#18

'Ya Allah, tolong kami!' Batin Tania.

Tiba-tiba, terdengar suara raungan begitu jelas di dekat Tania. Kemudian ada seekor harimau putih melompat begitu saja dari atas Tania dan menghadang Sekar, membuat Sekar terkejut, lalu melangkah mundur.

Dari mana datangnya harimau itu? Harimau itu sepertinya ingin melindungi mereka.

Kemudian harimau itu menerkam Sekar.

Tania berteriak sambil menyembunyikan wajahnya di dada bidang Nathan.

Nathan memeluknya dan berusaha menenangkan Tania.

"Tan, kamu harus lihat itu!" Pinta Nathan.

Tania pun perlahan menoleh ke depan dan terbelalak saat melihat Sekar yang sepertinya hanya pingsan dan kondisinya baik-baik saja. Tidak ada darah yang keluar setetespun dari tubuhnya dan semua tubuhnya utuh tidak kurang sedikitpun.

Harimau itu hanya berputar-putar di sekitar Sekar.

Teman-teman yang lain kemudian mendekat pada Tania dan Nathan. Mereka sama terkejutnya seperti Tania dan Nathan.

"Harimau itu nembus Sekar!" Seru Ebot kagum.

"Harimau jadi-jadian tuh kayaknya." Sambung Kevin.

Harimau itu kemudian mendekati mereka membuat mereka langsung melangkah mundur. Tapi tidak dengan Tania dan Nathan.

Bukan karena kaki Tania yang sakit, tapi Tania merasa kalau harimau itu tidak jahat.

"Hati-hati nduk! Teman-temanmu ada di desa itu. Kalian jangan masuk ke sana sendirian. Panggil warga desa yang lain! Eyang pamit." Harima itu mengingatkan Tania.

"Hah?! Harimaunya bisa ngomong!" Tiwy sangat terkejut mendengarnya, begitu juga dengan Tania. Berarti, tidak hanya dia saja yang bisa mendengarnya.

"Siapa kamu?" Tanya Tania dengan penasaran karena harimau itu berbicara kepadanya, berarti harimau itu mengenalnya.

"Eyang Prabaswara." Setelah menjawab Tania, harimau itu seketika menghilang bagai asap.

"Eyang Prabaswara?" Gumam Nathan, kamudian menunduk melihat Tania. "Kamu kenal, Tan?"

"Eyang Prabaswara itu nama eyang buyutku, Nath." Jawab Tania sambil mendongak menatap Nathan. "Tapi, masa iya sih?" Tania merasa tidak percaya.

"Mungkin aja kali, Tan. Orang-orang jaman dulu kan banyak yang punya ilmu. Mungkin aja itu bener eyang lo." Sahut Kevin.

"Jadi kamu punya eyang buyut namanya eyang Prabaswara, Tan?" Tanya Nathan lagi.

"Seingatku sih iya, Nath. Papaku sama sodara papaku yang lain pernah cerita tentang eyang Prabaswara. Cuma, aku belum pernah ketemu. Eyang buyut aku udah lama banget meninggal." Jawab Tania.

"Ya udah, terus mau gimana nih? Mungkin kita memang harus minta tolong sama warga. Kita nggak mungkin masuk ke sana sendirian." Ucap Aisyah.

"Ya udah, sebaiknya kita balik dulu aja ke posko. Terus, gue lapor ke Pak Kades dan minta bantuan buat nyari tman-teman yang lain." Ucap Nathan pada mereka yang langsung disetujui oleh mereka.

"Sejutu!"

"Vin, lo bopong Sekar, ya." Ucap Nathan.

"Elu aja napa, Nath? Biar gue bopong Tania. Sekar berat banget pasti tuh." Jawab Kevin menolak yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Nathan dan membuat Kevin pun mau tidak mau dengan terpaksa membopong Sekar.

Mereka pun kembali ke rumah posko dengan Kevin yang membopong Sekar dan Nathan membopong Tania.

Tania melingkarkan lengannya di leher Nathan dan menyandarkan kepalanya di bahu kokoh Nathan.

Deru napas hangat dari Nathan mengenai tangan Tania.

Selama perjalanan, mereka tidak ada yang bicara. Tania merasa sudah cukup lelah menghadapi kejadian malam ini.

Tak lama, mereka pun sampai di rumah posko.

Nathan langsung masuk ke kamar Tania dan membaringkan Tania di atas tempat tidurnya. Dia kemudian duduk di tepi tempat tidur sambil tersenyum menatapnya.

Tania masih sedikit meringis karena merasakan pergelangan kakinya yang nyeri.

"Aku ambil balsem dulu ya? Biar aku urut kaki kamu."

Tania mengangguk dan Nathan segera keluar dari kamar Tania untuk mengambil balsem.

Tak lama, Nathan sudah kembali dengan membawa balsem di tangannya.

Nathan kembali duduk di tepi tempat tidur dekat kaki Tania, melepas sepatu Tania dan mulai memijat kakinya.

"Kamu sering banget keseleo gini, ya?" Guraunya.

Tania hanya menekan bibirnya menahan tawa dan rasa sakitnya.

"Kalau mau ketawa, ketawa aja, Tan. Nggak usah ditahan, sebelum ketawa dilarang." Lanjut Nathan yang semakin ingin menggoda Tania.

Tania tidak tahan untuk tidak mencubit perut six pack Nathan bertubi-tubi.

"Kamu tuh kebiasaan, deh." Ucap Tania sambil terkekeh pelan.

"Aku seneng lihat kamu ketawa gini." Ucap Nathan tanpa mengalihkan tatapan matanya pada Tania membuat wajah Tania merona merah karena malu.

