#17

"Tutup! Kunci!" Pekik Tiwy dengan panik.

Pintu langsung ditutup dan dikunci oleh Ebot. Nathan menarik kursi dan meletakkannya di belakang handle pintu. Setidaknya, ini membuat pintu sulit untuk dibuka dari luar.

Pintu dipukul-pukul dengan keras dari luar membuat mereka langsung mundur menjauh dari pintu.

"Tenang aja, mereka nggak bakal bisa buka pintu." Ucap Nathan penuh keyakinan, lalu menoleh ke arah Tania yang berdiri di belakangnya. "Sini, duduk dulu, Tan. Kamu pasti capek." Nathan menarik tangan Tania ke tempat tidur Tania.

Tania duduk di sana bersama Aisyah.

Di dalam kamar ini, ada Tania, Nathan, Aisyah, Ebot, Tiwy, Sekar dan Kevin. Entah sudah berapa lama mereka diam dengan pikiran mereka masing-masing.

Tiba-tiba, terdengar suara ketukan lain yang begitu nyaring dari jendela membuat mereka semua langsung menoleh ke arah jendela.

Nathan melangkah mendekat ke jendela dan mengintip sedikit dari balik korden, kemudian dengan cepat langsung ditutup lagi.

Dia terdiam sejenak dengan wajah yang sudah berubah sedikit pucat.

Ebot dan Kevin yang melihat reaksi Nathan, kemudian ikut mendekat.

"Kenapa, Nath?" Tanya Kevin penasaran.

"Lihat aja sendiri." Ucap Nathan.

Kevin dan Ebot yang penasaran pun segera mengintip dan reaksi mereka juga sama dengan Nathan.

Tania juga menjadi penasaran, lalu bangkit berdiri dan mendekat ke jendela ingin mengintip. Namun, Nathan menahan tangannya dengan menatapnya sambil menggeleng pelan, tidak membiarkan Tania melihat.

"Ada apa sih, Nath? Aku juga pengen lihat." Tania memaksa ingin melihat, tapi Nathan langsung berdiri di depannya menghalanginya.

"Jangan! Lebih baik kamu nggak usah lihat, ya. Please." Pinta Nathan dengan wajah memohon.

Melihat Nathan yang memintanya seperti ini, Tania pun menurut dan mengurungkan niatnya untuk melihat ke luar jendela.

Braaakkk!

Terdengar suara keributan dari luar kamar. Mata mereka terbelalak saling menatap.

Banyak sekali bayangan yang terlintas di pikiran Tania tentang apa yang terjadi di luar, bagaimana nasib teman-teman yang lain di kamar sebelah?

"Abid!"

Terdengar suara teriakan mereka yang memanggil Abid.

"Kenapa ya Abid?" Tanya Aisyah sambil menatap teman-teman di depannya.

Tidak ada yang menjawab karena mereka sama-sama tidak tahu dan menunggu waktu yang tepat untuk keluar.

"Kayaknya kita harus keluar. Kita harus tahu apa yang terjadi dengan mereka." Ucap Tania dengan panik.

"Iya bener. Gimanapun juga, kita di sini bersama-sama, udah seharusnya kita hadapi semua ini bareng-bareng." Sahut Ebot yang sependapat dengan Tania.

"Oke, ayo kita keluar!" Ucap Nathan, kemudian menarik kembali kursi yang dia taruh di belakang handle pintu dan membuka pintu dengan pelan sambil melihat situasi di luar.

Setelah pintu dibuka, Nathan melangkah keluar diikuti mereka di belakangnya.

Suasana tampak sepi. Kemana mereka?

Mereka kembali terkejut saat melihat ke pintu depan yang sudah terbuka lebar.

Kevin mengecek ke kamar Vhie, dan ternyata kosong. Tidak ada satupun di sana.

"Apa mereka keluar?" Tanya Aisyah.

"Ayo kita lihat!" Nathan berjalan memimpin di depan.

Mareka pun mengekor di belakang Nathan. Tania berjalan tepat di belakang Nathan sambil memegang ujung bajunya.

Tania benar-benar sangat takut. Jujur saja, ini adalah kejadian paling menyeramkan yang dia alami seumur hidupnya. Tania juga tidak tahu siapa lawannya kini.

Apakah manusia? Atau makhluk astral? Dan sosok yang tadi terlihat di dapur sangat menyeramkan!

Sampai di luar, mereka masih terus berjalan untuk mencari keberadaan teman-teman mereka yang lain.

"Kira-kira, mereka ke mana ya?" Tanya Aisyah di sela-sela keheningan mereka.

"Apa mungkin, mereka ke desa sebelah?" Imbuh Tania bertanya.

