#13

"Tania, bangun! Adzan, Tan!" Tiwy menggoyang-goyangkan tubuh Tania.

Tania menggeliat dan mengumpulkan nyawanya yang habis jalan-jalan ke alam mimpi. "Alhamdulillah..." Gumamnya sambil mengusap wajah.

Dia melihat Tiwy baru selesai sholat subuh.

Setelah merenggangkan tubuhnya, Tania beranjak turun dari atas tempat tidur, lalu berjalan keluar kamar ingin mengambil air wudhu.

Bugh!

Tania tidak sengaja menabrak seseorang yang ada di depan pintu. Untung saja tidak sampai terjatuh karena orang itu langsung sigap mendekapnya erat.

"Bangun tuh matanya dibuka dulu, Non. Masa jalan sambil merem." Guraunya sambil melepas pelukannya.

Walaupun Tania masih merem, tapi Tania tahu jelas kalau orang di depannya ini adalah Nathan.

"Kamu udah bangun, Nath?" Tanyanya sambil mengucek mata.

"Udah. Buruan gih, ambil wudhu. Aku mau lari pagi dulu."

Lari pagi?

Tania langsung membuka matanya lebar-lebar, melihat Nathan yang sudah siap dengan pakaian olahraga dan sneakersnya.

"Kamu mau lari?" Tanya Tania.

"Iya. Udaranya enak di sini, seger banget. Kamu sholat dulu, gih. Aku mau jogging."

"Sebentar, Nath." Tania menahan tangan Nathan yang hendak pergi.

"Hm? Kenapa, Tan?"

"Emm, kamu hati-hati ya, Nath. Jangan jauh-jauh, terus jangan masuk ke desa sebelah." Pinta Tania dengan wajah khawatir.

"Beres, bos. Kamu nggak perlu khawatir." Ucap Nathan sambil membelai kepalanya dengan lembut, kemudian berlalu keluar rumah.

"Ehem!" Tiba-tiba ada seseorang yang berdehem keras.

Kali ini adalah orang yang paling tidak ingin Tania temui apalagi di pagi hari ini. Tania kemudian melanjutkan langkahnya ke kamar mandi tanpa ingin melihat orang itu.

"Seneng ya, pujaan hati dateng ke sini. Selain KKN, juga bisa sambil pacaran." Sindirnya dengan sinis.

Sudah bisa ditebak kalau orang itu adalah Saiful.

Tania tidak menghiraukan ucapannya, dia terus berjalan menjauhi laki-laki menyebalkan itu karena tidak ingin ribut di pagi-pagi buta seperti ini.

Tania masuk ke kamar mandi dan segera mengambil air wudhu.

Selesai berwudhu, Tania keluar dari kamar mandi. Dia melihat Kevin dan Vhie sedang membuat sarapan.

"Wah, pagi banget. Masak apa nih?" Tanya Tania sambil melihat kegiatan mereka.

"Ada deh. Ntar juga tahu." Jawab Vhie.

"Ya udah, gue ke kamar dulu, ya." Ucap Tania, kemudian meninggalkan mereka dan kembali kekamar untuk menjalankan kewajibannya.

Di kamar, Tiwy terlihat sedang mengetik di keyboard laptopnya.

"Tan, lo udah nggak apa-apa, kan?" Tanya Tiwy sambil melihat Tania yang sedang melipat mukenanya selesai sholat.

"Nggak apa-apa kok, Wy. Sorry ya, kemaren malem...gue...agak kacau." Ucap Tania sedikit menunduk.

Tiwy kemudian mendekatinya dan mengusap-usap punggungnya. "Kalau ada apa-apa, cerita ya, Tan. Gue siap jadi pendengar yang baik buat lo. Jangan dipendam sendiri." Ucap Tiwy penuh perhatian.

"Thank's ya,Wy."

Mareka pun berpelukan.

Setelah mandi, Tania mengambil sarapan.

Nathan juga sudah kembali dari jogging dan juga baru selesai mandi. Terlihat rambutnya yang masih basah dengan handuk yang dia sampirkan di bahunya.

Kalau seperti ini, Nathan terlihat semakin...ganteng!😁

"Minum dulu, nih." Tania menyodorkan secangkir kopi pada Nathan.

"Makasih, Tan." Ucapnya sambil tersenyum pepsodent.

