Bulan Mei

Satu bulan lagi memasuki bulan ramadhan, aku masih berusaha sangat keras, supaya uang milik orang tuaku yang hilang, bisa segera kembali.

Aku ingin berlebaran di rumah, dan berkumpul dengan keluargaku.

Aku tak berani pulang, jika uang yang aku hilangkan belum kembali.

Aku juga masih belum punya uang yang cukup, untuk mudik di hari lebaran nanti.

Ada kemungkinan sangat besar bahwa aku akan berlebaran di jakarta.

Sosok yang ada di kamar bian, tak pernah menampakan diri lagi.

Sosok itu hanya seli lihat sekali, dan setelahnya, seli tidak pernah melihatnya lagi.

Baik, aku, bian, atau tante mirna, tak pernah sekalipun melihat sosok yang menampakan dirinya pada seli.

Ini sudah tiga minggu setelah kejadian itu, jadi aku berkesimpulan, mungkin seli hanya halusinasi.

Seli tidak pernah lagi ada di kamar bian dengan lampu di matikan.

Seli juga hanya ada di kamar bian di siang hari, saat biang belum pulang sekolah, atau saat bian pergi dengan temannya.

Saat malam hari, biasanya aku dan tante mirna, hanya menyalakan lampu garasi, lampu teras, lampu lorong, lampu kamar dapur belakang, juga lampu kamar seli.

Sebelumnya kamar bian adalah salah satu ruangan, yang jarang dinyalakan lampunya.

Kebetulan bian memang selalu membuka pintu kamarnya, jadi dia masih dapat cahaya terang dari lorong, juga dari lampu komputernya.

Kamar bian juga tidak memiliki jendela, jadi saat pintu kamar bian di tutup, hawanya pengap, dan gelap gulita.

"Sel biasain dong, jangan taruh tas dan jaket kamu di lorong, begitu kamu pulang sekolah", pintaku pada seli, yang langsung menuju kamar bian, dan menyalakan komputer bian.

Seli pulang jam tiga sore, dan seperti biasa, begitu masuk rumah, dia mengucap salam padaku atau tante mirna, kemudian melepaskan tas dan jaketnya di lorong.

"Oke kak, sorry", ujar seli padaku.

Seli kemudian mengambil tas dan jaketnya, lalu melemparkan ke kamarnya.

Melihat tingkah seli, aku berusaha menenangkan diriku untuk tidak emosi, kemudian aku menaruh tas yang seli lemparkan, ke meja belajarnya.

Jaketnya langsung aku taruh di tempat cucian, karena baunya sudah sangat tak tertahankan.

Seli yang masih remaja, memang punya aroma keringat, yang siapapun pasti enggan untuk ada di dekatnya.

Roll on pewangi untuk ketiak seli, tak pernah absen seli pakai, tapi tetap saja setiap seli pulang sekolah, kita bisa langsung sadar, kalau seli sudah ada di rumah, dari aroma badannya.

Seli sangat menyukai anime, dia sangat pintar menggambar, dia juga selalu menduduki peringkat lima besar di kelasnya.

Hanya etika dan perilakunya yang tak tertahankan, sangat kasar, bahkan pada mamanya.

Seli juga sering memaki lirih siapa saja yang menegur dia, termasuk aku.

"Ma kita ke rumah tante maudy besok hari jumat kan", tanya seli pada mamanya yang sedang merokok di ruang tamu.

"Mandi loh kamu dek, bau keringetmu tu ekstrim", ujar tante mirna pada seli.

"Apaan sih, orang tadi pagi udah mandi juga", jawab seli sambil menggerutu.

"Jadi kapan kita ke rumah tante maudy", tanya seli lagi pada mamanya.

"Iya besok sore kita jalan", jawab tante mirna.

Seli kemudian berjalan ke kamar bian sambil melihat handphonenya.

"Ikut ya lis besok jumat ke rumah maudy di pondok pinang", ajak tante mirna padaku, saat aku baru masuk ruang tamu dan langsung duduk di sofa merah.

"Enggak ah, aku di rumah aja", jawabku pada tante mirna.

Kita kemudian berbincang mengenai prospek pekerjaan kita, dan rencana kita ke depannya.

"Nanti om ridwan datang ke rumah sebelum puasa", ujar tante mirna padaku.

"Om ridwan lagi ada kerjaan dimana tante", tanyaku.

"Lagi di bekasi dia, lagi nyewain alat berat", jawab tante mirna.

Sepuluh menit kemudian, bian pulang, dan mencium tanganku dan tante mirna.

Bian kemudian ke kamarnya, dan keributan terdengar antara dia dan seli.

Aku sudah mulai terbiasa dengan keributan yang kedua anak itu sering lakukan.

"Sel awas sih, aku mau main game nih, udah di tungguin temen", ujar bian pada seli dengan ketus.

"Iya bentar, nggak sabaran amat sih", jawab seli.

"Bian kamu makan dulu aja", teriak tante mirna, dan tidak di tanggapi oleh bian.

"Kamarku tuh jadi bau tau, setiap kamu ada di kamarku", ujar bian pada seli mulai marah.

Seli kemudian beranjak dari kursi, dan berkata kasar pada bian.

"Seli, kalau ngomong jangan kasar dong", pinta tante mirna pada seli.

Seli hanya menirukan ucapan tante mirna, lalu masuk ke kamar tante mirna dan menyalakan ac kamar.

Pertengkaran bukan hanya terjadi saat mereka berebut komputer, tapi juga saat mereka berebut makanan.

Tinggi bian sekitar seratus delapan puluh sentimeter, dan seli seratus enam puluh sentimeter.

Kedua anak tersebut, selalu mengambil porsi makanan sangat banyak.

Jika pada umumnya anak seusia mereka, makan dengan lauk satu ayam cukup, tidak untuk bian.

Saat makan, bian selalu mengambil nasi yang terlihat menggunung, sayuran, dan juga tiga ayam goreng.

Untuk seli, porsi makanan yang seli makan, setengah dari porsi bian, dan aku makan setengah dari porsi seli.

Tante mirna jarang makan, dia lebih sering meminum kopi dan menyalakan rokoknya.

Aku dan tante mirna kembali berdiskusi tentang pekerjaan kami, saat suasana rumah sudah kembali tenang.

**

Seli pulang ke rumah di hari jumat dari sekolah, sekitar pukul satu siang.

Aku yang sedang santai di kamar sambil membaca novel, langsung berdiri saat melihat seli berlari masuk ke dalam rumah.

"Kenapa sel", tanyaku pada seli, setelah aku membukakan pintu untuk seli.

"Mama mana kak", tanya seli padaku.

"Keluar tadi pagi, katanya nanti sore baru pulang", jawabku pada seli.

"Sel kok pintu pagar nggak di tutup", tanyaku pada seli.

Aku baru akan keluar dari rumah untuk menutup pintu pagar, seli langsung menarik tanganku, dan memintaku untuk tidak keluar rumah, dengan wajah ketakutan.

Aku kemudian mengunci pintu sesuai permintaan seli.

Seli masuk ke kamarnya, meletakkan tas, lalu duduk di sofa di samping jendela.

"Kenapa sih sel", tanyaku pada seli, saat aku melihat seli hanya menatap ke arah jalan.

Seli kemudian mengatakan, kalau dia melihat rombongan dengan pakaian serba hitam tertutup, saat seli turun dari angkutan umum.

"Berapa orang memang sel", tanyaku pada seli.

"Banyak kak, aku langsung lari tadi pas lihat mereka", jawab seli.

Sekitar lima menit setelah seli menyelesaikan ceritanya, rombongan yang seli maksud, melewati depan rumah.

Mereka semua berpakaian serba hitam sesuai ucapan seli.

Semua wanita, memakai cadar lengkap, dan yang pria, memakai jubah warna hitam, juga peci hitam.

Salah satu dari mereka, menutup pagar rumah yang terbuka, kemudian melihat ke arahku dan seli yang mengintip dari jendela.

Aku dan seli langsung berlari ke ruang tamu.

Tatapan yang pria tadi berikan, sangat aneh, dia juga mengucap sesuatu saat menutup pagar rumah.

Dia seperti melihat aku dan seli yang mengintip dari dalam rumah.

Padahal seharusnya, vitrase yang ada di jendela kamar seli, membuat orang lain tidak bisa melihat ke dalam rumah, dari jarak lima puluh meter.

"Merinding aku kak", ujar seli padaku saat rombongan tadi sudah berlalu.

Aku kemudian menenangkan seli, dan meminta seli untuk makan siang.

Tante mirna pulang ke rumah sekitar pukul empat sore, lalu meminta seli untuk segera bersiap berangkat ke pondok pinang.

"Kamu yakin nggak ikut lis", tanya tante mirna lagi.

"Lain kali aja te", jawabku pada tante mirna.

"Bian udah pulang", tanya tante mirna.

"Udah tadi, tapi langsung jalan, katanya mau nonton sama temennya", jawabku pada tante mirna.

Seli dan tante mirna meninggalkan rumah sekitar pukul lima sore, tinggalah aku yang ada di rumah sendiri.

Aku kemudian menyalakan lampu di kamar bian, dan mulai melihat halaman sosial media milikku dari komputer bian.

Seperti biasa, pukul enam sore, aku menyalakan lampu teras, lampu garasi, juga lampu lorong rumah.

Ruang tamu aku biarkan gelap, setelah mengunci semua pintu, aku langsung kembali ke kamar bian untuk menonton film.

Sekitar pukul sebelas malam, mataku mulai lelah, aku kemudian mematikan komputer bian, dan melihat handphoneku.

Sudut mataku menangkap bayangan sedang berjalan dari dapur ke arah ruang tamu.

Begitu aku melihat ke arah yang sudut mataku tangkap, tidak ada siapapun, aku kemudian berfikir, mungkin aku salah melihat.

Aku kembali melihat komputer bian, ternyata masih proses shutdown, lalu aku menekan tombol untuk mematikan layar.

Begitu layar mati, aku bisa melihat sosok dengan pakaian gelap dan hanya terlihat rambut dari ujung kepala sampai lantai.

Sosok itu ada di belakangku, dan duduk di tempat tidur bian.

Aku langsung lari keluar dari kamar bian ke kamar seli.

Aku lupa menyalakan lampu di kamar seli, lalu aku berdiri di tengah ruangan kamar seli, begitu berbalik, aku melihat sosok pria yang menutup pagar rumah siang tadi, sedang berdiri menatapku dari depan pagar.

Kemudian aku lari ke kamar tante mirna, menyalakan lampu, dan mengunci kamar tante mirna.

Begitu aku duduk di tempat tidur tante mirna, aku langsung mengatur nafasku yang terengah.

"Seli tidak halusinasi", pikirku dalam hati.

Tanganku terasa sangat dingin, dan ketakutan langsung menyelimutiku.

***

Terpopuler

Comments

andhis andhiz

andhis andhiz

haiisshh gila ni novel..ini siang tp aku ikutan merinding woooiiii😨

2022-07-28

0

V_nee ' wife Siwonchoi ' 🇰🇷

V_nee ' wife Siwonchoi ' 🇰🇷

Aku ikutan merinding 😟😖

2022-07-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!