Ramai. Itulah kata yang menggambarkan keadaan pusat perbelanjaan saat ini. Meskipun memang pusat perbelanjaan jarang sepi, tapi kali ini terasa sangat ramai.
“Ahh sesak banget. Aku gak suka,” ucap Bila yang tak sengaja terdengar oleh Jeff.
“Apanya yang tak suka?” tanya Jeff. Pasalnya dia tak melihat apapun yang aneh di sekitarnya.
“Ini, suasana ramai. Aku sangat tak suka.” Mungkin karena Bila terbiasa berdiam diri di kamarnya sendiri, jadi dia merasa aneh dengan pemandangan sekarang.
Tapi meski begitu, gadis itu tetap mendorong troli dan mengarah ke rak yang memang dia tuju. Rak sayur, buah dan rak makanan ringan lainnya.
“Kamu mau beli apa?” tanya Bila membalikan badannya menatap Jeff yang berada di belakangnya.
“Aku hanya mau beli sayuran. Kamu mau apa?” Jeff balik bertanya. Mereka masih berputar-putar dalam mall itu mencari apa saja yang mereka butuhkan.
“Jangan tanya aku. Atau aku akan membeli semua yang aku mau,” ancam Bila.
“Belilah. Aku akan bayar semuanya.”
“Kamu lagi?” tanya Bila.
“Tentu saja. Memangnya siapa lagi?” tanya Jeff.
“Bapak udah bayarin baju aku kemarin. Masa sekarang Bapak yang bayar lagi,” ujar Bila. Jeff memandang Bila kesal, pasalnya gadis itu masih memanggilnya ‘Bapak’.
“Gak ada panggilan lain buat aku?” lirih Jeff dengan mata dibuat membulat dan berbinar.
“Apa? Aku nyaman memanggil Bapak, Bapak. Lagi pula apa salahnya?”
Jeff menghela napas. Dia mengalah pada akhirnya karena Bila sudah mengatakan kata kuncinya yaitu ‘nyaman’.
Troli yang semula kosong kini terisi penuh dengan berbagai macam makanan dan yang lainnya yang memang mereka perlukan.
“Emang kamu bakal sering main ke apartemenku?” tanya Jeff.
“Emangnya kenapa?”
“Siapa yang akan habisin ini kalau kamu gak datang?”
“Ya Bapak lah, siapa lagi?” Jeff menggeleng diiringi dengan senyumannya.
“Aku gak makan banyak dan gak makan makanan kaya gini,” tunjuk Jeff pada semua isi troli yang didominasi oleh makanan ringan yang dipilih Bila.
Kali ini Bila yang menghela napas. “Maaf, aku gak tahu apa yang kamu suka.” Setelah berkata demikian, kini Jeff yang merasa bersalah.
“Bukan begitu, aku suka tapi aku jarang memakannya. Jadi kamu harus sering main ke apartemen,” ucap Jeff menenangkan Bila.
Bila kembali tersenyum dan mengangguk. “Kapan Bapak akan ke rumah aku?” Bila akhirnya menagih ucapan Jeff beberapa jam lalu.
“Kalau besok boleh ya ayo.” Jeff menyetujuinya, tapi sebenarnya dia belum siap karena dia belum meminta bantuan pada Kakeknya.
“Enggak, besok orang tua aku benar-benar gak ada di rumah. Mungkin hari minggu mereka akan pulang.” Jeff mengangguk mengerti.
Setelah selesai dengan urusannya mereka kembali ke apartemen Jeff. Bila telah setuju untuk pulang dari sana malam hari. Dia juga telah memberi tahu Bi Inah di rumahnya.
Tak ada lagi kegiatan yang mereka lakukan setelahnya. Hanya berbaring di ranjang, saling memeluk dan berciuman. Bukankah ini adalah malam yang indah.
“Ahhh andai kita bisa seperti ini semalaman.” Jeff merentangkan tangannya, meregangkan badannya berharap rasa pegal di badannya bisa berkurang.
“Aku ke sini lagi besok,” ucap Bila. Entah bagaimanapun dia merasa sangat nyaman di sana. Entah itu di sekolah atau di apartemen, dia merasa nyaman bersama dengan Jeff.
****
Hari ini adalah dua hari sebelum Jeff akan menemui orang tua Bila. Sengaja dia datang ke tempat ini karena memang dia membutuhkannya.
“Ada maunya lagi kan?” tanya pria tua yang kini berhadapan dengan Jeff.