Mereka kemudian sarapan di ruang tamu bersama-sama.

Wulan terlihat sudah kembali seperti semula, hanya saja wajahnya masih terlihat pucat dan sepertinya masih lemas tidak bertenaga.

Tania memberanikan diri untuk bertanya. "Lan, lo kemaren dari mana aja? Kok bisa sampe kesambet gitu?"

Wulan menarik napas panjang, lalu menghembuskannya dengan berat. "Nggak kemana-mana, Tan. Gue lagi kegiatan seperti biasa. Di sana juga rame kok. Terus, ada yang manggil gue dari kejauhan. Bapak-bapak gitu. Ya gue samperin, kan. Gue tanya kenapa ke bapak itu, abis itu gue udah nggak inget apa-apa lagi." Jawab Wulan memberi penjelasan.

Aneh!

Wulan tidak melakukan sesuatu yang aneh atau sesuatu yang berbahaya, tapi kenapa dia bisa dirasuki?

"Oh iya, hari ini bahan material bakal dateng buat bikin batas desa. Karena warga nggak ada yang bantu, jadi kita kerjakan sendiri. Gue sih udah panggil dua orang tukang dari luar, kita tinggal bantu aja, ya." Ucap Riswanto dengan serius.

"Loh, kok warga nggak mau bantuin?" Tanya Aisyah.

"Mereka, nggak mau deket-deket desa itu. Tapi, untuk proker kita yang lain, warga mau bantu kok. Soal pemasangan lampu jalan, pembuatan gapura di depan desa, mereka mau bantu." Ucap Riswanto.

"Segitu seremnya ya tuh desa. Sampe deket-deket aja pada kagak mau, ya." Sambung Abid.

"Sebisa mungkin, kita jangan sampai masuk ke sana." Sahut Tania.

"Tenang, gue bakal bantu kalian nanti." Ucap Nathan dengan santai.

Tania tersenyum menatapnya dan Nathan langsung membalas senyuman Tania.

Setelah sarapan, mereka pergi ke tempat pembuatan batas desa.

Kebetulan, proker Tania hanya tinggal sedikit lagi, sehingga dirinya dan Tiwy bisa ikut melihat ke pembuatan batas desa itu. Kecuali Aisyah dan Sekar. Mereka berdua masih harus ke balai desa untuk melanjutkan pekerjaan mereka.

Saat Tania dan Tiwy sampai di TKP, sudah ada sebuah truk yang mebawa bahan material.

Truk ini lewat jalan yang berbeda dari tempat mereka masuk. Jadi, ternyata ada jalan lain yang menghubungkan desa ini dengan jalan besar, hanya lebih jauh. Namun, hanya itulah satu-satunya akses yang paling mudah dilewati truk.

Tania, Tiwy, Wulan dan Vhie memilih duduk di bawah pohon yang tidak jauh dari sana. Mereka sudah membawa tikar dan beberapa botol minum juga makanan untuk mereka yang sudah mulai bekerja membuat batas desa.

"Tan, nitip ya" Nathan menyerahkan kemeja panjang beserta celana panjangnya pada Tania dan kini dia hanya memakai celana pendek dan kaus dalam saja.

Tania menerimanya dan menyimpannya di atas pangkuannya setelah melipatnya rapi.

"Tan, kalian pacaran?" Tanya Vhie.

"Enggak, temen." Jawab Tania santai.

"Tahu tuh, si Nathan masa belom nembak juga. Yang dimari udah nungguin, hayati lelah bang digantungin mulu, ahahahaha" Tawa Tiwy dan Vhie langsung meledak.

Namun, tidak dengan Wulan. Dia sedari tadi hanya diam saja dan terus menatap ke depan. Lebih tepatnya, ke arah dalam desa sebelah.

"Wulan! Jangan ngelamun!" Ucap Tania mengingatkan Wulan.

Tiwy dan Vhie otomatis langsung menoleh ke Wulan.

Namun, reaksi yang diberikan Wulan justru malah aneh. Dia menggerakkan kepalanya seperti hantu ju'on.

Tania segera memberi isyarat pada Tiwy dan Vhie untuk menjauh. Mereka pun langsung berlari menjauh.

Tania mendekati Wulan dan dengan pelan menyentuh bahunya. "Wulan?"

