Bila mengelus-elus perutnya yang buncit setelah dia menghabiskan dua porsi pecel lele. Jeff yang melihat kelakuan kekasihnya itu kembali terkekeh.
“Masih mau makanan lain?” sindir Jeff. Bila menggeleng lemah, rasanya dia sangat lelah karena makan. Ingin sekali dia memejamkan mata dan masuk ke alam mimpi saat ini.
“Jadi, kencannya batal nih?” tanya Jeff karena pagi tadi Bila sangat antusias untuk berkencan, tapi lihatlah saat ini betapa lemasnya Bila.
“Jadi dong! Kita kan udah sepakat.” Bila spontan mendudukkan dirinya dengan tegak. Saat ini Jeff tengah melajukan mobilnya ke tempat di mana orang-orang biasa menghabiskan waktu dengan kekasihnya.
Sebuah taman. Awalnya dia akan pergi ke pasar malam, tapi dia ingat ini belum terlalu malam. Dia akan pergi ke taman, malam nanti dia akan mengajak Bila ke pasar malam.
“Di sana! Aku mau itu.” Bila menunjuk penjual permen kapas setelah mereka tiba di taman. Banyak orang berlalu lalang. Dia tahu jika Bila tak menyukai keramaian, tapi Bila juga harus membiasakan diri agar tak menjadi kebiasaan hidup sendiri.
Mereka keluar dari mobil. Bila berlari terlebih dulu ke arah penjual permen kapas itu. Sementara Jeff hanya mengekor dari belakang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Bila.
Dia tak menyangka akan mendapatkan kekasih yang jauh lebih muda dari dia.
“Ini berapa Pak?” tanya Bila pada penjual permen kapas itu.
“Lima ribu, Neng. Mau berapa?”
“Mau dua ya,” ucap Bila semangat.
“Jangan terlalu banyak makan manis.” Jeff memberikan peringatan pada Bila saat dia tiba di sana. Namun, meski begitu Jeff tak melarang Bila membeli dua permen kapas. Dia juga mengeluarkan uang lima puluh ribuan.
“Ini, Pak.” Jeff menyodorkan uang itu pada si Bapak penjual.
“Ini kembaliannya.”
“Terima kasih, Pak.” Jeff menggandeng lengan Bila untuk mencari tempat duduk. Tak baik makan sambil berdiri.
Sementara Bila masih anteng dengan permen kapas yang ada di kedua tangannya. Dia tak peduli Jeff akan membawanya ke mana. Dunianya saat ini adalah permen kapas.
“Duduk!” Bila dengan patuh hanya duduk kemudian memakan permen kapas itu.
“Kamu gak akan bagi aku?” tanya Jeff yang melihat Bila seperti tak ada tanda-tanda akan memberinya.
“Kenapa tadi kamu gak beli? Ini kan punya aku,” ucap Bila.
“Aku kira kamu beli dua yang satunya buat aku.” Bila merenggut. Dia menatap permen kapasnya dengan sendu. Dia kira Jeff tak akan menginginkannya.
Tak rela jika dia harus membaginya dengan Jeff. Namun dengan berat hati dia memberikan satu permen kapas pada kekasihnya itu.
“Makasih,” ucap Jeff setelah menerima pemberian Bila. Bila masih menatap permen kapas yang saat ini ada di genggaman Jeff dengan pandangan tak rela.
Jeff yang menyadari itu terkekeh geli. Sebenarnya dia juga tak begitu menginginkannya. Tapi, menggoda Bila sudah menjadi hobby baru baginya.
Jeff terbahak hingga Bila menatapnya dengan aneh. “Habiskan dulu yang itu. Aku pegang yang ini. Tenang, gak bakal aku makan kok,” ucap Jeff.
Senyum Bila mengembang setelah mendengar penuturan Jeff. Akhirnya dia bisa makan permen kapas dengan tenang tanpa harus merasa sedih.
Satu kata yang terlintas dalam benak Jeff saat dia melihat Bila makan. Lucu. Jeff tak henti-henti memandangi Bila. Tapi bila juga tak henti-henti mengagumi kelezatan permen kapas itu.
“Habis!! Mana yang satunya?” Bila merebut permen kapas yang satunya setelah permen kapas yang ada di tangannya habis.
