[ Tempat : Tidak Diketahui || Waktu : Saat ini ]
Wanita cantik yang kecantikannya melampaui dunia, masih dalam keadaan yang sama, tetapi juga berbeda. Dia mungkin masih terkurung dan masih menjadi bahan percobaan orang-orang gila yang ada di sana.
Namun, berbeda dengan kemarin dia tampak lebih tenang saat ini.
Dia dengan tenang melihat ke suatu tempat, seolah dia merasakan perasaan yang akrab. Itu perasaan yang sama yang dia rasakan saat bersama keluarganya, meskipun dia sendiri melupakan siapa keluarganya sebenarnya.
“Bawa dia.”
Seorang lelaki tua memerintahkan pemuda berjas putih untuk mengeluarkan gadis itu yang dijawabnya dengan anggukan.
Dengan kartu ID nya, pemuda itu membuka kurungan kemudian menghampiri gadis itu.
“Bangun, gadis!!”
Pemuda itu berkata dengan nada memerintah.
Namun, seolah tidak mendengarnya, wanita itu masih menatap ke suatu tempat tanpa memperdulikannya.
“Hey. Apa kau tidak mendengarku?”
Wanita itu masih diam.
“Hei, apa menurutmu karena kami disuruh untuk tidak menyakitimu, kami tidak akan melakukan apapun padamu!!”
Pria itu berteriak dan mengintimidasi wanita itu agar dia bergerak dari tempatnya. Namun sayang, wanita cantik itu masih diam.
“Sialan!!”
Ketika pria itu kehilangan kesabarannya, dia mencoba menjambak rambut putih wanita cantik itu. Tapi…
“Argh.”
Lengannya menghilang karena tembakan laser yang ditempatkan di kurungan. Tampaknya itu secara otomatis ditembakkan ketika ada yang mencoba melukai subjek.
“Lenganku, lenganku.”
Melihat bagaimana pendatang baru itu tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik, lelaki tua dengan pakaian putih itu masuk dengan wajah marah lalu melemparkan sesuatu yang membuat lelaki itu tidak merasakan sakit lagi.
“Hentikan!! apa kau pikir bisa menyentuh subjek yang berharga?!”
“Ma-maaf.”
Pria itu manahan keterkejutannya dan meminta maaf sambil memegang tangannya yang tersisa.
“Pergilah.” Pria tua itu menyuruh pemuda itu untuk pergi. “Cih, dasar orang baru.”
Pria tua itu akhirnya melihat wanita cantik yang saat ini sedang melamun itu kemudian berkata sambil menjilat bibirnya dengan menjijikan.
“Hey, cantik. Aku tidak tahu apa yangs sedang kau lamunkan, tetapi berhentilah bermimpi untuk melepaskan diri dari tempat ini. Bagaimanapun tidak perlu khawatir karena setelah penelitian ini berakhir, kau akan bebas. Maksudku, aku bebas melakukan apapun padamu… hahaha.”
Begitulah, sebelum penelitian itu berakhir tidak ada siapapun, bahkan orang yang paling tinggi yang boleh melakukan apapun yang bisa menyakiti gadis itu. Itu karena dia adalah subjek yang sangat berharga dan mungkin hanya satu dari sekian banyaknya subjek.
“Ayo, sekarang ikutlah bersamaku, aku akan mengambil darahmu, agar penelitian ini cepat berakhir.”
“Sebentar lagi, dia akan datang.”
Akhirnya wanita cantik itu berbicara dengan nada rendah yang sulit didengar siapapun selain dirinya.
“Hah, apa yang kau katakan? Sekarang bangunlah.”
.
.
[ Keesokan Hari, Taman ]
Di sebuah taman hiburan yang indah, terlihat dua orang yang tampak seperti sepasang kekasih. Mereka sedang berjalan bersama dan menikmati berbagai permainan yang ada di sana.
Pasangan itu tak lain adalah Mei dan Riyu.
Setelah Riyu mengajak Mei untuk berkencan, Mei cukup terkejut dan malu. Itu adalah pertama kalinya Riyu mengajaknya berkencan.
Baginya, kehidupan sehari-harinya hanya diisi dengan belajar, jadi dia tidak pernah memikirkan tentang kencan. Adapun Riyu, dia terlalu fokus pada pelatihannya sehingga dia juga tidak memikirkannya.
Namun, setelah Riyu memantapkan hatinya, dia mengajak Mei untuk berkencan, dia ingin menyegarkan pikirannya untuk mengambil langkah selanjutnya mengenai hubungan mereka. Selain itu, dia juga ingin mengalihkan pikiran Mei dari hanya sekedar membaca buku dan belajar.
Riyu tahu bahwa Mei begitu fokus pada tujuannya sehingga tanpa dia sadari, waktunya hanya diisi dengan buku dan pelajaran. Karena itu juga, Mei tidak menyadari kesepiannya.
.
[ POV Riyu ]
Mei dan aku pergi berkencan.
Pada awalnya kami bingung karena kami belum pernah berkencan sebelumnya.
Namun, setelah melihat banyak orang bersenang-senang, kami mulai menikmati waktu kami dengan mencoba berbagai hiburan yang ada di sini.
Terkadang kami juga berhenti hanya untuk melihat pemandangan atau menikmati makanan.
Beberapa kali aku juga melihat Mei tersenyum dan tertawa. Itu membuatku senang karena salah satu tujuanku tercapai.
Kami juga membeli beberapa barang yang ada di sana, tentu saja aku yang membayar semuanya. Jadi, dia tidak bisa berhenti untuk tersenyum.
.
.
Saat ini, kami sedang berjalan di sebuah taman yang cukup sepi karena sebentar lagi akan malam. Kami berjalan bersama sambil berpegangan tangan.
