Rumah Sebelah

Keringat mulai bercucuran di tubuhku, hawa panas di kamar tante mirna seperti tak tertahankan lagi.

Aku kemudian membuka mataku, meski lelah di badanku masih bisa kurasakan.

Begitu aku berbalik ke kanan, persisi di depan mukaku, ada sosok yang menemaniku.

Rambut hitam pekat, menutupi seluruh wajahnya, tapi aku masih bisa melihat tatapan matanya dari celah rambut yang tergerai.

Mata berwana putih, dengan pupil mata sebesar biji buah jeruk, menatapku tanpa berkedip.

Aku kemudian bangun, dan berencana untuk berlari, tapi kain hitam masuk dari celah pintu kamar tidur tante mirna, kemudian membungkusku dan mencekiki leherku.

Sekuat hati aku berusaha melepaskan kain tersebut dari leherku.

Dengan tersentak aku bangun dari tempat tidur, dan melihat sekeliling dengan keringat yang bercucuran.

Ternyata semua itu hanya mimpi, aku kemudian menyentuh leherku, dan tidak ada kain hitam yang menjeratku.

Aku meraih handphoneku, dan kulihat waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.

Dengan gontai, aku membuka pintu kamar tante mirna, lalu berjalan ke ruang tamu, untuk melihat situasi ruang tamu setelah peristiwa semalam.

Matahari yang bersinar terang, menyinari ruang tamu dengan sangat jelas.

Ruang tamu rapi, tidak ada bekas geseran, atau sisa barang-barang yang terlempar.

Hanya piring biru yang jatuh dari penyangganya, dan lukisan laut yang sedikit miring.

Sisa pajangan, letak sofa dan meja panjang, semua masih sama persis, tidak ada bekas geseran atau tarikan yang terlihat.

Aku hanya bisa menghembuskan nafas berat, lalu berjalan ke luar dari ruang tamu untuk mematikan lampu di ruangan lain.

Setelahnya, aku memilih untuk berbaring di kamar seli, sambil menyalakan kipas angin.

Kelelahan yang masih bisa kurasakan, membuatku kembali memejamkan mata.

"Kenapa aku mengalami semua ini", renungku dalam hati.

**

Genap tujuh malam sudah aku sendiri, tujuh malam yang harus aku lalui dengan perasaan waspada setiap malam.

Hanya dua malam pertama yang terasa berat, lima malam setelahnya semua hening.

Tante mirna memberi kabar semalam, kalau hari ini dia akan pulang dari pondok pinang dengan seli.

Bian sudah kembali tiga hari yang lalu, tapi dia selalu tidur di rumah temannya setiap malam.

Dia hanya pulang saat siang hari, dan langsung kembali berangkat ke rumah temannya sekitar pukul delapan malam.

Begitu pintu pagar di buka, aku langsung keluar dari rumah, dan menyambut tante mirna.

Seli langsung berlari memelukku, kemudian aku membantu membawakaan barang bawaan tante mirna.

Bukan hanya baju kotor yang menumpuk yang dia bawa pulang, tapi juga aneka makanan yang dia bawa dari rumah tante maudy.

Tante mirna juga membawa belanjaan stock makanan, yang dia beli di supermarket dekat rumah tante maudy.

Begitu masuk ke dalam rumah, seli langsung menaruh tas di kamarnya, dan berjalan ke kamar bian.

Aku berjalan ke dapur untuk menyimpan stock makanan yang tante mirna bawa.

Pagi ini, aku memang sengaja membuat jus srikaya, karena cuacanya sangat panas.

Aku kemudian mengambil segelas untuk seli, dan segelas ku bawa ke ruang tamu untuk tante mirna.

"Makasih lis", ujar tante mirna.

Aku hanya tersenyum, dan memberi tanda oke dengan jariku, untuk tante mirna.

"Duh panas banget di luar", ujar tante mirna sambil menyeruput jus srikayanya.

"Gimana acaranya, ramai", tanyaku pada tante mirna.

"Ramai banget kak, semua saudara dateng", jawab seli yang baru masuk ke ruang tamu.

"Terus tidurnya gimana", tanyaku pada seli.

"Ya gitu deh, sempit-sempitan", jawab tante mirna.

Seli kemudian meminta uang pada tante mirna, untuk membeli pulsa.

