Mengingat Kembali

Penjelasan dari babe, membuatku tidak bisa tidur dan terus berfikir.

Aku mencoba mengingat kembali perjalanan hidupku.

Gangguan yang terjadi padaku di rumah tante mirna, sangat menguras kesehatan mentalku.

Dengan tenang, aku mengumpulkan kembali memori-memori yang sudah kulupakan.

Sejauh yang bisa ku ingat, belum pernah sekalipun aku tinggal di tempat yang sangat mengganggu seperti rumah tante mirna.

Dulu, aku pernah tinggal di perumahan yang ada di cikarang, di tahun pertamaku merantau jauh dari rumah.

Menurut orang sekitar, rumah di cikarang yang aku tinggali, awalnya adalah pohon yang sangat besar, lalu di tebang oleh pihak developer.

Di rumah itu, aku tidak pernah di ganggu secara langsung, tapi aku sering mengalami sleep paralyzed.

Menurut penjelasan ilmiah, hal itu terjadi karena otakku bangun terlebih dahulu, dan lupa menekan tombol untuk mengfungsikan tubuhku.

Menurut penjelasan awam, sleep paralyzed biasa terjadi, saat makhluk halus berusaha masuk ke dalam tubuh kita, dan berusaha mengambil alih tubuh kita, atau dalam bahasa jawa biasa disebut tindihan.

Aku lebih mempercayai kalau aku ketindihan makhluk halus, karena aku memang di besarkan dengan budaya jawa yang sangat kental, berikut dengan semua mitos yang aku dengar saat aku kecil.

Selama aku tinggal di cikarang, dan mengalami tindihan, makhluk yang aku lihat bermacam-macam dan sangat seram.

Dua makhluk yang kuingat jelas, saat aku mengalami tindihan dulu adalah perempuan dengan baju putih selutut dan rambut yang terurai, atau orang biasa menyebutnya suster ngesot.

Sosok yang kedua, berbadan besar, berbulu lebat, bertaring dengan mata merah bulat.

Ada yang bilang sosok itu adalah genderwo, ada juga yang bilang itu sosok lampor, yang menyerupai kerbau, dan bertugas sebagai menjaga hutan tua.

Dua makhluk itu selalu teringat jelas di benakku, setiap aku mengingat masa saat aku tinggal di cikarang.

Hanya itu yang pernah kualami, selebihnya, tidak ada hal yang lebih mencekam dari yang ku alami di rumah tante mirna.

Setelah mengingat semua kenangan yang kumiliki, aku langsung melihat seli yang sudah tertidur di sampingku.

Seli benar, mungkin aku yang menyebabkan dia dan bian bisa melihat sosok yang ada di kamar bian.

Aku kemudian memejamkan mata dan memeluk seli.

**

Aku mendengar suara pintu pagar di ketok dengan cara dibenturkan dengan batu.

Seli dan aku yang masih menonton film di kamar bian, di hari sabtu siang kami, langsung keluar dari kamar bian untuk melihat siapa yang membuat suara di pagar.

"Siapa itu ma", tanya seli pada tante mirna, saat dia melihat ke luar rumah dari jendela kamarnya.

"Jangan di bukain", pinta tante mirna, sambil tetap menghembuskan rokoknya di ruang tamu.

Seorang pria, masih muda, berdiri di depan pagar sambil mengetuk pintu pagar dengan batu.

Dia hanya mengetuk pintu pagar sambil menatap batu yang ada di tangannya.

"Siapa te itu", tanyaku pada tante mirna.

"Si yanto itu", jawab tante mirna.

"Ngapai dia di depan rumah kita ma", tanya seli.

"Dia stress sel, ditinggal nikah sama pacarnya", jawab tante mirna.

"Stress gimana", tanyaku.

"Dia pacaran sama cewek namanya yuli, tinggalnya di bintaro sektor tujuh, pacaran lima tahun, baru sebulan lalu yuli mutusin yanto, yuli langsung nikah sama cowok lain", ujar tante mirna menjelaskan padaku dan seli.

"Yaelah kayak nggak ada perempuan lain aja", jawab seli dengan muka kesal.

"Mungkin cinta mati sel sama pacarnya, makannya langsung stress ditinggal nikah", ujarku pada seli.

"Terus dia ngapain di depan rumah kita", tanya seli.