Sejujurnya kami tidak menyadari bahwa kami mulai berpegangan tangan. Mungkin saja, itu terjadi saat dia sedang bersemangat, atau mungkin aku?
Yah, kami menikmatinya juga, jadi kami tidak mencoba melepaskan tangan kami.
Setelah berjalan cukup lama, kami bisa melihat kursi panjang jadi kami memutuskan untuk duduk di sana, menikmati pemandangan sore hari.
Dan di sini, kami akhirnya duduk, menyadarkan punggung kami sambil masih berpegangan tangan.
Bisa dibilang, kencan kami akan berakhir, membuatku merasa sedikit kecewa.
Dalam diam, kami tidak berkata apa-apa. Kami puas hanya dengan merasakan kehangatan tangan kami satu sama lain.
Suasana menjadi sempurna saat kami melihat taman yang diterangi oleh warna orange matahari.
"Bagaimana? Apakah kamu menikmatinya?"
Memotong keheningan ini, aku mulai bertanya kepadanya.
Meskipun aku tahu dari ekspresinya, aku ingin mendengarnya langsung.
Itu dijawab dengan anggukkan kepala dari Mei.
"Em, ini lebih menyenangkan daripada yang kupikirkan. Aku belum pernah merasa sebahagia ini sebelumnya."
Keheningan kembali lagi kepada kami.
.
Kami terus memandang taman indah yang diterangi oleh matahari sore.
Saat diam itu, aku mulai melamun mengingat pertemuan pertama kita.
Aku pertama kali melihat Mei di taman sekolah.
Mei selalu duduk di kursi panjang sendirian.
Di belakangnya ada pohon besar yang melindunginya dari cahaya. Saat itu, bunga sakura bermekaran. Itu adalah pemandangan yang indah, aku tidak akan pernah melupakannya.
Aku sendiri murid baru di sekolahnya pada saat itu karena aku tidak bersekolah seperti orang lain sebelumnya. Itu karena Keluarga Akahasa memiliki sumber daya.
Namun, ibuku menyuruhku untuk menikmati kehidupan sekolah jadi aku menurutinya.
Ketika aku melihatnya untuk pertama kalinya saat itu, aku bisa melihat aura dingin dan aura hangat di dalamnya. Aura itu tampak akrab, tetapi aku tidak tahu mengapa.
Pada saat itu, aku sangat tertarik untuk berbicara dengannya.
Jujur saja, itu cukup aneh bagiku karena saat itu aku masih kehilangan setengah perasaanku.
Awalnya Mei acuh tak acuh dan dingin seperti biasanya. Namun, setelah dia mengetahui pengetahuanku tentang bukunya, dia mulai tertarik padaku, setelah itu tanpa kami sadari, kami telah menghabiskan banyak waktu untuk mengobrol.
Dan percaya atau tidak, tetapi aku jatuh cinta padanya saat itu.
.
.
"Apa yang sedang kamu pikirkan?"
Mei yang duduk di sampingku menoleh ke arahku.
Aku hanya tersenyum sambil terus menatap pemandangan sore yang indah.
“Aku hanya mengingat masa lalu. Saat itu kamu adalah gadis kecil yang cukup dingin. Kamu hanya memperhatikan tujuanmu dan tidak cukup waktu untuk melihat sekelilingmu.”
Aku terkekeh saat mengatakan itu lalu aku menoleh ke arahnya untuk melihat wajahnya yang cantik.
“Namun, sekarang, kamu terlihat hidup, senyumanmu penuh kehangatan. Itu membuatku bahagia."
Mei membuang muka agar aku tidak melihat pipinya yang merona. Dia juga sedikit menundukkan kepalanya, mungkin malu dengan apa yang aku katakan.
Aku menarik napas dalam-dalam, mengubah ekspresiku, sedikit lebih serius.
"Mei, aku mencintaimu. Maukah kamu menjadi kekasihku?"
"…."
Mei hanya diam, mungkin terkejut dengan apa yang kukatakan. Kemudian dia melihat wajahku untuk memastikan apa yang dia dengar.
Aku membalas dengan senyuman.
“Kau tahu, aku menyadari bahwa aku mencintaimu selama ini. Aku mengajakmu kencan agar aku bisa memberitahumu bahwa 'aku mencintaimu', Mei.”
Setelah memastikan apa yang dia dengar, matanya mulai sedikit berair.
Apakah dia sedih? Tidak. Dia mencoba tersenyum, apakah dia bahagia?
"Um."
Dia menganggukkan kepalanya dengan sedikit air mata.
Mendengar jawabannya, aku langsung menariknya ke dalam pelukanku.
Dia tidak melawan, malah membalas pelukanku. Kepalanya bersembunyi di dadaku, menutupi pipinya yang merona dan matanya yang memiliki sedikit air mata.
Aku tahu selama ini aku memang brengsek.
Aku membuatnya menunggu terlalu lama.
.
Setelah beberapa menit, Mei mulai mengangkat kepalanya untuk melihat wajahku. Aku tidak pernah mengalihkan perhatianku darinya sehingga tatapan kami mulai bertemu.
Saat itulah wajah kami mulai mendekat dan….
"Em."
Kami akhirnya berciuman. Itu mungkin ciuman pertama kami, tetapi entah mengapa kami tidak merasa canggung.
Kami ditemani oleh cahaya di sore hari, dan pemandangan taman yang indah, itu adalah gambaran yang sulit digambarkan.
Setelah kami melepaskan ciuman kami, dia berkata,
"Aku mencintaimu juga, Yu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
jingga
ceritanya gk jelas menjijikkan sekali
2023-07-29
0