"Pulsa untuk apa sih dek, kan di rumah udah ada wifi", ujar tante mirna.

"Buat beli voucher online mah, belinya harus pakai pulsa", jawab seli.

Tante mirna dengan kesal, mengambil uang dari dompetnya, dan memberikannya pada seli.

"Ini yang terakhir ya, bulan depan nggak ada lagi uang buat pulsa", ujar tante mirna.

Seli tidak menjawab dan langsung berjalan menuju pintu keluar.

"Voucher apa sih te", tanyaku pada tante mirna.

"Nggak tau tuh seli, tiap dua hari sekali minta uang buat isi pulsa", jawab tante mirna.

Aku hanya mengangkat pundakku, dan kembali meminum jus srikaya yang ada di tanganku.

"Oh ya te, rumah sebelah tu yang nempatin suami istri ya", tanyaku pada tante mirna.

"Rumah sebelah mana", tanya tante mirna.

"Sebelah kita persis", jawabku ke tante mirna, sambil menunjuk tembok sebelah kanan.

"Orang rumah sebelah kosong kok, nggak ada yang nempatin", ujar tante mirna.

"Masa sih te", tanyaku tidak percaya.

"Iya, sebelah persis kan, yang catnya putih", jawab tante mirna.

"Iya yang sebelah persis", jawabku.

"Udah lama kosong kok, soalnya belum ada yang ngontrak lagi", ujar tante mirna.

Tanganku langsung gemetar, saat aku ingat percakapan suami istri dari rumah sebelah, yang malam itu membuatku tenang.

"Kenapa memang", tanya tante mirna, saat melihat wajah pucatku, dan gemetar di tanganku.

Dengan gemetar yang masih terasa di tanganku, aku menceritakan semua yang ku alami pada tante mirna sepanjang malam, seminggu yang lalu.

"Salah denger kali kamu, rumahnya kan kosong", ujar tante mirna.

"Suer te, aku denger mereka ngobrol jelas banget", jawabku pada tante mirna.

Tante mirna kemudian terdiam, begitupun dengan aku.

"Kenapa kok pada diem", tanya seli yang baru dateng, dan penasaran saat melihat aku dan tante mirna terdiam.

"Nggak papa dek", jawab tante mirna.

"Apaan sih, cerita dong, aku kan penasaran", ujar seli.

"Kak lisa di gangguin lagi dek", ujar tante mirna akhirnya setelah seli terus memaksa.

"Beneran kak", tanya seli.

"Gimana ganggunya", tanya seli lagi.

Tante mirna kemudian menceritakan semua yang ku alami pada seli.

"Ma kayaknya kita harus cari tau deh, kenapa rumah bisa serem", pinta seli.

"Kalau kita cari tahu sel, yang ada mereka merasa kesenengan, karena itu tandanya, kita tertarik sama mereka", ujar tante mirna.

"Tapi tahun lalu tuh enggak loh, rumahnya nggak serem sama sekali, makannya aku pilih rumah ini", ujar tante mirna.

Dari luar, rumah tante mirna, memang kelihatan rumah biasa saja.

Hawanya juga biasa aja, jadi semua orang juga pasti nggak menyangka, kalau rumah ini banyak gangguan

Seli langsung mengurungkan diri untuk kembali ke kamar bian, dan tante mirna tenggelam dalam pikirannya.

Semua rumah memang pasti ada penunggunya, tapi kebanyakan memilih untuk bersembunyi dan tidak menampakan diri.

Kalau mereka mulai menampakan diri, pasti ada hal yang menarik mereka untuk muncul di permukaan.

Berbagai kemungkinan, penyebab mereka mulai menampakan diri dan menganggu aku, dan keluarga tante mirna, terbersit di pikiranku, tapi aku merasa kalau semua itu tidak mungkin.

***

Terpopuler

Comments

Lexjulia

Lexjulia

sejak kedatangan lisa sama sejak ikut denger gibah tetangga

2022-07-30

0

V_nee ' wife Siwonchoi ' 🇰🇷

V_nee ' wife Siwonchoi ' 🇰🇷

Berarti sejak kedatangan Lisa donk baru RUSUH tuh para mahluk kasat mata 🙄 Ada apa dengan Lisa ????

2022-07-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!