"Ih, kamu malu ya? Muka kamu merah gitu." Nathan kembali meledeknya.

Saat Tania ingin mencubit kembali perut Nathan, tiba-tiba pintu kamar diketuk dari luar.

Ebot masuk dan mengajak Nathan ke rumah Pak Kades.

Masalah ini memang harus segera diselesaikan!

Tania hanya berdiam diri di kamar. Dia sudah berjanji pada Nathan tidak akan pergi kemana-mana dulu.

Pikiran Tania masih dipenuhi dengan sosok eyang buyutnya yang tadi ditemuinya.

Sepertinya, memang benar kalau harimau tadi itu eyang buyut Tania. Karena papanya juga pernah bercerita tentang eyang buyutnya yang terkadang suka menjenguk cucu-cucunya dalam wujud seperti tadi. Namun, tidak sembarangan orang melihat.

Tania hanya masih tidak habis pikir, apakah hal seperti itu benar-benar terjadi?

Tania berpikir, orang-orang yang sudah meninggal, ruhnya akan kembali pada Allah SWT. Lalu tadi itu apa?

'Bahkan, sampai sekarang aku masih belum mengerti. Papa bilang 'biarlah misteri tetap menjadi misteri'.'

Dan sekarang ini, Tania mencemaskan Nathan. Dia pasti ikut bersama warga mencari teman-temannya yang lain.

"Duh, kenapa kakiku harus sakit gini, sih!" Gumamnya menggerutu.

Kalau kakinya bisa berjalan, sudah pasti Tania juga ikut dengan mereka mencari teman-temannya yang lain.

Tania merasa tidak tenang membiarkan Nathan masuk ke desa itu, walau banyak warga yang ikut bersamannya.

Kalau untuk menghadapi manusia, Tania tidak akan khawatir karena Nathan jago bela diri. Apalagi, tidak hanya satu cabang bela diri saja yang Nathan temui, namun ada beberapa cabang bela diri lainnya lagi.

Yang membuat Tania khawatir, yang di hadapinya kali ini adalah makhluk astral, yang tidak akan bisa tumbang terkena pukulan ataupun tendangan.

Pikiran Tania terus tertuju pada Nathan. Tania tidak bisa tenang. Dia pun memutuskan untuk beranjak turun dari tempat tidurnya dan keluar kamar. Tania ikut berkumpul dengan teman yang lain yang menunggu di rumah.

Di rumah masih ada Kevin, Aisyah, Sekar dan Tiwy. Tapi Sekar masih tertidur.

Tania berjalan dengan kepayahan karena masih merasakan nyeri di kakinya.

"Lhoh, kok keluar?" Tanya Kevin yang kemudian menghampiri Tania dan membantunya berjalan.

"Bosen di kamar terus." Jawab Tania.

"Ya udah, kita di sini aja sambil nunggu yang lain balik. Mudah-mudahan mereka cepet ketemu."

Tania duduk di samping Tiwy yang sedang memeluk boneka kesayangannya.

"Lo kok di sini, Vin? Nggak ikut Nathan sama Ebot tadi?" Tanya Tania pada Kevin setelah duduk.

"Tadinya sih gue mau ikut. Tapi nggak boleh sama Nathan. Katanya gue disuruh di rumah aja buat jagain kalian. Takut kalau ada apa-apa di rumah. Masa nggak ada cowoknya yang jagain di rumah?" Ucap Kevin memeberi penjelasan.

"Tan, kaki lo gimana?" Tanya Aisyah pada Tania.

"Tadi sih, udah di urut sama Nathan. Udah mendingan sih, cuma masih agak nyeri aja." Jawab Tania sambil menatap kakinya.

"Eh, pada mau teh nggak nih? Hawanya dingin gini, biar badan anget." Tawar Tiwy.

"Yuk, Vin! Temenin gue ke dapur." Ajak Tiwy pada Kevin dan mereka berdua pergi ke dapur membuat teh untuk mereka.

"Sekar lagi ngapain?" Tanya Tania.

"Masih tidur dia. Kayaknya kecapekan." Jawab Aisyah sambil menoleh ke arah pintu kamar Sekar.

"Sering-sering ditengok, Syah. Jangan sampai kecolongan lagi kayak si Wulan."

"Hm? Iya juga, ya. Ya udah, gue libat dulu deh di kamar."

Bunyi detik jam dinding bagai alunan musik di malam yang sunyi dan sedikit menghibur. Bagi Tania, saat ini lebih baik daripada dirinya harus mendengar suara-suara aneh seperti biasanya.

Namun, semua itu sirna dalam sekejap saat tiba-tiba Tania mendengar suara sesuatu yang mencakar-cakar kaca jendela rumah yang mulai mengusik indra pendengarannya. Bunyinya memekik tajam.

Tania pun mencoba berdiri ingin melihat siapa sumber suara itu. Karena Tania yakin kalau suara itu berasal dari teras depan.

Dengan langkah pelan dan sebelah kakinya yang diseret, Tania menuju ke arah jendela yang tertutup korden.

Tania menyingkap kodernnya, tapi dengan cepat langsung menutupnya lagi.

Dia melihat ada sosok perempuan berpakaian putih lusuh dengan kuku-kukunya yang panjang dan tajam sedang mencakar-cakar jendela. Kepalanya sedikit remuk, bola matanya hampir keluar dengan wajah penuh darah. Dan dari tempat Tania berdiri, tercium bau busuk yang menyengat.

Tania kemudian perlahan melangkah mundur, berusaha untuk tidak mengeluarkan suara sedikitpun.

Namun, langkah Tania terhenti ketika merasakan ada seseorang yang berdiri di belakangnya.

......................

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!