#3

Setelah beres-beres, mereka semua kembali berkumpul di ruang tamu. Karena ini hari pertama datang, mereka memutuskan untuk observasi keliling Desa Bambu terlebih dahulu agar tahu tentang keadaan desa itu seperti apa.

Tania pergi bersama Aisyah, Tiwy, Sekar, dan Ebot karena mereka satu fakultas. Dan nanti, mereka akan merencanakan proker individu dan sepakat akan selalu saling membantu. Tidak ada persaingan dalam hal ini.

Desa Bambu tidak terlalu luas, namun karena sebagian besar masih pepohonan dan hutan, seolah-olah mereka merasa sudah berjalan jauh sekali. Lalu, sampai mereka di ujung desa ada pagar dari bambu yang menyilang di tengah-tengah jalan dan ada tulisan “Dilarang Masuk ke Dusun Alas”, lalu ada tanda silang merah yang cukup besar.

“Eh, itu jangan-jangan desa yang tadi dibilang sama Pak Karno ya? Yang katanya angker gitu. Hiii, ngeri!” ucap Tiwy sambil bergidik.

“Kayaknya sih iya. Tapi kok cuma dipalang gini aja? Masih ada akses keluar masuk dengan mudah dong ini. Kalau misal ada orang yang nggak tahu, bisa masuk ke desa tak berpenghuni itu. Bahaya banget!” sambung Sekar.

Samar-samar Tania melihat beberapa gerombolan anak kecil yang diam mematung dengan wajah pucat dan bersimbah darah di dalam Dusun Alas. Gerombolan anak-anak kecil itu melambai-lambaikan tangan kepada mereka. Tapi, Tania melihat teman-temannya diam tidak merespons. Itu berarti, hanya dia yang melihatnya.

“Udah yuk, balik aja! Kita keliling lagi!” ajak Tania sambil membalikkan badan dan berlalu pergi. Akhirnya, teman-temannya mengikutinya pergi.

Setelah berjalan mengelilingi Desa Bambu, mereka kembali ke posko, dan di sana teman-teman yang lain juga sudah berkumpul.

“Gimana, kalian udah nentuin proker pribadi kalian?” tanya Riswanto begitu mereka sampai.

“Udah kok,” jawab Tania mewakili teman-temannya yang masih mengatur napas karena kelelahan.

Beruntung, Nathan sering mengajak Tania olahraga lari pagi sehingga Tania merasa terbiasa dengan kegiatan di luar seperti ini.

“Ya ampun, udah mirip ikan yang kehabisan oksigen aja kalian,” ledek Kevin.

“Gila! Desa ini luas banget, pohon doang lagi isinya!” seru Ebot dengan napas yang masih ngos-ngosan.

“Lebay, lo!” sahut Tania mengejeknya.

“Kamu nggak capek, Tan?” tanya Aisyah.

“Ya capek, tapi juga nggak segitunya kali. Makanya, pada dibiasain olahraga! Baru jalan segitu aja udah pada bengek,” jawab Tania meledek mereka.

“Iyaaa ... yang tiap pagi disamperin joging ama Babang Nathan, paham gue!” balas Tiwy balas meledek Tania.

Tania tidak menanggapi ledekan Tiwy dan mengalihkan topik pembicaraan. “Oh iya, Ris, soal proker kelompok gimana? Udah ada ide?” tanyanya pada Riswanto.

“Eum ... gue sih udah ada beberapa ide, Tan. Lo sendiri, ada ide apa?”

“Tadi, kita lihat ada pembatas antara Desa Bambu dengan Dusun Alas cuma dipalang bambu gitu aja, dan kesannya asal-asalan gitu deh. Gimana kalau kita bikin pembatas buat desa ini juga? Biar jelas kalau memang ada pembatas, jadi orang tahu kalau memang dilarang masuk ke Dusun Alas. Kata Pak Karno, desa itu bahaya, ‘kan? Takutnya, nanti ada orang yang nyasar, terus masuk ke sana gitu aja, kan kasian,” saran Tania.

“Good idea, Tan! Ada lagi nggak?” tanya Riswanto.

“Eum ... itu dulu kayaknya. Paling sama nambah penerangan jalan aja. Lampunya dikit banget. Masih kurang terang deh kalau menurut gue. Cuma pakai bohlam yang warna kuning dan agak kecil. Redup kan itu?” ucap Tania menambahkan.

