APLIKASI JODOH

Dan sekarang aku sedang meratapi nasib sialku sambil menyantap spaghetti buatan Nita. Kami segera membereskan piring-piring kotor dan mencucinya di wastafel kamar mandi.

“Nah coba cerita apa yang terjadi?” tanya Nita ketika kami duduk lesehan sambil memakan buah yang sudah aku potong-potong.

“Lo kenal Rudi kan anaknya tante Wida?” aku menusuk potongan semangka dengan garpu dan memasukkannya ke mulut.

“Si mata keranjang itu?” alis Nita naik sampai kerambut.

“Iya, nyokap mau menjodohkan gue dengan buaya sialan itu”

“Oh NOOO” teriak Nita sambil menunjuk-nunjukkan garpunya kearahku “Jangan bilang lo nerima perjodohan itu? biarpun gue dikasih gunungan emas komlit dengan istana berlapis emas, gue gak bakalan nikah sama bajingan yang suka mempermainkan perempuan. Apalagi model kayak Rudi, bisa makan hati gue” gerutu Nita.

“Siapa yang bilang gue nerima” sahutku ketus “Tadi malam gue panik banget begitu tahu siapa yang di jodohin sama gue, gue sampe nelpon abang minta bala bantuan saat mama memberikan titahnya”

“Tanggapan abang gimana?” Nita menusuk buah Melon dan memasukannya ke dalam mulut.

“Abang juga nggak setuju, tapi masalahnya bukan itu…” ucapku panik.

“Apa lagi masalahnya?” wajah Nita terlihat lempeng “Kalau abang lo juga nggak setuju dan protes sama nyokap lo, masalahnya bereskan?”

“Masalahnya nyokap tetap nyuruh gue nikah dan dalam waktu setahun gue harus memperkenalkan seseorang, kalo nggak gue bakalan dijodohin lagi” Nita malah mentertawakan ucapanku.

“Maksud lo, elo harus membawa pacar gitu supaya nggak di jodohin” ucapnya di sela-sela tawanya.

“Iya lo tahu sendiri gue sekarang nggak punya pacar atau siapapun yang bisa gue kenalin sama nyokap” ucapku cemberut.

“Bukannya gak ada Riana, tapi belum”

“Sama aja kan?”

“Ya beda lah, elo belum ketemu aja sama jodoh lo” jelas Nita.

“Sekarang gue harus gimana?” tanyaku bingung.

“Carilah gitu aja kok repot”

“Caranya?”

Nita langsung menepuk jidatnya begitu mendengar pertanyaanku “Dasar kuper, gitu aja masa nggak tahu”

“Elo kan tahu cuma  elo temen gue, dari dulu tiap gue mau jalan sama teman-teman gue pasti nggak di bolehin, keluar malam nggak boleh, traktir teman makan nggak boleh, jalan ke mall aja kalo nggak sama elo atau sama abang juga nggak boleh. Gue sampe di musuhin satu sekolah gara-gara nekat ikut ke mall dan nyokap langsung melabrak teman-teman gue. Gimana gue bisa punya pacar?" gerutuku.

“Benar juga sih” Nita manggut-manggut.

“Kita aja bisa temenan karena elo anaknya teman arisan mama kan?” jelasku.

“Gue sebenarnya pengen ngenalin lo sama geng rusuh, tapi…” Nita terlihat berpikir keras seperti sedang memecahkan soal logaritma “… kayaknya nggak deh lo terlalu polos, gue juga takut sama nyokap lo yang garang itu” lanjutnya.

“Geng rusuh?” tanyaku bingung.

“Teman-teman SMA gue, kami berusaha meluangkan waktu untuk bertemu di sela-sela kesibukan”

“Enaknya gue juga pengen kayak gitu” sahutku lesu.

Nita seperti teringat sesuatu “Hei gimana kalo lo cari teman lewat daring” usul Nita.

“Maksud lo lewat facebook gitu” seruku nggak percaya Nita bakalan mengajukan usul itu.

 “Bukan. Facebook mah sudah ketinggalan jaman, lagian aplikasi kayak gitu nggak bisa di percaya antara profil sama kenyataannya”

“Terus apa dong? WhatsApp? Instagram? atau Line? Itu mah bukan usul” gerutuku. Jaman sekarang semua orang juga punya akun-akun itu, dari anak bayi sampai kakek-kakek. Bahkan hewan peliharaan pun di buatkan akun instagram. Itukan akun sejuta umat.

“Lo tahu nggak gue ketemu Rogi dimana?”

aku mengedikkan bahu mendengar pertanyaan Nita “Dimana?” tanyaku malas “Pasti di mall” lanjutku lirih.

“Bukan. Gue ketemu Rogi lewat daring” sanggah Nita.

Mataku langsung membulat mendengar itu, rasa tidak percaya terlihat jelas dari raut wajahku. HEH kok bisa?