Yah, mungkin mereka saat ini berada di sana. Karena di sana tempat satu-satunya yang paling angker di desa ini, juga sumber masalah dan keanehan yang selama ini mereka alami.

Tania yakin, kalau teman-temannya yang lain ada di sana!

Yang jadi pertanyaan, bagaimana bisa mereka semua pergi meninggalkan rumah?

"Ya udah, kita cek ke sana!" Tegas Nathan.

"Gila! Masa iya kita ke sana malam-malam begini?" Protes Kevin merasa ngeri.

"Mau gimana lagi, Vin? Kita harus cari temen-temen kita yang lain, kan?" Ucap Tiwy.

"Biarin aja mereka ilang, ngapain juga repot-repot nyari segala, sih?" Ucap Sekar dengan tiba-tiba yang sedari tadi hanya diam saja, membuat mereka langsung menatap ke arahnya.

Tentu saja hal itu membuat Tania kesal.

Sekar seolah tidak punya perasaan dengan membiarkan teman-temannya hilang dan terkesan tidak peduli dengan hilangnya mereka.

Tapi, Tania menyadari kalau Sekar terlihat aneh. Dia berjalan sambil terus menunduk dan sesekali dia terlihat tersenyum licik.

Tania kemudian berjalan mensejajari Nathan dan meraih tangannya membuat Nathan langsung menoleh melihatnya dengan mengerutkan dahi.

"Sekar, Nath." Bisik Tania.

Dengan perlahan Nathan menoleh ke belakang ke arah Sekar berada. Dia sepertinya juga merasakan keanehan pada diri Sekar.

"Sekar, lo kenapa senyum-senyum gitu?" Tanya Tania.

"Nggak apa-apa. Emangnya nggak boleh ya, senyum?" Tanya Sekar aneh.

"Ya nggak tepat aja waktunya, Kar." Sahut Nathan.

Tania dan Nathan kemudian melirik ke arah Sekar dan Sekar menghentikan langkahnya. Dia masih menunduk ke bawah, kemudian tiba-tiba menggeram sambil menyeringai, membuat mereka langsung mundur menjauhinya.

"Wah, kenapa lagi nih anak?!" Tanya Ebot dengan bingung sedikit panik.

"Ya udah jelas, dia kesurupan!" Ucap Kevin yang langsung paham dengan kondisi Sekar.

"Duh, ada ada aja sih..." Rengek Tiwy yang bersembunyi di punggung Ebot.

"Siapa kamu?!" Tanya Tania dengan lantang.

"Siapa aku? Itu tidak penting! Kalian pengganggu! Kalian pantas mati!" Ucap Sekar dengan suara berat.

"Kami mengganggu? Mengganggu siapa? Justru kalian yang terus menteror kami!" Seru Kevin yang juga dengan suara lantang.

Wih! Berani juga nih Kevin!

Sekar kembali menggeram lebih keras membuat mereka semakin merasa takut.

"Ihh, serem!" Kevin kemudian malah beringsut dan bersembunyi di punggung Tiwy karena takut.

"Yaelah, Vin. Gue pikir lo berani, eh malah ikut ngumpet juga!" Tiwy mencibir Kevin.

"Heh! Lu ngapain nempel-nempel cewek gue?! Jauhan dikit napa?! Pakai pegang-pegang segala lu!" Protes Ebot dengan kesal.

Sekar kemudian mendesis seperti ular.

Mereka merasa ngeri dan berusaha menjauh.

"Mending kita lari aja, deh!" Saran Aisyah.

"Setuju!"

Tanpa banyak berpikir lagi, mereka pun langsung berlari.

Sekar menyeringai dan ikut berlari mengejar mereka.

Tania tersandung akar pohon hingga terjatuh ke tanah.

Nathan yang menyadari bahwa Tania terjatuh, dia berhenti dan berbalik untuk membantu Tania.

Dia menarik tangan Tania membantunya berdiri, tapi Tania merasa kesakitan pada pergelangan kakinya. "Aw, sakit, Nath. Sakit banget. Kayaknya aku keseleo."

Kaki Tania terkilir akibat tersandung dan terjatuh.

"Ya udah, ayok! Aku bantu kamu jalan." Ucap Nathan penuh perhatian.

"Nggak usah, Nath. Mending kamu pergi aja. Biar aku di sini buat nahan Sekar." Pinta Tania.

"Enggak! Kamu gila?! Aku nggak mungkin ninggalin kamu di sini!" Ucap Nathan dengan keras.

Saat ini, Sekar sudah berada di depan mereka dengan senyum penuh kemenangan.

Tania dan Nathan menyadari bahwa mereka sudah tidak punya kesempatan untuk lari.

'Ya Allah, tolong kami!' Batin Tania.

......................

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!