“Oke, gue catet nih. Mungkin, ada yang mau menambahkan?” tanya Riswanto kepada yang lain.

Mereka berdiskusi sampai sore.

Setelah selesai, Tania beranjak untuk mandi karena badannya terasa lengket sekali dan tak lupa membawa handuk, baju ganti, juga peralatan mandinya. Dia masuk ke kamar mandi yang sebelah kanan karena yang sebelah kiri pintunya tertutup dan sepertinya ada yang sedang memakainya.

Airnya rasanya segar sekali. Tania mandi keramas karena rasanya seperti belum mandi kalau tidak keramas.

Selesai mandi, Tania mengeringkan rambut dan tubuhnya dengan handuk. Setelah itu, dia segera memakai pakaiannya. Tapi, tiba-tiba dia merasakan seperti ada yang menyangkut di kakinya. Tania melirik ke bawah. Dia melihat ada rambut yang lumayan banyak di lantai kamar mandi. Kemudian dia meraih helaian rambut yang menyangkut di kakinya.

Perasaan, rambut gue nggak ada rontok deh. Lagian, ini juga kok panjang banget ya? Di sini yang punya rambut panjang cuma gue, tapi juga nggak sepanjang ini deh. Terus… ini rambut siapa?

Tania masih berpikir soal rambut siapa itu, namun dari samping kirinya, dia merasakan ada bayangan hitam yang perlahan turun dari atas. Seperti rambut yang panjang sekali.

Dengan perlahan, Tania melirik ke samping kirinya.

Deg!

Seketika, jantungnya berdesir tak karuan saat melihat sosok perempuan yang berdiri terbalik dengan rambut hitam panjang hampir satu meter. Wajahnya sangat pucat tanpa ekspresi dan terlihat begitu menakutkan.

Tania langsung panik dan dengan buru-buru membuka pintu kamar mandinya.

Ceklek! Ceklek!

“Sial!” Dia mengumpat karena pintunya tidak bisa dibuka, seperti terkunci dengan sendirinya.

Brak! Brak! Brak!

“Tolong! Tolong bukain pintunya!” teriak Tania sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi dari dalam tanpa berani melihat ke belakang. “Temen-Temen, tolong buka!”

“Tan, lo di dalem?” tanya Kevin dari luar setengah berteriak.

“Vin, tolong bukain! Pintunya kekunci, nggak bisa dibuka!” teriak Tania dan berusaha untuk tidak panik.

“Ya udah, lo mundur gih! Biar gue dobrak.”

“Duh, kok pake mundur segala sih?” Tania kembali panik karena merasa takut.

“Ya mundur, Tan. Ntar lo kena pintu pas gue dobrak gimana?”

“Oh, iya, ya. Iya deh. Cepetan ya, Vin!” pinta Tania yang mendadak jadi oneng karena ketakutan.

Tania pun mundur sambil menutupi wajahnya agar tidak melihat sosok yang masih ada di belakangnya.

Brak!

“Allahu Akbar!” pekik Tania terkejut begitu pintu didobrak dan langsung terbuka.

Hanya dengan sekali tendangan, Kevin berhasil membuka pintu kamar mandi itu. Tidak heran karena Kevin merupakan seorang atlet karate.

Tania melihat ekspresi terkejut dari Kevin yang sama dengannya. Kevin melihat sosok itu juga! Dengan cepat, Tania berlari keluar sambil menarik tangan Kevin.

“Tan, itu tadi apaan?” tanya Kevin dengan wajah yang terlihat pucat.

“Itu tadi Miss K. Lo mau kenalan?” tanya Tania sambil setengah bergurau menggoda Kevin agar tetap tenang.

“Hah? Miss K? Ogah! Serem banget, ih!” Kevin langsung bergidik ngeri.

“Udah ah, ayo!” ajak Tania yang tidak ingin berlama-lama di dapur. “Eh, lo jangan bilang-bilang ke temen-temen yang lain dulu ya! Takutnya, nanti pada heboh, malah jadi berabe,” imbuh Tania.

“Iya, lo bener!”

......................

Terpopuler

Comments

Miss DK

Miss DK

Wkwkwk. Tegang2 jadi ketawa gara2 Miss K, Kuntilanak.

2022-07-20

1

Triple.1

Triple.1

kenapa di ambil tuh rambut, tania..,

2022-07-07

1

Triple.1

Triple.1

bener banget Tan...

2022-07-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!