Wulan langsung menoleh padanya dan ingin mencoba mencekik lehernya. Namun, lagi-lagi gagal. Wulan seperti merasa kepanasan saat menyentuh leher Tania yang terdapat kalung pemberian dari Nathan.

Walau dengan gerakannya tadi mampu membuat Tania terjatuh dan terbaring di tanah. Namun, Wulan langsung beringsut mundur karena kesakitan di bagian tangannya.

"Nathaaan!" Teriak Tiwy.

Nathan yang sedang menurunkan pasir dari dalam truk, dia menoleh dan langsung melompat berlari menghampiri Tania.

Nathan membopong Tania menjauhi Wulan. "Kamu nggak apa-apa, Tan?" Tanyanya dengan cemas dan Tania hanya mengangguk.

Dia mendengar Wulan menggeram dan mendesis seperti ular. Kami semua pun panik dan langsung mundur menjauhinya.

Wulan kemudian melesat masuk ke dalam desa sebelah. Makin lama, Wulan makin menghilang karena terlalu jauh dia pergi.

"Wulaaan!!!" Teriak mereka semua memanggil Wulan.

Mereka semua pun bingung harus melakukan apa. Mau masuk? Jujur saja, mereka takut. Tapi, kalau tidak masuk, kasihan Wulan.

"Nath, gimana dong?!" Tanya Tania dengan panik juga cemas.

"Kita kumpul sama yang lain dulu." Ajak Nathan.

Mereka pun berkumpul dan membahas tindakan apa yang harus dilakukan untuk membawa Wulan kembali.

"Gimana ya?"

"Harusnya, tadi Wulan di rumah aja. Dia belum sadar sepenuhnya."

"Nggak mungkin juga kan kita masuk ke sana? horor gitu, ih!"

"Tapi kita harus masuk!" Ucap Tania tanpa ragu membuat mereka sontak menatap ke arahnya penuh sangsi.

"Tan! Duh...enggak deh!" Seru Tiwy karena merasa takut.

"Gimanapun juga, kita harus masuk! Karena nggak mungkin juga Wulan tahu-tahu balik sendiri ke rumah, sedangkan kita nggak tahu di dalem sana ada apa aja? Mungkin aja bahaya. Kasian Wulan." Ucap Tania dengan serius sambil menatap mereka satu per satu.

"Justru karena bahaya, Tan! Wah, gue mah ogah deh! Mending gue balik ke rumah dan nggak usah ngelanjutin KKN ini!" Ucap Abid.

"Oke, gue nggak maksa kalian untuk ikut! Tapi gue mau tetep masuk ke sana nyari Wulan! Gue nggak mungkin tinggalin Wulan di tempat seperti itu!" Ucap Tania dengan tegas, kemudian berdiri dan meraih tasnya.

"Aku temeni kamu!" Nathan juga langsung berdiri di belakang Tania. Tidak mungkin juga kalau Nathan membiarkan Tania sendirian mencari Wulan.

Tania mengangguk, karena dia memang membutuhkan Nathan.

Nathan segera memakai pakaiannya lagi, lalu mereka berdua berjalan mendekat ke yang lain.

"Tan, tapi material udah dateng. Kita nggak mungkin ninggalin gitu aja. Kalau ujan, terus pasirnya kebawa ujan, gimana?" Kata Kevin.

"Kan gue udah bilang, gue nggak maksa kalian buat ikut. Kalau kalian nggak ikut, nggak apa-apa kok. Gue sama Nathan aja juga udah cukup. Yang lain silahkan lanjutin kegiatannya lagi." Ucap Tania kemudian melenggang masuk ke dalam desa itu bersama Nathan.

"Gue ikut, Tan!" Seru Ebot yang langsung mengekor Tania dan Nathan.

"Gue juga ikut!" Susul Saiful.

"Gue juga mau ikut, Tan!" Riswanto juga langsung bangkit berdiri. "Yang lain, tolong lanjutin dulu, ya. Kita bagi tugas aja." Imbuhnya, kemudian bergegas menyusul mereka yang sudah berjalan hampir sampai ke gerbang desa sebelah.

Dalam hati Tania, Tania sudah bertekad dengan penuh keyakinannya. Apapun yang ada di dalam sana, dia akan menghadapinya.

Ada Allah dan juga Nathan di sampingnya yang membuatnya tidak mempunyai alasan lagi untuk takut.

......................

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!