Dag Dig Dug

Setelah sarapan, abang mengantarku pulang ke kos karena abang juga akan pergi ke Surabaya menggunakan jet perusahaan. Aku jadi penasaran, jika aku yang minta di jemput menggunakan jet, apakah papa mau mengirimkannya untukku?

Abang memarkir mobil di depan pagar, aku segera membuka sabuk pengaman dan bersiap membuka pintu mobil tapi di cegah abang.

“Ada apa bang?” aku melihat abang mengambil sebuah kotak dari jok belakang mobil dan menyerahkan kotak itu padaku “Ini apa?” tanyaku bingung sambil menatap kotak yang ada di pangkuanku.

“Buka saja, jangan banyak tanya.”

Aku membuka kotak itu dan isinya… aku tidak tahu apa isinya, tapi benda itu berbentuk tabung dan memiliki tombol di salah satu sisinya “Ini apa bang?” aku menunjukkan benda itu di depan abang.

“Itu stun gun untuk membela diri. Kalau ada laki-laki aneh menggodamu, setrum mereka sampai pingsan menggunakan stun gun.” kata abang, tangannya mengelus kepalaku seperti mengelus anak kucing.

“Tidak ada laki-laki yang mau menggodaku dengan wajah seperti ini.” aku menunjuk wajah sendiri lalu membolak balik alat itu, meneliti bagaimana cara menghidupkannya.

“Memangnya kenapa dengan wajahmu? Kamu cantik kok karena abangmu ini tampan.” sahut abang sambil menatap wajahnya di spion tengah.

“Narsis, abang jelek gitu kayak om-om.” ledekku.

“Kamu saja yang bilang abang jelek, Dian bilang abang laki-laki yang paling tampan.”

“Mbak Dian bilang begitu karena takut abang marah.” cibirku.

“Sudah pergi sana, meladenimu nggak akan ada habisnya.” usir abang dengan tangannya.

“Jahat banget sih sama adik sendiri.” gerutuku sambil meletakkan stun gun di tempatnya semula dan keluar dari mobil lalu mengambil tas fitness, tas belanja dan helm di jok belakang.

Abang membuka kaca jendela ketika aku berdiri di depan pagar, “Sudah jangan cemberut gitu, hubungi abang kalau sesuatu terjadi padamu.”

“Iya abang.”

“Ingat pesan abang! Jangan pulang tengah malam, jangan berbuat yang aneh-aneh.”

“Aku bukan anak kecil yang harus diingatkan setiap saat.” gerutuku.

“Ya sudah abang pergi dulu, jaga diri baik-baik.” abang menutup kaca jendela dan berlalu dari hadapanku. Aku terus menatap mobil abang sampai di tikungan dan menghilang di ujung jalan.

Ketika aku membuka pintu, ponselku bergetar. Aku sengaja menghidupkan mode getar ketika bersama abang, kadang-kadang abang usil mengangkat telpon tanpa seizinku ketika ponselku tertinggal di ruang tamu atau di dalam tas. Abang juga suka nguping ketika seseorang menelponku.

Aku mengambil ponsel di dalam tas, nama Haris menghiasi layar ponsel. “Halo” aku menaiki tangga menuju kamarku.

“Kamu sudah di kos?”

“Iya, aku sudah di kos. Baru juga naik tangga.”

“Jangan masuk dulu, tunggu aku di depan.” pinta Haris.

Langkahku berhenti di anak tangga ke empat, “oke.” Aku berbalik arah kembali kedepan kos. Sambil menunggu Haris, aku duduk di kursi dan mengeluarkan stun gun pemberian abang dari kotaknya, aku meneliti stun gun dan membolak-baliknya, apa alat ini benar-benar bisa di gunakan untuk menumbangkan orang?  Aku jadi penasaran ingin mencobanya.

Tidak sampai sepuluh menit Haris tiba ke depan kos, dia memarkir motornya di depan pagar tapi aku menyuruhnya parkir di garasi karena jika dia memarkir motornya  di depan pagar akan menghalangi orang yang berlalu-lalang di jalan raya.

Haris duduk di kursi yang aku duduki barusan “Tadi malam kamu diapain sama abangmu?”

“Kamu kesini cuma mau nanyain itu?” aku berdiri di samping Haris karena kursinya hanya untuk satu orang.

“Bukan begitu, tadi malam aku ngajak kamu nonton dan pulangnya tengah malam, aku jadi merasa bersalah kamu di marahi sama abangmu. Sekarang aku jadi mikir dulu kalau mau ngajak kamu jalan.”

“Katanya kamu nggak takut sama abang?” tanyaku sinis.

“Iya aku memang nggak takut, cuma aku nggak tega melihatmu di marahi seperti tadi malam. telingamu pasti sakit kena jewer” Haris menatapku sendu, aku jadi salah tingkah.

Aku tertawa gugup “Haris! Abang memang seperti itu kalau menghukumku, lagi pula abang tidak melarangku berteman denganmu.”

“Syukurlah.” Haris menarik nafas lega, tatapannya tiba-tiba mengarah ke tanganku. “Benda apa yang kamu pegang?”

