#10

Sesampainya di posko, semua sudah ada di rumah. Tapi, mereka terlihat cemas, entah ada masalah apa.

"Kalian kenapa?" Tanya Tania setelah masuk ke dalam rumah.

Mereka tidak langsung menjawab, hanya menatap Tania dengan wajah ketakutan.

"Ada apa sih?!" Tania pun menaikkan intonasi nada bicaranya.

"Wulan, Tan." Ucap Vhie dengan suara bergetar.

"Kenapa Wulan? Kesurupan lagi?" Tanya Tania lagi.

"Wulan ilang!" Jawab Vhie dengan panik.

"Apa? Kok bisa?!" Tania menatap mereka satu per satu meminta penjelasan.

"Gue nggak tahu, Tan! Tadi pas lagi kegiatan sama gue, dia tiba-tiba ilang gitu aja." Jawab Vhie dengan mata berkaca-kaca.

Tania memijat pangkal hidungnya sambil berjalan mondar-mandir. Pantas saja, semua terlihat cemas.

"Tan, duduk dulu." Pinta Nathan.

Tania pun menuruti Nathan dengan duduk di samping Aisyah.

Nathan kemudian pergi ke dapur dan tak lama keluar dengan membawa secangkir coklat hangat yang sepertinya memang sengaja dia bawa ke sini.

"Kamu minum dulu ini ya? Biar kamu lebih tenang." Nathan menyodorkan secangkir coklat hangat buatannya pada Tania.

Tania menerimanya dan dengan perlahan meminumnya sambil melihatnya tersenyum, Nathan membelai kepalanya dengan lembut. Karena posisi duduk mereka yang bersebelahan, Nathan benar-benar menunjukkan perhatiannya pada Tania.

Tania melirik Saiful yang sedang menatapnya dengan sinis.

"Makasih ya, Nath. Untung ada kamu di sini." Ucap Tania yang sengaja membuat Saiful semakin kesal.

Nathan pun ikut melirik ke Saiful dan paham dengan maksud Tania.

"Apapun akan aku lakuin buat kamu." Ucap Nathan yang juga sengaja menambah kekesalan Saiful.

Dan benar saja, Saiful terlihat begitu kesal kemudian bangkit dan pergi ke teras, bergabung dengan Abid dan Vicky yang sejak tadi memang sedang duduk di sana.

Ebot kemudian meninju lengan Nathan dengan bangga. "Bagusss, bro! Jangan kasih celah!"

Dasar!

Tania hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Kemudian Nathan mengedipkan sebelah matanya pada Tania.

Tania kembali memikirkan kejadian hari ini. Dalam sehari, ada dua orang yang dikabarkan hilang. Wulan dan salah satu anak di desa ini.

Lalu, kemana mereka sebenarnya? Kenapa Wulan bisa tiba-tiba hilang begitu saja?

Berbagai pikiran negatif memenuhi kepala Tania, sambil menikmati secangkir coklat hangat rasa cinta di tangannya. Setidaknya, ada hal lain yang membuat Tania merasa lebih tenang sekarang.

Setelah makan malam bersama, Tania duduk di teras bersama Nathan. Sementara teman-teman yang lainnya ada di dalam dengan kegiatan mereka masing-masing.

"Mau aku bikinin teh, Tan?" Tawar Nathan pada Tania.

"Em? Biar aku aja yang bikin. Masa kamu terus sih." Ucap Tania merasa tidak enak hati.

"Nggak apa-apa. Teh doang kok. Bentar, ya. Aku sekalian pengen ke belakang." Nathan kemudian berdiri dan kembali masuk ke dalam.

Di malam hari, suasana desa ini sungguh sunyi. Hanya ada suara jangkrik dan hewan malam lainnya. Jarang sekali ada penduduk yang keluyuran malam-malam begini.

Jika malam tiba, desa ini mirip sekali dengan desa yang tidak berpenghuni.

"Tan." Sapa Riswanto yang keluar menghampirinya dengan secangkir kopi di tangannya, lalu duduk di sampingnya.

"Hai, Ris." Balas Tania.

"Hm...soal Wulan, gimana ya, Tan? Gimanapun, dia tanggung jawab gue. Gue ketua di sini."

"Besok kita cari, Ris. Gue pasti bantuin." Ucap Tania sambil menepuk pundak Riswanto.

"Thank's ya, Tan." Ucapnya dengan tersenyum lebar. "Oh iya, Tan." Riswanto terdiam sejenak. "Mm...nggak jadi deh." Imbuhnya dengan ragu.

"Ada apa sih, Ris? Ayo bilang! Jangan bikin gue penasaran." Ucap Tania memaksa.