“Ini yang katanya gak mau makanan lain?” sindir Jeff. Dia masih ingat betul bagaimana Bila menggeleng saat dia tawari makanan lain. Tapi, lihatlah sekarang ini.
“Ishh diam ah. Aku lapar.” Mudah sekali gadis itu merasa lapar.
Setelah selesai dengan makanannya, Bila dan Jeff kembali berjalan-jalan. Hari semakin gelap, namun Jeff tak kunjung mengajak Bila pulang.
“Mau ke pasar malam gak?” tanya Jeff dia ingat di sekitar sana ada pasar malam.
Bila mengangguk dengan semangat. Membayangkannya saja sudah membuat dia merasa senang. Apalagi jika dia berada di sana.
“Oke, ayo!” Mereka kembali ke mobil mereka kemudian melaju ke tempat di mana pasar malam itu berada.
****
Sangat ramai. Lagi-lagi Jeff membawanya ke tempat yang banyak orang. Bila memang tak menyukainya. Tapi ketika bersama Jeff dia merasa berbeda. Dia hanya merasakan keberadaan mereka berdua meski di sana banyak orang.
Bila dan Jeff menyusuri setiap tempat yang ada di pasar malam itu. Aneka makanan, barang dan yang lainnya ada di sana.
Tapi bukan itu yang menarik perhatian Bila. Melainkan bianglala yang sedang berputar. Matanya berbinar menandakan dia ingin sekali berada di sana.
“Mau naik?” tawar Jeff. Dia sudah melihat ketertarikan Bila pada wahana itu sejak mereka menginjakan kakinya di sana.
Bila mengangguk dengan semangat. Bagaimana bisa dia menolak tawaran itu.
“Tapi kamu naik sendiri ya?” Bila melayangkan tatapan horornya saat Jeff berkata demikian.
“Kalau aku muntah di atas gimana? Kalau aku takut gimana? Terus nanti kalau aku nangis gimana?” Jeff dihujami berbagai macam pertanyaan setelah dia meminta Bila untuk naik sendiri.
“Kalau gitu gak usah naik,” jawab Jeff santai yang langsung dihadiahi tatapan mengerikan dari Bila.
“Tahu gitu tadi gak usah nawarin!” kesalnya. Bila pergi dari hadapan Jeff. Berjalan tanpa tentu tujuan.
Jeff sepenuhnya hanya bercanda. Buktinya saat ini dia tertawa terbahak-bahak karena berhasil menjahili kekasihnya.
Jeff mengejar Bila. Entah langkah bila yang pendek atau langkah Jeff yang terlalu besar, tapi kini Jeff sudah ada di sampingnya.
“Aku bercanda, ayo naik!” ajak Jeff.
“Kenapa lucu sekali sih?” Jeff mencubit gemas pipi Bila yang gembul. Dia menarik tangan Bila berbelok arah untuk menuju wahana yang gadis itu inginkan tadi.
Bila masih menekuk wajahnya karena kesal. Dia hanya diam saat Jeff bertanya ini dan itu hingga kini giliran mereka untuk naik.
Mereka duduk berlawanan arah agar sangkarnya seimbang. Bila mulai mengembangkan senyumnya saat posisi mereka kini berada di paling atas.
“Ini sangat menyenangkan,” ucapnya girang. Jeff yang melihat itu juga ikut tersenyum geli.
“Kamu gak nangis? Bukannya tadi bilang mau nangis?” sindir Jeff.
“Diam ah, kenapa kamu selalu ngungkit yang udah terjadi sih,” kesalnya. Bila memilih mengabaikan Jeff dengan segala kejahilannya. Dia menikmati suasana malam dari atas sini dan itu sangat mengagumkan.
“Senang?” tanya Jeff. Bila mengangguk antusias. Bagaimana dia tak senang.
“Sudah lama aku menginginkannya, tapi baru ini kesampaian,” adunya.
“Kalau sangat menginginkannya kenapa baru naik sekarang?” tanya Jeff.
“Kamu tahu, aku gak punya teman. Gak akan seru kan kalau naik sendiri? Seperti orang gila saja aku,” ucapnya.
Jeff baru paham setelah Bila menjelaskannya.
“Kalau gitu, kamu bisa ajak aku kalau kamu ingin sesuatu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments