#11

"Kenapa sih, Tan?" Tanya Ebot penasaran.

"Nggak apa-apa. Dingin di luar." Jawab Tania.

"Bohong! Pasti lu abis lihat setan, ya?" Cetus Ebot sambil menunjuk Tania.

"Ih, sok tahu deh!" Tania sambil berjalan ingin meletakkan cangkir bekas tehnya.

Namun, tiba-tiba pandangan Tania kabur. Dia berusaha meraih apapun yang ada di dekatnya karena takut terjatuh kalau tidak berpegangan.

Lalu, ada yang meraih tangannya. "Tan, kenapa?"

Tania mengerjapkan matanya mencoba menyesuaikan pandangannya agar kembali jelas.

Seketika, Tania terbelalak ketika melihat siapa yang ada di hadapannya. "Beno?!" Pekik Tania dan langsung melangkah mundur menjauh.

Kemudian Nathan meraih tangannya karena melihat Tania berjalan sempoyongan. "Dia Saiful, bukan Beno." Ucap Nathan menyadarkan Tania.

Tania melihat lagi, dan ya...dia Saiful, bukan Beno!

Entah kenapa, akhir-akhir ini Tania menjadi sering teringat dengan Beno.

Nathan memapah Tania, membawanya duduk di kursi.

Sementara Saiful, hanya menatap dingin ke mereka.

"Duduk dulu, Tan. Kamu kenapa? Sakit?" Tanya Nathan merasa cemas.

Tania menggeleng dan melihat semua orang yang duduk di ruang tamu ini sedang menatapnya bingung.

Riswanto terlihat paling cemas di antara yang lain. Dia mungkin merasa bersalah karena telah mengingatkan Tania pada Beno, orang yang paling Tania benci di dunia ini.

"Aku nggak apa-apa, Nath. Mungkin kecapean aja. Aku istirahat dulu, ya?" Baru bangkit berdiri, tiba-tiba terdengar suara pintu depan diketuk.

Mereka semua saling pandang dan penasaran. Siapa yang bertamu malam-malam begini?

"Siapa ya?" Tanya Vhie dengan wajah keheranan, karena sebelumnya belum pernah ada yang bertamu malam-malam begini.

Tania yang tadinya ingin kembali ke kamar, mengurungkan niatnya, kemudian duduk lagi sambil melihat siapa yang datang.

Ebot berjalan ke jendela dan mengintip dari balik korden. "Wulan!" Pekiknya sambil menoleh ke arah mereka, lalu segera membuka pintunya.

Saat pintu dibuka, angin tiba-tiba berhembus hingga menembus tulang dan rasanya dingin sekali.

Wulan berjalan masuk dengan wajah yang terlihat begitu pucat dan tatapan matanya juga terlihat aneh.

"Ya ampun, Wulan! Kemana aja sih lo? Kita nyariin tahu!" Seru Vhie kemudian menghampiri Wulan.

"Maaf, gue tadi nyasar." Jawab Wulan dingin dengan tatapan kosong.

Tania menatap pada Riswanto dan Riswanto juga menatapnya, lalu menggeleng pelan. Entah apa maksudnya, tapi Tania yakin kalau Riswanto juga merasakan keanehan pada diri Wulan.

"Gue ke kamar dulu ya, mau istirahat." Ucap Wulan, lalu menatap pada Vhie. "Vhie, temenin yuk!"

Wulan kemudian berjalan ke kamarnya di ikuti Vhie. Tapi, baru selangkah berjalan, langkah Vhie terhenti karena panggilan Tania.

"Vhie, sini bentar deh! Gue mau bahas soal keuangan kita nih." Seru Tania sengaja mencari alasan agar Vhie tidak mengikuti Wulan ke kamar.

Wulan pun menolehkan kepala menatap sinis pada Tania dan Tania balas menatapnya dengan tajam. Tania yakin kalau dia bukan Wulan.

Vhie membalikkan badan dan menghampiri Tania, sedangkan Wulan kembali melangkah masuk ke kamarnya.

"Kenapa, Tan? Ada masalah ya dengan keuangan kita?" Tanya Vhie dengan bingung, karena memang tidak ada masalah dalam keuangan mereka sejauh ini.

"Malam ini, lo tidur di kamar gue aja." Suruh Tania dengan serius menatap Vhie.

"Loh, kenapa emangnya?" Tanya Vhie heran.

Tania menatap Riswanto, begitu juga dengan Riswanto yang menatapnya.

"Dia bukan Wulan!" Ucap Riswanto dengan mantap sambil menatap Vhie.

"Hah?"

"Serius lo, Ris? Terus, dia siapa?" Tanya Saiful.

"Yang lain mana? Suruh kumpul sini, gih!" Pinta Tania ke Riswanto dan Ebot.

Tania kemudian menoleh, menatap Nathan yang sedang menatapnya dengan cemas.

"Aku nggak apa-apa kok, Nath." Ucap Tania sambil memberikan senyuman pada Nathan.

Nathan mengangguk pelan dan balas tersenyum.

Setelah semua berkumpul, mereka pun mulai membahas Wulan.

"Ada apa nih? Tumben kita disuruh ngumpul? Gue lagi tidur tahu!" Gerutu Abid yang masih menguap dengan rambut sedikit acak-acakan.

"Soal Wulan." Ucap Tania.

"Kenapa Wulan? Bukannya dia udah balik tuh? Tadi gue ketemu pas dia masuk ke kamarnya." Tanya Vicky.

"Dia bukan Wulan!" Riswanto kembali menegaskan ucapannya.

"Serius lo? Terus, dia siapa? Wulannya kemana?" Tanya Kevin dengan terkejut sambil menatap Riswanto, lalu menatap Tania.

"Tan," Panggil Riswanto, dia menyuruhnya untuk mengawali pembicaraan lebih dulu.

"Pas Wulan masuk tadi, gue udah ngerasa kalau ada yang aneh dari dia. Tatapannya kosong, sikapnya juga dingin. Gue yakin banget kalau dia bukan Wulan!"

"Maksudnya, dia itu jadi-jadian, Tan?" Tanya Ebot.

"Gue nggak tahu dia jelmaan setan atau memang Wulan kerasukan lagi. Yang jelas, kita semua harus hati-hati sama dia!"

"Terus, kita mesti gimana dong?" Tanya Vhie dengan panik.

"Ris, lo ada ide?" Tanya Tania pada Riswanto.

"Kita panggil ustadz aja!" Saran Riswanto.

Siapa lagi yang bisa mereka andalkan selain orang yang jauh lebih mengerti soal agama, seperti ustadz?

Riswanto, Saiful dan Abid bergegas pergi menemui ustadz yang rumahnya berada di dekat balai desa. Karena jaraknya cukup jauh dan hari sudah malam, maka memang seharusnya mereka bertiga yang pergi ke sana.

Sementara yang lain menunggu dan berkumpul di ruang tamu.

"Tan, boleh nggak kita tidur?" Tanya Aisyah dengan wajah yang terlihat sudah lelah sekali.

"Boleh, sana tidur sama Sekar sekalian. Tiwy, lo juga istirahat. Vhie, lo tidur sama Tiwy dulu. Kalian tutup pintu dan kunci. Buruan istirahat gih." Ucap Tania.

"Tapi, Tan..." Tiwy mencoba mengelak karena masih ingin bersama Tania.

"Tiwy, kamu tidur sekarang. Aku nggak mau kamu kenapa-napa. Mending sekarang, kalian buruan masuk kamar, oke!" Sahut Ebot memberi perintah.

Akhirnya, Tiwy hanya bisa pasrah dan mereka kembali ke kamar masing-masing.

"Kamu nggak tidur juga, Tan?" Tanya Nathan sambil menatapnya.

"Nanti aja, belum ngantuk. Lagi pula, aku nggak bakal bisa tidur kalau masalah Wulan masih belum selesai." Jawab Tania.

"Gue heran. Kok bisa sih kita KKN di tempat kayak gini?" Tanya Kevin.

"Mahasiswa sebelum kita, ngerasain kayak kita juga nggak ya?" Sambung Vicky sambil menyeruput kopinya.

BRAKKK!

Tiba-tiba, terdengar suara keras dari dalam kamar membuat mereka yang duduk di ruang tamu terkejut.

"Dari kamar siapa tuh?" Tanya Ebot sambil menatap wajah mereka satu per satu seolah meminta jawaban.

"Meneketehe! Lihat sono!" Ucap Vicky sambil merapatkan duduknya ke tubuh Nathan.

"Ih, ogah!" Balas Ebot.

"Ya udah, biar gue yang lihat." Ucap Nathan, kemudian beranjak dari duduknya.

"Eh, jangan Nath!" Pinta Tania sambil menahan tangannya.

"Nggak apa-apa." Nathan kemudian melepaskan tangan Tania dengan lembut dan Tania mengikutinya dari jarak yang sediki menjauh.

Sampai di kamar Wulan, Nathan berhenti.

"Kenapa?" Tanya Tania.

"Sssstt!"

BRAKKK!

"Astagfirullah!" Pekik Tania sambil menekan dadanya karena sangat terkejut.

......................

Terpopuler

Comments

Dev

Dev

Baca plus senam jantung 🙈🙈

2023-05-02

0

juwita

juwita

g ada visualnya y thor

2022-09-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!