Tante mirna lalu menceritakan pertemuannya dengan bu saodah di warung kemaren pagi.

Bu saodah bilang, kalau ada anak bujang yang sering keliling kampung, terus ngetok pintu rumah yang masih ada perawan yang tinggal di rumah tersebut.

"Darimana dia tahu kalau rumah yang dia ketok, masih ada gadis perawannya", tanyaku pada tante mirna.

"Yanto itukan tinggal di kampung belakang, jadi dia tahulah siapa-siapa aja yang tinggal di lingkungannya", jawab tante mirna.

"Dia juga tahu kalau di rumah ini masih ada perawannya, soalnya kalian kan suka jajan di kampung belakang", ujar tante mirna lagi.

Seli hanya memutar bola matanya, karena dia merasa, perilaku yanto yang stress karena ditinggal nikah pacarnya, sangat berlebihan.

Aku memaklumi sikap seli, selain karena dia masih remaja, dia juga belum pernah merasakan cinta yang sangat dalam, jadi dia belum bisa mengerti pergolakan bathin yang di alami yanto.

Aku kemudian mengikuti seli dari belakang untuk kembali ke kamar bian, melanjutkan film yang belum selesai kita tonton.

Malamnya, sebelum tidur aku menelvon ibuku.

Aku menceritakan pada ibu soal peristiwa di danau yang kembali aku ingat, meski itu semua terjadi saat aku masih kecil.

Aku juga menceritakan penjelasan dari babe yoga, mengenai gangguan makhluk halus yang sering aku alami.

"Kamu di gangguin lagi lis", tanya ibu padaku.

"Iya bu", jawabku.

"Kirain ibu tuh kamu udah nggak di gangguin lagi setelah kamu dewasa", ujar ibu.

Menurut ibu, saat aku kecil, gangguan dari makhluk halus sering aku alami, karena itu aku tumbuh menjadi gadis yang pendiam.

"Terus habis dari hutan itu kondisi aku gimana bu, soalnya aku nggak ingat", tanyaku pada ibu.

Ibu lalu bercerita, setelah aku di tarik masuk ke hutan, kakek menemukanku dalam kondisi pingsan, kakek kemudian menggendongku sampai rumah.

Menurut ibu, setelahnya aku tidak sadar selama satu minggu.

Wajahku biru, bibirku kering, tapi nafasku masih normal.

Semua saudara mengira, kalau aku tidak akan selamat dari peristiwa di hutan.

"Hamdallah kamu selamat lis, setelah di gendong sama budhe suri selama tiga hari", ujar ibu.

Budhe suri adalah kakak kedua ibu, dan juga ibunya aruni.

"Semua saudara udah nagisin kamu aja, karena semua kira tinggal hitungan hari aja hidup kamu", ujar ibu lagi.

Aku mendengar cerita ibu sambil mengusap airmataku.

Aku tidak menyangka kalau aku memilki kesempatan kedua untuk hidup.

"Dulu aku nggak dibawa ke dokter bu", tanyaku pada ibu.

"Dulu belum ada dokter lis, adanya pak mantri, kata pak mantri kamu cuma demam biasa", ujar ibu.

"Tapi badan kamu dingin banget dulu itu, denyut nadi juga lemah, hanya nafasmu aja yang normal", cerita ibu lagi.

Ibu menceritakan bahwa dulu ibu hanya bisa menangis di sampingku, karena aku adalah anak satu-satunya, dan belum punya adik.

Ayah juga cuma bisa baca yasin setiap hari.

Kakek tirakat di dalam hutan selama seminggu, baru pulang setelah nenek menyusul kakek, dan meyakinkan kakek kalau aku sudah siuman.

"Almarhum kakek ada jelasin nggak bu kenapa aku bisa di seret ke dalam hutan", tanyaku pada ibu.

"Panjang lis ceritanya, nanti ibu ceritakan kalau kamu pulang kerumah ya", jawab ibu.

"Yaudah, ibu udah ngantuk mau istirahat dulu, kamu yang sehat ya lis, cepat pulang, ibu tunggu", ujar ibu lagi padaku.

Setelah mematikan telvon ibu, aku yang semula duduk di sofa merah yang ada di ruang tamu, beranjak dan masuk ke dalam kamar tante mirna.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!