“Oh ini” aku menggenggam stun gun dan memperlihatkannya ke Haris “Aku juga tidak tahu ini benda apa? Tadi kata abang ini bisa membuat orang aneh yang menggodaku pingsan.”

“Bisa membuat orang pingsan?” tanya Haris heran. “Bagaimana caranya?”

“Aku juga tidak tahu bagaimana caranya”

“Coba aku pinjam.” Haris mengulurkan tangannya kearahku kemudian benda itu berpindah ke tangannya. Haris membolak–balik stun gun dan mencari tahu bagaimana cara menggunakannya.

Apakah stun gun bisa mengeluarkan api tanpa terlihat? atau bisa berfungsi sebagai pistol tanpa peluru? atau bisa juga ketika menekan  tombol power ada tongkat tak terlihat yang bisa di gunakan untuk memukuli orang. Kami sama-sama bingung bagaimana cara menggunaannya. Haris mencoba beberapa kali memperlihatkan jurus menebas menggunakan stun gun alih-alih katana, kesannya malah terlihat lucu, mirip seorang samurai yang menggunakan katana halu, aku sampai tertawa terpingkal-pingkal melihat perilakunya.

Aku mengambil kembali stun gun dari tangan Haris dan iseng-iseng menghidupkan power yang ada di sisi stun gun lalu aku letakkan ujung stun gun yang ada besinya ketelapak tangan Haris. tiba-tiba saja Haris kejang-kejang di depanku.

Aku terkesiap ketika Haris tumbang di depanku, kenapa itu bisa terjadi? Aku benar-benar bingung ketika melihat Haris jatuh tersungkur dan tergeletak tak berdaya di lantai, refleks aku menjatuhkan stun gun ke lantai.

“Haris… bangun Haris. kamu kenapa?” aku menepuk-nepuk pipinya yang mulus. Ya Tuhan, jika Haris meninggal hukumlah hambamu ini yang sudah menganiaya orang yang tidak bersalah.

“Tolong bangun” aku masih menepuk-nepuk pipinya. Ini sungguh tidak terduga, aku tidak tahu stun gun bisa membuat orang langsung meninggal. Aku menendang alat itu hingga terpental “Stun gun sialan. Brengsek. Kau buat Haris seperti ini.” makiku.

Aku kembali berjongkok berusaha membangunkannya. “Hariss bangunn,” isakku histeris sambil menggoyang-goyangkan badannya.

“Riana, kenapa dengan pacarmu?” Lisa memarkir motornya di samping motor Haris, lalu menghampiriku.

“Aku juga nggak tahu Lis, tiba-tiba saja dia sudah begini ketika aku menggunakan stun gun itu.” isakku sambil menunjuk kearah stun gun yang aku tendang.

“Hemm kamu menyetrum pacarmu ya” Lisa terkekeh lalu mengambil stun gun dan mematikan benda itu. “Kamu nggak bisa menggunakan ini ke siapa saja. ini di gunakan untuk pertahanan diri, aku juga memiliki ini di tasku.”

“Maksudnya?” tanyaku sambil menghapus air mata yang mulai berjatuhan.

“Kamu bisa menggunakan stun gun ketika seseorang menyerangmu. Siapa yang memberimu stun gun?” tanya Lisa, tetangga sebelah kamarku.

“Abangku yang ngasih.”

“Simpan ini baik-baik lalu gunakan ke orang yang tepat” Lisa memasukkan stun gun ke tas fitness yang ada di lantai.

“Lalu Haris bagaimana? Apakah dia meninggal?”

“Aku rasa dia cuma pingsan, efeknya mungkin akan terasa saat dia siuman” Lisa ikut berjongkok di sampingku.

Aku meletakkan telapak tangan ke dada Haris, mencoba mencari detak jantungnya. Syukurlah, aku masih merasakan detak jantungnya yang berdenyut di tanganku. “Berapa lama lagi dia pingsan?”

“Sebentar lagi dia akan siuman, kita tunggu saja” Kata Lisa.

Beberapa menit kemudian tangan Haris bergerak-gerak di susul dengan kelopak matanya terbuka, Haris berusaha bangun kemudian memegang kepalanya “Kamu nggak apa-apa?” tanyaku panik.  

“Aku baik-baik saja.” Jawab Haris lirih sambil memijit pelipisnya.

“Kamu pusing? Kita kerumah sakit saja, aku takut kamu gegar otak” aku membantunya duduk dan bersandar di dinding.

“Nggak usah, aku hanya kaget dan sedikit pusing” Haris masih memegangi kepalanya.

“Aku buatkan teh hangat ya, siapa tahu bisa membantu rasa pusingmu” Lisa masuk ke dalam kos.

“Makasih Lisa” ucapku sedikit berteriak agar Lisa bisa mendengarnya.

“Iya” jawab Lisa samar-samar.