"Gue bingung harus cerita atau enggak ke lo. Tapi kayaknya, lo harus tahu deh. Biar lo waspada aja." Ucap Riswanto dengan hati-hati.

"Oke, sekarang cerita ke gue, apa yang bikin gue harus waspada?" Tanya Tania sambil memiringkan posisi duduknya menghadap Riswanto.

Riswanto menghela napas panjang sebelum bicara. "Gue denger kabar, kalau Beno...kuliah di kampus kita juga." Ucap Riswanto pelan sambil menatap Tania dengan tatapan nanar.

"Hah? Serius? Lo kata siapa?" Tanya Tania dengan terbelalak karena terkejut.

"Sebenarnya, beberapa hari sebelum KKN, gue ketemu Wandi. Lo masih inget, kan? Wandi yang dulu sering manjat pohon mangga di rumah lo."

"Iya, gue inget. Terus?"

"Ya kita ngobrol banyak. Tiba-tiba, dia bilang kalau Beno kuliah juga di kampus kita. Mungkin, dia kakak tingkat kita sekarang. Cuma, gue coba cari di beberapa fakultas, tapi sama sekali gue nggak nemuin Beno. Bahkan, gue juga nanya ke beberapa senior yang pergaulannya luas, tapi mereka juga nggak pernah denger ada mahasiswa yang namanya Beno. Entahlah, apa Wandi bener atau enggak ngomongnya. Yang pasti, gue cuma mau kasih tau lo aja." Ucap Riswanto dengan serius.

"Mungkin aja Wandi salah informasi kali, Ris."

"Hm, moga aja dia salah. Ya udah, Tan, nggak usah dibahas lagi. Sorry ya, gue jadi ngingetin lo sama Beno." Ucap Riswanto, kemudian terlihat terkejut saat melihat ke arah belakang Tania.

Tania baru menyadari bahwa ada orang lain yang mendengarkan pembicaraan ini.

"E-eh, Nathan. Ya udah ya, gue masuk dulu. Capek banget, mau istirahat." Ucap Riswanto yang menjadi gugup, kemudian beranjak masuk ke dalam.

Nathan terdiam sejenak, setelah melihat Riswanto masuk, dia kembali duduk di samping Tania.

"Tehnya, Tan. Aku juga ambilin sweater buat kamu. Dingin di luar, biar kamu nggak bersin-bersin." Nathan tersenyum sambil menyodorkan sweater untuk Tania.

"Makasih ya, Nath." Tania tersenyum manis, kemudian memakai sweaternya dan Nathan menyodorkan teh manis hangat setelah Tania memakai sweater.

Mereka diam beberapa saat.

"Tan..."

"Nath..."

Panggil mereka bersamaan.

Sadar dengan kekompakan mereka, kemudian mereka tertawa.

"Kamu dulu deh, Tan." Pinta Nathan.

"Kamu aja dulu, Nath. Kamu mau bilang apa?" Tanya Tania.

"Cewek dulu." Ucap Nathan dengan menatap Tania.

"Oke, aku dulu nih?"

Nathan mengangguk.

"Kamu kok bisa ke sini? Kan nggak perlu repot-repot, Nath. Jauh, terus capek juga pasti. Di sini, kamu juga nggak bisa istirahat santai, malah ikut aku kemana-mana." Tanya Tania dan Nathan malah tertawa mendengarnya.

"Kok malah ketawa sih?" Tania mulai kesal.

"Sorry. Aku kangen sama kamu, Tan. Jadi aku nyusul ke sini." Ucap Nathan sambil menatap Tania.

Seketika, wajah Tania merasa hangat dan mungkin pipinya sudah terlihat merona karena malu. "Oh, gitu." Singkat Tania menanggapi.

"Kok cuma 'oh gitu' aja? Kamu sendiri kangen nggak sama aku?" Tanya Nathan dengan serius menatap Tania.

""Kasih tahu nggak ya?"

Nathan langsung mencubit pipi Tania dengan gemas. "Kebiasaan, kalau ditanya bukannya jawab, malah ngeledek."

"Biarin." Jawab Tania sambil mengerucutkan bibirnya dan mengusap pipinya bekas cubitan Nathan.

Tiba-tiba, Tania melihat sekelebat bayangan putih terbang ke arah kebun seberang jalan. Tania menelan ludahnya, kemudian bangkit berdiri sambil menarik tangan Nathan untuk mengajaknya masuk.

"Kenapa sih, Tan?" Tanya Nathan, lalu menoleh ke arah kebun itu.

"Jangan dilihat!" Tania segera menarik Nathan masuk dan menutup pintunya.

......................

Terpopuler

Comments

juwita

juwita

saipul itu beno x ya

2022-09-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!