[ 30 menit kemudian ]
Setelah Mei dan aku cukup puas menikmati waktu bersama. Kami segera pergi ke ruang guru untuk menemui wali kelas kami.
Sebenarnya, aku harus menemuinya terlebih dulu untuk mengurus beberapa hal lalu memperkenalkan diri pada teman baruku. Namun, aku langsung ke sini karena aku pikir aku akan bertemu Mei. Dan harapan itu tidak mengecewakan.
Oh ya, aku mengatur agar aku bisa sekelas dengan Mei. Itulah keuntungan koneksi kawan.
Yah, cukup tentang itu.
Saat ini aku dan Mei sedang berjalan bersama, tentu saja sambil berpegangan tangan.
Apa ada orang yang melihat kami?
Yah, ini masih sedikit pagi, tetapi beberapa orang sudah mulai berdatangan. Kami tidak terlalu peduli dengan satu atau dua orang yang melihat kami, atau lebih tepatnya, akulah yang tidak terlalu memperdulikan tatapan mereka.
Mei masih sedikit malu, tetapi aku memegang tangannya dengan erat.
“Bagaimana keadaanmu di sini?”
Untuk mengalihkan perhatiannya, aku mulai bertanya mengenai keadaannya di sini.
“Baik.”
Mei menjawab dengan singkat. Dia masih membuang mukanya, agar aku tidak melihat mukanya yang merona.
“Begitu. Yah, di sini memang luar biasa, aku rasa tempat ini akan cocok untukmu. Setidaknya, tidak akan membosankan.” Aku berkata sambil melihat sekeliling.
Aku bisa melihat banyak hal luar biasa di sini meskipun ini hanya SMA. Dan seperti yang aku katakan, tempat ini sangat cocok dengan Mei, sebab sumber daya dan fasilitasnya mendukung.
Dia bisa melakukan beberapa hal seperti, penelitian mungkin, daripada hanya menyimpan pengetahuannya di otaknya saja.
Sedangkan untukku, aku mungkin akan lumayan sibuk.
Selain bersekolah, aku harus berlatih, mengerjakan tugas di MV, dan menggoda Mei tentunya. Hah……
*Menghela napas*
“Mengapa kamu datang sepagi ini?”
Mei menoleh, bertanya kepadaku. Tampaknya dia sudah menenangkan diri sehingga kita bisa memulai percakapan.
“Aku ingin membuat kejutan dengan datang lebih awal. Meskipun aku tidak terlalu berharap, tetapi aku senang bisa bertemu denganmu.”
Yah, itu sedikit salah, aku sebenarnya sangat berharap.
“Bagaimana denganmu, bukankah seharusnya ini masih pagi?”
Aku bertanya balik.
“Aku memiliki beberapa tugas, tetapi sebelum aku bisa pergi, aku melihatmu memasuki kelas. Aku pikir aku salah, tetapi aku senang itu benar-benar kamu.”
Dia mengucapkan kalimat terakhir dengan nada kecil, seolah dia tidak ingin aku mendengarnya. Namun, inilah gunanya pendengaran super yang aku latih selama 5 tahun ini.
Untuk menguping? Tentu saja tidak.
Yah yang jelas, sekarang aku paham mengapa dia datang ke tempat ini pagi-pagi sekali.
“Jadi seperti itu.”
Dan dengan itu, kami menghentikan pembicaraan kami.
Mungkin bagi sebagian orang, mereka akan berpikir bahwa kami cukup canggung. Namun, tidak seperti itu, kami hanya ingin menikmati waktu sebaik mungkin, terutama kami ingin merasakan kehangatan tangan kami satu sama lain.
Meskipun… itu tidak berlangsung lama.
“Kita sudah sampai.”
Mei berkata dengan nada lembut, tetapi aku merasakan bahwa dia juga cukup sedih.
“Memang.”
Aku menjawabnya.
Mei melepaskan tanganku, bersiap untuk melanjutkan perjalanannya.
“Berhati-hatilah di sana. Sensei mungkin dipaksa untuk bangun lebih awal karena ulahmu. Dia mungkin sedang kesal saat ini. Kalau begitu sampai bertemu lagi di kelas.”
“Tunggu sebentar, Mei.”
Aku memegang tangannya menghentikannya pergi.
“Sepulang sekolah, bisakah kita bertemu? Ada sesuatu yang ingin aku berikan kepadamu.”
Sebelum aku lupa, aku harus cepat memberikan beberapa hal dan juga katana itu. Aku juga harus bertanya padanya mengenai niatku untuk melatihnya lebih serius.
Mengapa aku terburu buru?
Bagaimana aku harus mengatakannya. Entah mengapa perkataan kakekku agak sedikit salah, dan perasaanku juga mendukung itu.
“Em? Ya, tentu aku akan menunggumu.”
Mei berjalan pergi, aku menatapnya sebentar sampai bayangannya menghilang dari pandanganku
Setelah itu, aku menatap pintu wali kelasku.
“Huh… kalau begitu, mari masuk saja.”
.
.
Saat aku bertemu wali kelasku, aku merasakan ribuan panah menusukku.
