[ SMA Yozora ]
“Apa di sini?”
Aku melihat tulisan di pintu kelas dan mencocokkannya dengan kartu identitasku.
“Tampaknya seperti itu. Baiklah, mari kita lihat.”
Aku perlahan membuka pintu, dan tebak apa yang aku lihat? Tidak ada siapa-siapa.
Aku perlahan masuk ke kelas dengan sedikit berat.
Hah… aku seharusnya mengikuti apa yang dikatakan filosofi stoicisme. Pikirkan tentang hasil terburuk terlebih dahulu agar kamu lebih siap untuk menghadapi hasilnya. Karena inilah hasilnya jika aku terlalu ber-
“Riyu.”
Aku membeku di tempatku.
Suara ini…..
Benar, tidak salah lagi.
Inilah suara yang aku impikan selama ini.
Suara yang membuatku hampir gila.
Suara… yang ingin aku dengar selamanya.
Tanpa pikir panjang aku berbalik dan-
“Riyu….”
Bidadari itu melompat ke pelukanku. Seolah-olah dia tidak meragukan bahwa itu adalah aku. Dan mungkin memang seperti itu, dia tidak meragukan bahwa ini adalah aku.
“Riyu, aku- emm.”
Aku menutup mulutnya sebelum dia mengatakan sesuatu.
'Aku tahu apa yang ingin kamu katakan, tetapi maaf, aku tidak akan membiarkanmu mengatakannya. Sebab aku sendiri yang akan mengatakannya.'
*Melepaskan ciuman*
Aku menatap matanya dengan hangat.
Aku tahu, dia juga merasakan hal yang sama denganku, aku juga mengerti dia ingin mengatakan hal yang sama denganku, tetapi biarkan aku mengatakannya terlebih dahulu, bahwa -
“Aku sangat merindukanmu, Mei.”
Ya, benar, aku sangat merindukannya. Perasaan ini tidak terbendung lagi.
Situasi putus asa selama seminggu bukan tanpa alasan*.
Asal kau tahu, setelah semua, aku juga kesepian pada saat itu.
‘Apa yang kamu harapkan dari seorang anak yang kehilangan orang tuanya? Dan yang lebih parah, tepat setelah itu, anak itu merasakan emosinya.’
Anak itu... itu adalah aku.
Dulu, aku selalu bertanya pada diriku sendiri ‘mengapa’.
Mengapa aku harus merasakan emosi ini ketika itu terjadi?
Mengapa tidak sebelum itu agar aku merasakan kehangatan pelukan mereka?
Mengapa itu harus terjadi?
Mengapa mereka harus pergi?
Mengapa?
Mengapa mengapa mengapa? Mengapa?
Bukankah itu harga yang sangat mahal untuk membangkitkan perasaan ini?
Jika perasaan ini terbangun hanya untuk merasakan sakitnya kehilangan mereka, lalu untuk apa perasaan ini dibangkitkan?
Sungguh, aku kehilangan hitungan untuk terus bertanya.
Sampai suatu hari aku tersadar,
"Aku juga merindukanmu, sangat merindukanmu."
Mei berkata penuh dengan kerinduan. Nada sedikit bergetar, mungkin karena dia menahan air matanya.
Mei meletakan kepalanya di dadaku. Mencengkram pelukannya lebih erat.
Benar, tanpa sadar dia telah menyelamatkanku.
Saat itu aku menyadari bahwa aku masih mempunyai dia, aku masih mempunyai mereka, aku tidak ingin kehilangan mereka.
Aku harus lebih kuat agar di masa depan, aku tidak kehilangan mereka.
Perasaan ini bukanlah kutukan.
Dengan perasaan ini, aku bisa lebih menghargai mereka.
Aku akan melindungi mereka
.
.
.
[ Beberapa menit kemudian ]
Hah…
Saat ini aku sedang duduk di lantai, menyandarkan punggungku di tembok kelas, dengan Mei yang sedang meringkuk di pelukanku. Kami tidak berbicara lagi setelah dia mengatakan bahwa dia merindukanku.
Ketenangan ini tidak membuat suasana menjadi canggung, justru kami menikmati keheningan ini. Hanya dengan menutup mata dan memeluknya aku merasa nyaman. Aku bahkan bisa terus seperti ini selama ratusan tahun
Berpikir seperti itu, entah mengapa aku mengingat bagaimana ekspresi Mei saat pertama kali aku melihatnya.
Itu adalah kesepian.
Mungkin aku pernah berkata sebelumnya, bagaimana kesepiannya dia.
Mei tidak pernah tersenyum, tidak pernah mengeluh, dan tidak pernah tertawa. Hanya ada ekspresi dingin, fokus melihat dunia lain, dalam perspektif lain.
Tidak ada yang bisa memahaminya, tidak ada yang tahu pikirannya. Hanya ada dia, di dunianya sendiri.
Dan mungkin, mungkin saja dia tidak ingin merasakan perasaan itu lagi.
Setelah semua, dia telah melihat cahaya. Begitu dia melihat cahaya, dia mengetahui bagaimana menakutkannya kegelapan.
Dan cahaya itu, mungkin saja aku. Aku harap seperti itu.
Meski begitu, aku mungkin, mungkin saja akan membuatnya sedih. Itu karena aku tahu, aku tidak bisa mengendalikan perasaanku. Perasaan yang mendorongku untuk membuat "mereka" tersenyum dan menikmati hidup ini.
Sangat menyedihkan karena aku bahkan tidak tahu siapa "mereka". Aku hanya samar - samar merasakannya bahwa mereka harus bahagia.
Masa depan terlalu absurd dan tidak menentu. Dan selama itu aku berharap "mereka" bisa menikmati kehidupan ini.
Terutama dia……
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments