Pohon Rambutan

Semua baju kotor sudah ku kumpulkan, di hari jumat dan cucian luar biasa banyak.

Sebelumnya, tante mirna selalu membawa baju kotornya untuk di cuci, di rumah kakaknya, setiap tante mirna pergi ke pondok pinang.

Aku kemudian menyarankan tante mirna untuk mencuci di rumah, karena tante mirna memiliki mesin cuci.

Awalnya adalah kami mencuci bersama, tapi aku selalu berakhir dengan mencuci semua pakai tante mirna, dan kedua anaknya sendiri, setiap hari jumat.

Kadang perasaan kesal muncul, saat aku selesai mencuci, dan melihat tante mirna dan kedua anaknya santai bermain dengan handphone mereka.

Aku berusaha menelan semua kekesalanku, dan mensyukuri karena tante mirna sudah membiarkanku tinggal di rumahnya tanpa pungutan biaya.

Akhir minggu, biasanya tante mirna dan seli pergi ke rumah adik tante mirna di pondok pinang.

Sementara bian, dia pergi kerumah temannya yang ada di bintaro.

Mereka baru akan kembali ke rumah minggu malam.

Bian berangkat di hari jumat malam, tante mirna dan seli biasanya berangkat di hari sabtu pagi.

"Sel bantuin aku bawa cucian ke depan dong", pintaku pada seli.

"Oke", jawab seli tanpa melihatku.

Seli kemudian membantuku membawa semua cucian ke garasi.

Mesin cuci tante mirna, bekerja setiap hari jumat, dari jam tiga sore sampai jam delapan malam.

"Ma aku berangkat ke rumah aska ya", pamit bian, pada tante mirna yang sibuk dengan handphonenya.

"Iya, ati-ati ya", ujar tante mirna.

"Kak aku ke rumah aska ya", pamit bian padaku, saat dia melihatku dan seli sibuk di garasi, dengan cucian kotor penghuni rumah.

Aku tersenyum dan mengangguk.

"Cuci dulu pakaianmu baru pergi", ujar seli ketus pada bian.

Bian hanya menatap sinis pada seli tanpa menjawab, lalu membuka pagar rumah dan berlalu.

"Kak bilang dong biar bian cuci sendiri bajunya", protes seli padaku.

"Kenapa kenapa", ujar tante mirna yang baru keluar dari dalam rumah dan mulai mengikat rambutnya.

"Bian tuh, suruh dong cuci bajunya sendiri", protes seli pada mamanya.

"Kalau kamu nggak mau bantuin kak lisa nyuci, biar mama aja yang bantu", ujar tante mirna.

"Nggak mau bantu gimana, orang kak lisa aja nyuruh aku terus setiap dia nyuci, baju bian kan paling kotor ma, suruh dong anak kesayangan mama nyuci sendiri", pinta seli dengan ketus.

"Udahlah dek, kalau kamu protes mulu, masuk sana ke dalam", ujar tante mirna.

"Pusing mama dengerin kamu ngoceh mulu", ujar tante mirna lagi.

Seli kemudian masuk ke dalam rumah, sambil memaki mamanya dengan lirih.

Setelah seli masuk ke rumah, tante mirna mulai menyiram air, dan membersihkan debu yang ada di garasi.

"Te aku ke dalam dulu ya", ujarku, meninggalkan tante mirna yang mulai menyapu garasi dengan sapu lidi.

"Oke, sama tolong masak nasi ya buat makan malam, nanti kita beli lauk di turunan aja", ujar tante mirna.

"Oke", jawabku singkat.

Aku masuk ke dalam rumah, memasak nasi di ricecooker, kemudian bersantai di sofa merah yang ada di ruang tamu, sambil menunggu putaran mesin cuci selesai.

"Kak nanti malam nonton film yuk", ajak seli padaku.

"Nonton apa", tanyaku pada seli.

"Horor kak, aku download dulu ya di komputer bian", ujar seli.

"Jangan horor sel, yang lain dong", pintaku pada seli.

"Thriller gimana", tanya seli.

"Boleh, tapi yang bagus ya", pintaku pada seli.

Seli beranjak dari sofa dan berjalan menuju kamar bian.