Aku kembali menatap Haris yang bersandar di dinding “Aku sungguh-sungguh minta maaf, aku nggak bermaksud membuatmu pingsan, sungguh…”

“Aku nggak apa-apa, Riana. Aku tahu kamu nggak bermaksud membuatku pingsan, aku hanya kaget saat kamu menyerangku dengan stun gun” kekeh Haris.

“Aku nggak menyerangmu ya, aku hanya nggak sengaja menyetrummu” aku berusaha menahan air mata yang akan keluar.

“Iya aku tahu” Haris menatapku yang berusaha menghapus jejak air mata “Sudah jangan nangis, wajahmu tambah jelek kalau menangis.” Aku hanya mendengus mendengar ucapannya.

Beberapa saat kemudian Lisa datang dengan membawa segelas teh panas lalu menyerahkannya ke Haris “Minum ini”

“Terima kasih” Haris menerima gelas itu dengan hati-hati.

“Kalau pusingmu tidak membaik juga lebih baik kamu kerumah sakit” Kata Lisa.

Haris meminum teh panas dengan berlahan “Ini saja cukup, aku nggak perlu ke rumah sakit”

“Lain kali Kamu harus lebih berhati-hati saat menggunakan stun gun, Riana. Kalau disalah gunakan benda itu  bisa sangat berbahaya dan bisa membunuh orang” Jelas Lisa.

Tanpa diberitahu pun aku akan lebih berhati-hati saat menggunakan stun gun karena aku sudah tahu cara menggunakan alat sialan itu yang sudah membuat Haris pingsan “Iya aku akan berhati-hati”

“Aku masuk dulu” beberapa saat kemudian Kepala Lisa muncul di ambang pintu “Riana, jangan biarkan pacarmu pulang mengendarai sepeda motor sendirian, motornya parkir saja disini nanti aku kasih tahu ibu kos kalau pacarmu tidak bisa membawa motornya pulang”

“Oke, Makasih Lisa.”

“Sama-sama, Riana” Jawab Lisa kemudian menutup pintu.

“Sebaiknya hari ini kamu istirahat saja, nggak usah nge-gym dulu” aku mengambil gelas kosong dari tangan Haris dan meletakkannya di atas meja.

“Kenapa aku nggak boleh nge-gym?” tanya Haris dengan wajah kalemnya.

“Kamu baru saja pingsan, tidak kah kau mengerti?” tanyaku prustasi.

“Ayolah, aku nggak akan sakit kalaupun olahraga hari ini” bujuk Haris setelah terdiam cukup lama saat melihat wajahku yang muram.

“Tapi aku akan sangat merasa bersalah kalau kamu benar-benar sakit” kataku dengan wajah memelas.

“Baiklah, aku akan mengikuti semua keinginanmu” Haris tak berkutik lagi saat aku menampilkan wajah memelasku, satu lagi kelemahannya yang aku ketahui dan akan kugunakan saat Haris mulai bersikap keras kepala seperti saat ini. Kelemahannya yang lain yaitu saat aku memperlihatkan wajah imutku, Haris tidak akan pernah bisa menolak permintaanku saat aku menunjukkan pesona yang tidak pernah kutunjukkan ke orang lain.

“Lebih baik kamu pulang sekarang dan tidur, supaya besok bisa kerja” aku mengambil ponsel dari tas dan memesankan Grab. Aku membantu Haris berdiri, keseimbangannya belum pulih sepenuhnya jadi dia berjalan agak sempoyongan. Mobil pesananku tiba beberapa saat kemudian, lalu aku menggiringnya dan membukakan pintu mobil “Tidur saja di rumah dan nikmati hari liburmu” perintahku kemudian menutup pintu mobil kembali.

Haris membuka kaca jendela “Terimakasih, sudah memperhatikan kesehatanku.”

“Sama-sama Haris, senang bisa membantumu.”

“Tunggu.” cegah Haris ketika aku beranjak dari sisi mobil.

 “Ada apa?” aku kembali ke sisi mobil.

“Sebenarnya hari ini aku pengen ngajak kamu jalan-jalan, kalau aku memaksakan diri nanti malah di omelin. Gimana kalau besok aku jemput kamu makan siang bareng? Kamu nggak ada jadwal kuliah kan?”

“Aku ada kuliah jam 10, Kamu bisa jemput aku di kampus saat makan siang.”

“Nanti aku antar kamu ke kampus sekalian mengambil motorku di sini.” Haris menunjuk motornya yang terparkir di garasi dengan dagu.

“Nggak perlu, bukannya pagi-pagi sekali kamu harus ke kantor?” Besok aku perlu mengirimkan dress itu sebelum ke kampus, tidak mungkin aku melibatkan Haris dalam masalah ini.

“Ya sudah kita ketemu saat makan siang saja. Nggak usah naik motor, nanti setelah makan langsung aku antar pulang.”

“Aku masuk dulu.” aku meninggalkan Haris tanpa membalas kata-katanya, kalau aku meladeninya ngobrol, yang ada dia nggak bakalan pulang.

“Jangan lupa besok nggak usah pake motor kekampus.” Aku tidak menghiraukan kata-katanya dan masuk ke dalam kos.

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!