, mereka juga bisa mengalahkan jutaan penyihir dan siluman dengan satu jari terutama yang menantang mereka, mereka juga tidak segan-segan membunuhnya dengan jarum panas. "

"Hah?!"

"Sayangnya, ternyata ada beberapa siluman atau penyihir, fokusnya sih siluman yang tidak akan pernah berani menaklukannya. "

"Siapa saja mereka, Tuan?"

Bersambung...

Merin

Raz sedang rebahan di kasur Njna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!