“Kagetkan lo, gue bisa bertemu berlian di dunia maya” Nita mentertawakan ekspresiku.

“Tapi Ta kalo ketahuan nyokap gimana? Nyokap kan paling nggak suka gue nyari teman lewat daring. Gue bisa di sekap di menara gading kayak Rapunzel”

“Lebay lo” Nita menoyor kepalaku.

“Ini beneran lo Ta! kalo sampai nyokap tahu, gue bakalan di seret balik ke Jakarta” seruku.

“Ya jangan sampai nyonya besar tahu lah, bukan lo aja yang mampus gue juga bakalan batal nikah gara-gara nyokap lo ngadu” Nita mengambil ponselnya yang ada di dalam tas “Coba lo download aplikasi ini” Nita memperlihatkan layar ponselnya kearahku.

“Apaan nih?” aku menatap layar yang ditunjukan Nita “ini seperti blind date gitu?”

“Bisa di bilang begitu, kalo mau menggunakan aplikasi ini, lo harus meng input data yang sebenarnya seperti nama, umur, tinggi badan, berat badan, pekerjaan, hobi dan yang paling penting harus meng upload foto wajah lo yang imut-imut itu. Aplikasi ini juga bisa mendeteksi akun palsu atau fiktif, jadi lo nggak perlu khawatir akunnya palsu atau foto profilnya beda sama kenyataannya” jelas Nita panjang lebar seperti mbak-mbak SPG yang lagi promosi kosmetik di mall. Aku hanya manggut-manggut mendengarkan penjelasan Nita sambil menatap layar ponsel.

“Nggak usah serius gitu, dunia belum kiamat kalaupun elo nikah sekarang, mendingan kita jalan-jalan mumpung gue ada di sini”

“Siapa juga yang mau nikah sekarang”sahutku sambil melotot.

“Yaelah, nggak usah sensi gitu. Lo lagi dapet ya?” Nita mulai membereskan piring dan gelas kotor lalu membawanya ke dapur untuk di cuci. Begitu Nita hilang dari pandangan, aku merebahkan diri di kasur empuk kesayanganku dan memejamkan mata, bermaksud melanjutkan tidurku yang terganggu.

“Yah malah tidur, bangun kebo” teriak Nita sambil menarik kakiku dari kasur dan menyebabkan pantatku mencium lantai keramik yang keras.

“Hadoohh” aku berdiri sambil menggosok-gosok pantatku dengan tangan lalu memelototi Nita yang cuma nyengir kuda.

“Peace ya gue nggak mau bertengkar sama lo, dari pada lo ngetem di kamar terus baik nemenin gue jalan-jalan” Nita langsung mendongak dan merentangkan tangannya, dia memejamkan mata lalu berputar-putar seperti penari balet yang lagi kesurupan “Gue pengen menikmati liburan yang cuma sebentar ini dan menikmati udara segar yang Jogja tawarkan” ucap Nita di sela-sela nafasnya. Aku cuma cekikikan melihat kelakuan Nita.

 

 

Sudah hampir tengah malam saat kami tiba di kos-kosan. Aku tak tahu kalau jalan-jalan ternyata mengasikkan sekali, banyak tempat-tempat tongkrongan yang patut di kunjungi seperti Heha sky View serta wisata kuliner yang bisa membuat perut membuncit. Huh, aku harus nge-gym besok. sepertinya dengan sit up seratus kali pun tidak bakalan bisa mengecilkan perutku yang mulai membesar karena kebanyakan makan.

Sejak tiba di kota ini aku memang belum pernah jalan-jalan mengelilingi kota, bahkan Nita sampai melotot mendengarnya. Mau bagaimana lagi, fokusku saat itu cuma mencari pekerjaan dan menulis, mana sempat aku jalan-jalan. Sungguh nak! Kasihan sekali hidupmu tidak bisa menikmati indahnya dunia kata Nita sambil mengelus-elus kepalaku dengan mimik prihatin saat mendengar penuturanku tadi siang.

Aku duduk di balkon menikmati semilir angin malam yang bisa membuat orang menggigil kedinginan. Bintang-bintang bertaburan menghiasi gelapnya malam yang kelam menemaniku malam ini. Aku tidak tahu suasana gelap seperti ini akan indah bila ditemani titik-titik cahaya. Aku sengaja mematikan lampu kamar supaya bisa menikmati taburan bintang dan cahaya bulan yang menyinari malam. Jika dianalogikan malam yang gelap itu adalah aku dan taburan bintang itu adalah teman-temanku, apakah aku menginginkan bintang-bintang itu menghiasi hidupku juga? Ya aku ingin. Tapi bagaimana caranya? Atau apakah aku hanya perlu mencari satu sinar yang terang-benderang seperti sinar rembulan dan cukup puas hanya memiliki satu bintang?

Mungkin aku sudah cukup puas dengan satu bintang yang menghiasi malamku dan aku ingin mencari rembulanku yang entah berada di mana?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!