Berbicara soal keluarga Akahasa.
Keluarga Akahasa sejak dulu, bahkan sebelum Eternite muncul, sudah dapat menggunakan energi, yaitu energi luar angkasa.
Berbeda dengan seseorang yang mempunyai energi elemen, energi luar angkasa termasuk Energi Khusus.
Orang yang memiliki Energi Khusus hanya bisa mengendalikan, tidak bisa menciptakan. Alasanya karena energi khusus termasuk hukum dunia yang sudah ada sejak awal.
Dan berkaitan dengan energi ruang angkasa. Itu jelas karena keberadaan ruang/dimensi sendiri termasuk hukum absolut. Itu sama seperti hukum waktu, sebab-akibat, jiwa, dan hukum absolut lainnya.
Hukum absolut artinya keberadaan hukum itu mutlak dan harus ada saat terciptanya alam semesta. Jika tidak ada, maka tidak akan ada alam semesta.
Itulah mengapa energi ruang angkasa tidak seperti energi elemen yang dapat muncul dan menghilang contohnya energi api yang dapat dimunculkan dan dihilangkan. Hukum absolut tetap dan mutlak.
Maka dari itu, energi luar angkasa tidak bisa diciptakan, tetapi hanya mampu dikendalikan, itu seperti anda dibelikan sebuah mobil dan Anda hanya perlu mengemudikan mobil tersebut.
Sedangkan orang yang memiliki energi elemen, itu seperti seseorang yang perlu membeli motor untuk kemudian menggunakannya dengan bebas.
Dan berkaitan dengan kemampuan apa yang bisa dilakukan oleh pengguna energi luar angkasa, tampaknya itu berkaitan dengan pengendalian ruang, gravitasi, atau dimensi.
Yah, tidak ada yang benar-benar mampu memiliki otoritas penuh untuk energi tersebut sehingga tidak ada yang mencapai sesuatu seperti menjelajah dunia lain atau sesuatu seperti itu.
Dan aku sudah berlatih sejak lama saat aku mengetahui keberadaan energi itu. Juga mempelajari beberapa skill di perpustakaan, itu tepatnya berada perpustakaan bawah tanah.
Yah, aku merahasiakannya dari Mei. Jika tidak, dia mungkin akan mempunyai cara baru memerintahku.
.
.
"Yu, apa yang ingin kamu lakukan di masa depan?"
Mei berbicara kepadaku sambil meletakkan bukunya di rak.
"Aku? Kau tahu aku tidak punya pilihan bukan?”
Begitulah. Aku tidak punya pilihan selain mewarisi keluarga Akahasa.
Lagi pula keluarga Akahasa bukanlah keluarga kecil. Bisa dibilang cukup berpengaruh. Dan setelah kemunculan Eternite, itu malah membuat status Keluarga Akahasa semakin berpengaruh.
Dan aku adalah satu-satunya pewaris keluarga ini.
Yah, aku seharusnya mewarisi keluarga Akahasa sekarang karena orang tuaku menghilang 5 tahun yang lalu. Tapi aku belum cukup dewasa sehingga kakekku kembali menjalankan bisnis keluarga, setidaknya sampai aku cukup dewasa.
“Apa kamu tidak menyukainya?”
Mei tampaknya melihat ekspresiku yang sedikit bermasalah. Dan berpikir bahwa aku mungkin tidak menyukai tanggung jawab itu.
Aku menggelengkan kepalaku.
“Tidak juga. Justru aku mengharapkannya. Bagaimanapun, cukup tentangku. Bagaimana denganmu?”
Aku menoleh ke arahnya yang terlihat fokus dengan pekerjaannya.
"Aku akan menjadi seorang peneliti."
Dia berkata dengan serius.
"Itu memang cocok untukmu."
Aku mendukungnya.
Saat ini, pada dasarnya ada beberapa pekerjaan yang telah menjadi sangat populer saat Eternite menginvasi bumi, salah satunya adalah seorang peneliti. Tentu saja, mereka dibutuhkan untuk mempelajari Eternite atau bagaimana penelitian mereka dapat membantu manusia untuk mengalahkan mereka.
Dan bukannya aku ingin sombong, keluarga Akahasa pada dasarnya sangat berpengaruh di dunia penelitian.
( Bukankah Anda masih tetap sombong?)
Diam, aku berkata aku tidak ingin sombong. Aku memberitahumu itu agar kamu mengerti bahwa jika Mei menjadi seorang peneliti bukankah aku bisa merekrutnya, dan saat dia jadi bawahanku, hehe.
Mari kita mulai merekrutnya saat ini.
“Dimana kamu akan bekerja? Aku harap-argh.”
Ketika aku ingin berbicara, tiba-tiba pusing dan mual menyerang pikiranku.
'Apa-apaan dengan perasaan ini! Apakah ini hukuman atas apa yang aku pikirkan? Ugh.'