Mengapa? Karena aku melihat kebenaran.
Kebenaran yang selama ini aku sembunyikan. Kebenaran yang aku tidak ingin benarkan. Kebenaran yang aku harap….. INI TIDAK BENAR!!!
Seolah nyala api kembali lagi, aku menegakkan posturku dengan percaya diri.
Benar, ini pasti tidak benar. Senpai mungkin sama saja denganku, dia memiliki urusan dengan wali kelas? Hemp, itu pasti benar.
Kepercayaan diriku kembali.
“Jadi, kamu yang membuatku harus bangun sepagi ini? Dan kamu malah membuatku menunggu dengan pergi ke kelasmu, hanya untuk bertemu dengan kekasihmu? Bukankah kamu terlalu merepotkan, bocah bermasalah.”
Apa yang dia katakan? Aku tidak mengerti.
(A : Anda hanya pura-pura)
Oke oke jangan terlalu banyak berpikir.
Dengan wajah polos, sepolos bayi aku berkata.
“Em… maaf Scarlet-senpai. Apa saya tanpa sadar telah memprovokasi Anda? Jika seperti itu, maafkan saya. Ah, bolehkah saya tahu di mana wali kelasnya? Saya ingin mengurus beberapa hal.”
Aku melihat sekeliling ruangan, untuk menemukan wali kelasku. Aku melihat urat kecil di kening Scarlet senpai. Yah, mungkin hanya perasaanku saja.
Mungkin marah dengan sesuatu, Scarlet senpai berdiri dari kursinya dan memelototiku dengan tajam
“Berhenti bercanda! Bocah bermasalah.”
Bercanda? Apa aku sedang bercanda?
Uh, dia tampak lebih tegas dan menakutkan daripada yang aku ingat terakhir kali. Ke mana senpai yang hangat dan menyenangkan sebelumnya? Aku bertanya-tanya.
“Panggil aku sensei!”
“Maaf senpai aku tidak mengerti.”
Aku memalingkan muka dengan tetes keringat di pipiku.
Scarlet senpai melangkah maju dan menatap wajahku dengan dingin.
“Panggil aku sensei!”
Cih, jika seperti ini, maka tidak ada pilihan lain selain menolaknya dengan tegas. Yah, meskipun aku berpikir seperti itu, tetapi tetap saja, ekspresinya menakutkan. Jujur saja, selama ini aku bertanya - tanya, mengapa wanita yang terlibat denganku begitu kuat dan menakutkan?
“Ti-tidak akan senpai, aku akan tetap memanggilmu senpai. Lagi pula, kamu sangat muda dan cantik, bagaimana mungkin kamu menjadi guru di sini.” Aku berkata.
Wajah Scarlet senpai memerah, cukup merah untuk mengatakan bahwa dia malu. Namun, aku tidak terlalu memperhatikannya karena aku lebih fokus meyakinkan diriku.
“*batuk* Oh… begitukah?”
Dia mulai berjalan perlahan ke arahku.
Apa yang dia lakukan? Tunggu, mengapa matanya menjadi menakutkan? Tunggu tunggu bukankah ini akademi? Tunggu apa aku-
(A : Riyu tidak bisa dihubungi untuk saat ini)
.
.
.
"Sensei."
Aku duduk seiza dan terpaksa untuk mengakui kesalahanku.
Tidak, aku tidak salah.
Mari kita sebut ini mundur sedikit untuk melesat ke depan.
(Apa yang terjadi? )
Jangan mengingatkanku.
“Murid baik, murid baik.”
Dia menepuk-nepuk rambutku, tertawa seolah menikmati keadaanku saat ini.
Oke oke, aku memang sangat berharap dia adalah siswa di Akademi ini. Dengan begitu, tidak ada hambatan atau batasan sepele, seperti status atau apalah itu yang bisa membatasiku untuk menggodanya.
Selain itu, aku pikir, aku bisa membuatnya senang dengan menyebutnya senpai. Siapa coba yang tidak senang ketika seorang pria tampan mengira Anda muda dan cantik?
Perasaanku juga mengatakan bahwa dia akan senang. Apa mungkin dia terlalu senang sehingga dia memukulku? Bisa jadi.
Oh iya, jangan salah paham. Aku tidak berbohong ketika aku menyebutnya muda dan cantik, dia memang seperti itu. Dia mungkin seumuran dengan Maya.
Haruskah menanyakan umurnya?
Seolah aku ingin mati.
Oke, kembali ke pikiranku, apa mungkin aku sudah keterlaluan dan menjengkelkan?
Yah, sebenarnya aku menyadari bahwa dia adalah seorang guru ketika banyak bukti menunjukkannya. Namun, pernahkah Anda mendengar pepatah mengatakan.
‘Untuk memenangkan perang, maka tipulah musuhmu. Dan untuk menipu musuhmu, maka tipulah dirimu sendiri.’
Apa? Tidak ada peribahasa seperti itu? Lalu buku apa yang aku baca? Apa aku ditipu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Ilfra Ilivasa
intinya adalah : tipu-tipu
2022-07-08
0