Aku kemudian melihat handphoneku, dan membalas pesan dari rekan-rekan seperjuanganku.

Menjadi broker, membuatku memiliki koneksi yang sangat luas.

Meski begitu, ternyata pekerjaan tersebut sangat sulit untuk menghasilkan uang.

Sudah satu bulan lebih, tapi masih belum ada satupun pekerjaan yang berhasil.

Semua rekan brokerku, tidak ada yang seumuran denganku, semuanya berusia di atas empat puluh tahun.

Tante mirna sendiri sudah berusia lima puluh tahun.

Aku mengenal tante mirna, dari teman kantorku.

Sekitar satu tahun yang lalu, aku pertama kali bertemu dengan tante mirna di radio dalam.

Kita makan mie ayam bersama di haji nawi.

Bukan hanya tante mirna yang menemuiku saat itu, ada om ridwan, dan tante cindy yang merupakan rekan kerja tante mirna.

Saat itu kita membicarakan rencana tante mirna yang ingin membeli rumah di radio dalam.

Hanya saja, sampai enam bulan tante mirna tidak pernah memberi kabar.

Hingga dua bulan lalu, aku kembali menghubungi tante mirna, menanyakan kabarnya, juga menanyakan kegiatan tante mirna saat ini.

Siapa sangka dia yang akan menolongku yang seorang diri di jakarta, tanpa penghasilan.

Aku terlalu takut untuk memberitahu orangtuaku, kalau aku kehilangan uang yang mereka percayakan.

Aku sembunyikan semua sendiri, dan selalu berbohong setiap orangtuaku menanyakan hasil dari investasinya.

"Lisa mesinnya udah berhenti", teriak tante mirna dari luar.

Aku menghalau pikiranku, kemudian turun dari sofa dan berjalan ke garasi.

"Masih banyak nggak", tanya tante mirna padaku.

"Nggak tante, sekali lagi langsung selesai", jawabku.

Tante mirna yang sudah selesai membersihkan garasi, kemudian menyirami tanaman, lalu masuk ke dalam rumah.

"Kak nonton the ring aja ya", pinta seli padaku dari jendela kamarnya.

"Oke", jawabku.

Setelah menyelesaikan cucian, aku dan seli berjalan ke turunan, untuk membeli lauk makan malam.

Begitu kembali ke rumah, aku dan seli makan di kamar bian sambil menonton film.

Tante mirna memilih duduk di ruang tamu, menyalakan rokoknya, dan meminum es kopi sambil memandang keluar jendela.

Tante mirna selalu membuat ruang tamunya redup setiap malam, jarang sekali tante mirna menyalakan lampu utama.

Ruang tamu juga hanya di pasang vitrase, tanpa tirai, jadi setiap kita di ruang tamu, kita bisa melihat tembok luar yang ada di depan rumah.

*

Hari sabtu pagi, tante mirna dan seli berangkat ke pondok pinang, tinggalah aku sendiri di rumah.

Aku kemudian membersihkan seluruh rumah, lalu berolahraga yoga.

Kemudian aku menghabiskan sisa hari, browsing internet di komputer milik bian.

Biasanya aku menonton film terbaru yang aku download secara ilegal, atau hanya melihat sosial media.

Begitu terasa mengantuk, aku langsung ke kamar seli, mematikan seluruh lampu, dan hanya menyisakan lampu yang ada di lorong supaya tetap terang.

Saat aku mematikan lampu kamar dan mulai beranjak tidur, mataku melihat pemandangan luar rumah dengan jelas.

Kamar seli sama seperti ruang tamu, hanya terpasang vitrase tanpa tirai, dan tempat tidur seli menghadap langsung ke jendela.

Aku bisa melihat garasi yang terang, jalanan depan rumah, dan kebun gelap di seberang rumah.

Ada pohon rambutan yang bisa kulihat dengan jelas di kebun kosong yang gelap.

Aku kemudian menyalakan lampu kamar seli kembali, karena mataku yang semula lelah, menjadi kembali cerah setelah menatap pohon rambutan tersebut.

***

Terpopuler

Comments

V_nee ' wife Siwonchoi ' 🇰🇷

V_nee ' wife Siwonchoi ' 🇰🇷

Penasaran walaupun aslinya penakut aku tuh

2022-07-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!