*Bruk bruk*
Aku menjatuhkan beberapa buku, bersandar pada rak, lalu memegang kepalaku.
"Yu?"
Mei berbalik hanya untuk melihatku terbaring di lantai sambil memegang kepalaku.
"Mei, argh."
Aku terus berbaring di lantai sambil memegangi kepalaku yang terus berdenyut.
Mei berlari lalu memegangi punggungku dengan cemas.
"Yu, ada apa denganmu? Tolong jangan bercanda."
Dia mengkhawatirkanku jadi dia berlari ke arahku, dan itu juga terlihat dari ekspresi panik di wajahnya.
Aku tidak ingin membuatnya khawatir, tetapi perasaan ini tidak bisa aku tahan. Bahkan pelatihanku selama bertahun-tahun tidak sanggup untuk menahan pusing ini. Cepat atau lambat aku mungkin akan pingsan.
“Mei- panggil-.”
“Um, tunggu sebentar, aku akan memanggilnya, tolong tetap bertahan.”
Mei berlari meminta pertolongan.
Namun, aku tidak bisa bertahan lagi. Aku hanya bisa melihat langkah kakinya sebelum aku menutup mataku karena pingsan.
.
.
.
[ 6 Tahun yang Lalu ]
Seorang anak laki-laki, yang memiliki ekspresi acuh dan malas, sedang berjalan di sekitar akademi.
Jelas dari matanya bahwa dia sama sekali tidak tertarik pada apa pun yang ada di sana, tidak ada yang menarik perhatiannya.
Aura murni mereka terlihat jelas karena mereka masih anak-anak, itulah yang dipikirkan anak laki-laki itu.
Saat bocah itu berpikir seperti itu, dia melihat seorang gadis kecil duduk di kursi panjang.
Di belakang gadis kecil itu ada Pohon Sakura, di mana bunga sakura sedang bermekaran. Jika ada angin bertiup, maka itu akan menjadi pemandangan yang tiada taranya.
Anak laki-laki itu menghentikan langkahnya lalu fokus menatapnya.
"Siapa dia?" tanya anak laki-laki itu.
Namun tidak ada jawaban. Hanya ada perasaan nostalgia di hatinya.
Ketika anak laki-laki itu melihat aura gadis kecil itu. Dia melihat aura yang tampak acuh dan dingin, sama seperti dirinya, hanya saja aura dingin gadis kecil itu lebih mendominasi.
Di dalam aura dinginnya, anak laki-laki itu melihat cahaya hangat seperti matahari kecil. Aura itu cerah, hangat, dan indah.
Anak laki-laki itu sangat tertarik pada gadis kecil itu, tetapi tidak tahu bagaimana cara menyapanya. Dia ingin mendekatinya, tetapi takut bahwa dia akan membencinya.
Kemudian anak laki-laki itu melihat buku yang dibaca oleh gadis kecil itu.
Anak laki-laki itu tersenyum lalu mendekatinya.
.
.
[ Tempat : Tidak Diketahui || Waktu : Saat Ini ]
Seorang wanita dengan mata paling indah yang pernah ada, tampaknya menyadari sesuatu ketika dia menatap langit dengan ekspresi kerinduan. Dia memakai kimono putih dengan wajah giok, kulit sutra, dan dan mata bagai karya seni yang tidak bisa diukur dengan angka.
“Dia sudah bangun?”
Dia berkata dengan lembut sambil terus menatap langit.
Mata kirinya yang berwarna putih berubah menjadi warna emas.
Awalnya mata kirinya tertutup oleh rambutnya, tetapi saat ini itu terlihat jelas, dengan pupil mata yang berubah menjadi huruf kanji bertuliskan 運 di kanan dan bertuliskan 命 di kiri. yang kemudian bercahaya.
“Aku ingin bertemu denganmu.”
Wanita itu berkata dengan lembut dengan nada yang mengandung banyak kerinduan.
“Entah itu ilusi atau bukan, entah itu terjadi atau tidak, entah perasaan ini benar atau salah, aku sudah jatuh cinta padamu. Jadi tolong, temui aku secepatnya. Takdirku.”
Entah siapa yang dia rindukan, tetapi itu akan menjadi pria paling beruntung jika wanita itu sampai merindukannya.
.
.
.
[ Kamar tidur ]
Aku mulai membuka mataku dan yang bisa aku lihat hanyalah atap, lampu, dan dekorasi.
‘Siapa aku? Dan di mana ini?’
(....)
'Ehem, oke oke, aku bercanda'
Ini tidak seperti aku bereinkarnasi dan kemudian mengambil alih tubuh orang lain.
Faktanya ini masih aku, Riyu. Orang yang sama di perpustakaan. Dan... aku juga orang yang sama yang ada di kehampaan.
Bagaimana aku menjelaskannya. Sebenarnya, aku memang sudah menyadarinya ketika aku merasakan perasaan ini, tetapi untuk menyadarinya lagi saat ini. Sigh.