Jeff mengangkat cangkir kopinya dan meminumnya. “Kakek tahu aja.” Ya, di sanalah Jeff. Di rumah Kakeknya, rumah yang menjadi tempatnya mengeluh daripada rumah orang tuanya.
“Kenapa lagi? Masih tentang gadis itu? Bukannya waktu itu kamu bilang semuanya sudah beres?” Jeff memang sudah mengatakan pada kakeknya bahwa gadis itu telah menjadi miliknya.
“Iya, dia sudah jadi milik aku tapi dua hari kedepan aku berencana akan menemui keluarganya.” Ucapan Jeff membuat kakeknya terkejut, bahkan dia hampir tersedak kopi yaang tenga dia minum.
“Kenapa buru-buru sekali?” tanya Kakeknya.
“Ya gimana? Kakek tahu sendiri bagaimana anak muda jaman sekarang.” Bukannya takut, Jeff malah buka-bukaan pada Kakeknya.
“Jadi kamu serius sama anak ini? Gak takut?” Jeff menaikan sebelah alisnya dengan pertanyaan Kakeknya.
“Maksud Kakek takut apanya?” tanya Jeff.
“Kamu tahu kan gimana mulut orang-orang. Umur kamu sama dia jauh banget loh, Jeff. Kamu gak takut bakal disebut pedofil?” Kakeknya menjelaskan. Jeff akhirnya bisa menangkap maksud Kakeknya.
“Aku gak peduli apa kata orang, Kek. Yang penting aku bisa bahagiain dia kan?” tanya Jeff.
Kakeknya mengangguk mendengar keberanian sang Cucu. “Bagus, kalau gitu Kakek bakal urus semuanya.”
****
Dua hari itu berlalu begitu cepat. Entah karena Jeff sudah menantikan hari ini atau karena dia sibuk dua hari ini.
Jeff menghela napasnya sebelum masuk ke rumah Bila. Rumah yang terbilang mewah itu sangat cocok dengan Bila yang juga terlihat mewah.
Tadi setelah Jeff datang ke rumah Bila, Jeff meminta agar Bila menjemputnya di depan. Bukan apa-apa, dia hanya ingin meminta sedikit dukungan dari kekasihnya itu agar tak terlalu gugup.
“Ayo masu,” ajak Bila sambil menarik tangan Jeff untuk memasuki rumahnya. Di sana, di ruang tamu kedua orang tuanya sudah duduk dengan rapi menantikan kedatangan pria yang katanya adalah kekasih putrinya.
“Ayah, Bunda kenalin ini Pak Jeff. Pacarnya Bila,” ucap Bila mengenalkan Jeff pada kedua orang tuanya.
“Duduk,” ucap Ayah Bila. Wajahnya terlihat sangat kaku sebelumnya hingga kini dia mengembangkan senyum ramah dan menjamu Jeff dengan baik.
“Pagi Om, Tante. Maaf saya bertamu pagi-pagi gini,” ucap Jeff.
“Gapapa. Kita senang kok kedatangan tamu kaya kamu.” Bukan Bunda yang menjawabnya melainkan Ayahnya.
“Kamu Gurunya Bila kan? Guru Bahasa Inggris?” Kali ini Bunda mengambil alih.
“Iya Tante. Kita bertemu lagi,” jawab Jeff.
“Ohh jadi ini yang dikatakan Tuan Adhinata? Tampan.” Jeff kira, Bunda Bila akan memarahinya karena memacari anak muridnya sendiri.
“Tahu gitu waktu itu saya langsung titipin aja sama cucu Tuan Adhinata, bukan sama Jeff si Guru Bahasa Inggris itu,” kekeh Bunda Bila.
Semua orang yang ada di sana tertawa. Bila juga merasa sangat senang karena Jeff mendapat sambutan hangat dari orang tuanya.
Bila tak mengetahui jika sebelum orang tuanya bertemu dengan Jeff, Tuan Adhinata yang tak lain adalah Kakeknya Jeff sudah terlebih dulu mengatakan pada orang tuanya bahwa cucunya itu menyukai Bila dan akan menemui mereka.
“Jadi, sudah berapa lama kalian berpacaran?” tanya Bunda.
“Belum lama, Tan. Mungkin ada dua minggu,” jawab Jeff. Mereka mengangguk.
“Kamu serius kan sama anak saya?” Tiba-tiba suasana menegang begitu pertanyaan itu muncul.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments