#9

Tania, Nathan dan Tiwy berjalan ke balai desa untuk memulai kegiatan PROKERnya di sana.

"Tan, lo kenapa sih sensi amat pagi ini?" Tanya Tiwy.

"Biasa, si saiful reseh. Masa dia sengaja nyenggol gue sampai teh yang gue bawa buat Nathan tumpah ke baju gue."

"Terus?" Tanya Nathan.

"Ya udah pasti langsung dilabrak Tania lah, Nath. Kayak lo nggak tahu Tania aja, hahaha..." Sahut Tiwy, lalu terbahak.

Tania hanya melirik sambil berdecak kesal pada Tiwy.

"Emang Saiful udah suka sama kamu sejak kapan sih?" Tanya Nathan ingin tahu.

"Cie, cieee...ada yang kepo nih." Ledek Tiwy yang memang suka nyinyir.

"Apaan sih lo, Wy? Lo tuh nggak jauh beda ya sama Ebot." Protes Nathan pada Tiwy yang memang selalu kompak ngeledekin Nathan maupun Tania.

"Tiwy, ih! Lo tuh ya!" Cetus Tania.

"Oke, oke. Gue diem deh." Jawab Tiwy, lalu terkikik geli. Dia memang suka banget membuat kesal teman baiknya ini.

"Eh, Tan. Tapi kayaknya, si Saiful cinta banget deh sama lo." Celetuk Tiwy lagi sambil melirik Nathan.

"So, gue harus gimana?" Tania menanggapi dengan santai.

"Ya kenapa lo nggak mau sama dia? Dia udah lama banget ngejar-ngejar lo, kan?" Tanya Tiwy penasaran.

"Entahlah, Wy. Dia itu bikin gue jadi ingat dengan seseorang." Jawab Tania, lalu menghela napas berat.

"Maksud kamu?" Tanya Nathan.

"Nggak penting, Nath. Yang jelas, aku nggak suka sama Saiful, sekarang dan untuk selamanya." Jawab Tania yang kemudian membuat Nathan tersenyum penuh arti.

Akhirnya, mereka sampai di balai desa.

Nathan menunggu di luar, sementara Tania dan Tiwy masuk untuk bertemu Pak Kades.

Setelah urusan selesai, mereka berdua menemui Sekar dan Aisyah yang standby di balai desa.

"Hai! Serius banget, Syah?" Tania menyapa sambil mengangetkan Aisyah dari belakang.

"Ih, Tan! Ngagetin aja!"

Aisyah hanya menoleh sekilas dan kembali fokus pada layar komputer yang ada di hadapannya.

"Eh, kalian udah denger kabar belom?" Tanya Sekar yang ada di samping Aisyah.

"Kabar apa?" Tanya balik Tiwy penasaran.

"Katanya sih, ada anak kecil yang masuk ke desa kramat itu loh. Dan katanya, sampai sekarang belom balik."

"Masa? Kok bisa sampai masuk ke sana sih?" Tanya Tania dengan heran.

"Katanya, dia lagi maen sama temen-temennya. Maen petak umpet gitu, terus ada yang lihat tuh anak masuk ke desa itu. Kayak ada yang ngajakin gitu loh, Tan." Tutur Sekar.

"Udah dicari?" Tanya Tania lagi.

"Udah. Tapi ya belum ketemu. Ilang gitu aja." Jawab Sekar, lalu bergidik ngeri.

"Kok bisa ya? Kalau emang bener, kasihan banget tuh anak."

"Eh, udah yuk! Malah pada ngerumpi deh. Kita kan mesti PROKER juga kali, Tan." Ajak Tiwy.

"Oh iya. Ya udah yuk! Kita balik dulu ya. Kalian hati-hati." Ucap Tania kemudian mereka berdua pergi keluar.

Saat keluar, Tania melihat Nathan sedang duduk di sebuah kursi di depan balai desa. Dengan perlahan, Tania menghampirinya.

"Hayo, ngelamunin apa nih?" Tania sengaja mengageti Nathan yang terlihat sedang melamun.

"Tania! Ngagetin aja." Nathan berhasil dikagetkan olehnya. "Eh, udah ya?" Tanyanya.

"Udah, yuk! Kita sekarang mau PROKER dulu ke balai warga, Nath. Kamu nggak apa-apa nungguin? Lama loh."

"Nggak apa-apa kok, Tan. Bahkan suruh nungguin kamu seumur hidup, aku juga rela." Ucap Nathan merayu Tania dan langsung membuatnya tersipu malu.

"Gombal!" Tania mencubit perut six pack Nathan yang terbalut jaket kulit.

Nathan hanya tersenyum tanpa mengalihkan pandangannya dari Tania.

"Beuh! Berasa jadi obat nyamuk nih gue." Celetuk Tiwy sambil memalingkan wajahnya.

"Itu yang gue rasain pas lo lagi berduaan sama Ebot di depan gue! Enak, kan?" Balas Tania dan Tiwy hanya manyun. Kemudian Tania menggandeng Tiwy berjalan ke tempat PROKER mereka.

Sedangkan Nathan, berjalan mengikutinya dari belakang.

Sesampainya di balai pertemuan warga, di sana sudah ramai sekali ibu-ibu yang akan mengikuti penyuluhan mereka.

Tanpa menunggu lagi, Tania dan Tiwy masuk dan segera memberikan penyuluhan pada ibu-ibu di sini.

Warga di sini benar-benar sangat ramah dan berantusias. Bahkan, seletah acara selesai pun masih banyak yang mengajak mereka mengobrol.

Tapi, saat Tania menolehkan kepala melihat ke arah depan, dia kembali melihat seorang anak kecil yang waktu itu dia temui di dekat sungai.

Anak kecil itu masih sama seperti kemarin. Hanya diam dan terus menatapnya saja.

Tania pun mulai mendekati anak itu. Dan kali ini, anak itu tidak lari saat Tania mendekat.

"Dek, nama kamu siapa?" Tanya Tania sambil berjongkok di hadapannya.

"..."

"Rumahnya di mana?" Tanya Tania lagi dan anak kecil itu masih diam.

Tapi, anak itu kemudian menunjuk ke arah belakangnya dan tiba-tiba menarik tangan Tania. Sepertinya, anak kecil itu ingin Tania ikut dengannya.

Anehnya, Tania hanya menurut saat ditarik olehnya.

Tania terus ditarik anak itu sampai ke depan desa kramat. Anak itu berhenti, lalu menunjuk ke dalam desa itu.

Tania yang belum mengerti maksudnya, dia masih bingung sambil berpikir.

Kemudian tiba-tiba anak itu melepaskan tangan Tania dan berlari masuk ke dalam desa itu.

"Eh, dek! Adek mau kemana?!" Teriaknya, namun anak itu tetap berlari masuk ke sana dan semakin lama semakin tidak terlihat lagi.

Saat Tania ingin melangkah maju, tiba-tiba ada sebuah tangan yang menyentuhnya dan membuatnya kaget setengah mati.

"Ya Allah!" Pekiknya.

"Tan, kamu ngapain sih di sini? Aku panggil-panggil kamu dari tadi, tapi kamu diem aja." Nathan terlihat begitu cemas menatap Tania. Terlihat sekali dari sorot matanya.

Sesaat kemudian, Tiwy datang dengan lari tergopoh-gopoh. "Kalian larinya cepet banget sih?!" Omelnya dengan napas tersengal-sengal.

"Lari? Gue jalan kok." Ucap Tania sambil menatap Tiwy.

"Kamu lari, Tan. Dan larimu cepet banget." Sahut Nathan dengan menatap heran pada Tania.

"Masa sih, Nath?" Tania masih tidak percaya. "Tadi aku ketemu sama anak kecil yang waktu itu aku temui di deket sungai, yang...itu loh Wy. Terus dia bawa aku ke sini. Katanya rumah dia ada di...sini." Tania langsung terbelalak.

"Kenapa, Tan?" Tanya Nathan.

"Rumahnya di sini...jadi, dia..."

"Setan?!" Pekik Tiwy. "Duh, Tania! Masa lo nggak bisa bedain mana setan, mana manusia sih?!" Omel Tiwy lagi yang mulai merasa ketakutan.

"Gue beneran nggak tahu..." Tania benar-benar masih merasa bingung dengan apa yang baru saja dialaminya.

Tania kembali menatap ke arah desa yang ada di depannya dan dia melihat ada anak kecil itu tadi berada di sana.

Namun, kali ini anak itu tidak sendirian. Ada seorang laki-laki setengah baya yang sama, yang pernah dia lihat di dekat sungai kemarin. Laki-laki itu menyeret anak kecil itu menjauh pergi masih dengan tangannya yang memegang sebilah celurit.

"Ya Allah! Dek, adek!" Tania terlihat panik. "Heiii, lepasin anak itu!" Teriaknya sambil melangkah masuk ke dalam desa itu.

Namun, dengan sigap Nathan langsung menahan langkah Tania. Bahkan, Nathan memeluk Tania.

"Kamu, lihat apa sih, Tan? Nggak ada siapa-siapa di sana. Udah, yuk! Kita balik ke posko aja sekarang."

"Itu, Nath! Anak tadi ada di sana! Dia sama...Astaga! Ada apa sih di sini?" Tania tiba-tiba merasakan sakit di hatinya ketika melihat laki-laki setengah baya itu yang memperlakukan anak kecil seperti itu, sampai membuat matanya berkaca-kaca ingin menangis.

Apa benar kalau mereka itu makhluk astral? Karena hanya Tania yang melihatnya. Tiwy dan Nathan tidak melihat.

"Tania, hei! Lihat aku, Tan!" Nathan menangkup wajah Tania untuk menatapnya. "Kita balik ke posko sekarang, ya?" Ucap Nathan dengan lembut.

Tania mengangguk dan Nathan menggandengnya pergi menjauh dari desa kramat itu.

Sesekali, Tania menengok ke belakang dan anak itu tidak terlihat lagi.

"Tan, udah deh! Jangan dilihat lagi!" Ucap Tiwy yang berjalan di sampingnya.

Dalam perjalanan kembali ke posko, Nathan terus menggandeng tangan Tania.

Rasanya, Tania bisa merasa tenang kalau ada Nathan di dekatnya.

......................

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!