Pertama, perlu ditegaskan bahwa aku masih Riyu, lagi pula jiwaku masihlah jiwa asliku, baik saat aku lahir ataupun saat ini.
Jika aku tidak salah, seharusnya pada usia 4 bulan di dalam kandungan aku memasuki tubuh ini. Dan sekitar 5 tahun yang lalu aku mulai membangkitkan perasaanku.
Dan sekarang, mungkin sudah waktunya ingatanku kembali. Well, meskipun itu hanya sedikit ingatan traumatis ketika aku berada di kehampaan.
Hmm? Mengapa harus bertahap seperti itu?
Yah, aku juga tidak tahu. Tapi coba pikirkan, bisakah jiwa seorang bayi menerima perasaan dan kenangan traumatis? Tentu saja tidak kan?
Adapun perasaanku yang bangkit terlebih dahulu itu mungkin karena insiden itu yang menjadi pemicunya. Dan sekarang aku mungkin sudah dianggap siap sehingga ingatanku di kehampaan kembali.
Yah, mungkin juga tidak, karena semua ingatkanku di kehampaan atau sebelumnya masih belum ada atau mungkin juga sudah tidak ada karena efek samping tempat itu.
*menghela napas panjang*
Dan sekarang, setelah ingatanku kembali, aku menyadari bahwa aku benar-benar mencintainya.
Aku memutar sedikit kepalaku, melihat wanita cantik yang sedang tertidur.
‘Mungkinkah kesepianku di sana telah membuatku terbangun?'
*menggelengkan kepala*
Kurasa tidak. Sejak awal, perasaanku mengatakan bahwa aku memang sudah mencintainya pada pandangan pertama. Kembalinya ingatanku hanya untuk mempertegasnya.
Mei saat ini sedang duduk di kursi kecil, menyandarkan setengah tubuhnya di kasur, dan meletakan kepalanya pada tangannya.
'Aku harap melihat pemandangan ini lebih lama, tetapi-'
Aku menoleh ke dinding, melihat jam di sana.
Aku menghela napas sekali lagi. Kemudian aku menggerakkan tanganku untuk mengusap rambut ungunya yang panjang dan halus.
“Em?”
Mei mulai membuka matanya kemudian mencoba melihat keadaanku.
“Maaf, apa aku membangunkanmu?”
"Riyu?"
Mei mengedipkan matanya sebentar, kemudian dia langsung melompat, memelukku dengan erat.
“Kamu membuatku khawatir.”
Mei berkata dengan nada khawatir, tangannya sedikit gemetar dan tetesan air sedikit terbentuk di sudut matanya.
"Maaf."
Aku membalas pelukannya tanpa menyadari bahwa perasaan kami sebenarnya sudah saling terhubung.
.
.
Tentang masa lalu.
Kau tahu, selama ini aku menyadari bahwa Mei sebenarnya cukup kesepian, meskipun dia sendiri tidak menyadarinya.
Terlahir dengan kejeniusan, dia tidak mengerti pikiran anak-anak pada umumnya. Itu membuatnya sulit untuk berteman. Orang tuanya sibuk bekerja sehingga jarang ada di rumah.
Namun, karena kecerdasannya, dia lebih dewasa dan mengerti semua itu. Dia tidak mengeluh, malah memusatkan perhatiannya pada buku. Itu sebabnya, dia tidak menyadari kesepiannya sendiri.
Jika dibiarkan seperti itu, maka dia akan menjadi gadis yang sangat dingin dan tidak tersentuh.
.
.
[ Beberapa menit kemudian ]
Mei telah melepaskan pelukannya dan duduk kembali.
"Sudah berapa lama aku tertidur?"
"5 jam."
Kata Mei, kembali pada dirinya yang tenang dan dingin. (Aku tidak mengatakan menakutkan karena intuisinya kembali.)
"Begitukah….. Aku pikir itu 5 tahun."
"Kamu tukang tidur, jadi 5 jam sama saja dengan 5 tahun untukmu."
"Begitukah? Mengapa aku merasa itu sedikit salah?"
"Jangan terlalu dipikirkan. Lagi pula kamu baru saja saja bangun."
Dia tersenyum kecil, menikmati momen itu.
"Apakah begitu…?"
Yah, aku tidak bisa disalahkan. Bagaimanapun, ingatanku cukup traumatis. Namun untuk sekarang mari kembali ke masalah yang lebih penting.
"Mei ..."
Aku menatapnya intens, tidak ingin melewatkan detail apapun darinya saat ini.
"Um? Apa ada yang salah dengan wajahku?"
"Mei, aku sudah memutuskan."
Aku berbicara dengan cukup serius.
"Putuskan? Putuskan apa?"
Mei hanya memiringkan kepalanya, tidak mengerti dengan apa yang aku katakan. Dia mungkin bertanya-tanya, apakah aku menjadi gila setelah kejadian tadi.
"Ayo kita berkencan.”
*Hening*
"Eh?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments