Jeff merasa baru kali ini dan mendapatkan pertanyaan yang mampu membuatnya ketakutan. Entah karena memang dia belum sepenuhnya sayang pada Bila atau memang dia takut tak bisa membahagiakan gadis itu. Intinya dia merasa sangat ketakutan.
Tapi dia saat ini dia hanya harus yakin bahwa dia bisa membahagiakan Bila. Bila memegang erat tangan Jeff berusaha memberikan ketenangan pada kekasihnya itu.
“Saya serius, Om.” Akhirnya dia bisa menjawab pertanyaan keramat itu.
Semuanya bernapas lega setelah Jeff berkata demikian. Mereka semua tersenyum tenang.
“Oke, Om dan Tante harap kamu bisa menjaga Bila untuk kita.” Jeff mengangguk semangat. Tanpa diperintahkan pun dia akan melakukan hal itu.
“Jadi benar kamu cucu Tuan Adhinata?” tanya Ayah Bila penasaran. Pasalnya beberapa saat lalu atasannya itu menelponnya dan mengatakan jika cucunya ingin menemuinya.
“Iya, Om. Apa Kakek mengatakannya?” tanya Jeff penasaran.
“Tentu saja dia mengatakannya. Bahkan dia mengatakan lebih daripada itu.” Jeff mulai gelisah dia takut dengan apa yang dikatakan Kakeknya pada Ayah Bila.
“Dia mengatakan jika Cucunya mencintai putriku,” lanjutnya. Akhirnya Jeff bernapas lega setelah mendengar kelanjutannya.
“Setelah ini rencana kalian mau ke mana?” tanya Bunda Bila. Bila menoleh pada Jeff meminta pendapatnya.
“Mungkin kita akan pergi ke perpustakaan, Tan. Sebentar lagi kan Bila akan melakukan Olimpiade dan saya yang bertanggung jawab tentang itu.”
“Kenapa perpustakaan. Gak ada tahu orang yang berkencan di perpustakaan,” rajuk Bila. Dia mencebikkan bibirnya mendengar jawaban Jeff.
“Emang siapa yang mau kencan?” goda Jeff diiringi dengan kekehan dari kedua orang tua Bila.
Bila tambah kesal karena godaan kekasihnya itu. Awalnya dia akan pergi meninggalkan orang-orang di sana sebelum tangannya dicekal oleh Jeff.
“Iya iya becanda. Nanti kita kencan ya.” Jeff mengelus surai Bila sayang. Mungkin menggoda Bila akan menjadi kebiasaan baru yang menyenangkan baginya.
“Ya sudah, sana berangkat kalau mau kencan. Bunda sama Ayah mau ke kantor, masih ada sesuatu yang harus kita kerjakan,” ujar Bunda.
Kali ini entah kenapa Bila merasa senang karena orang tuanya akan pergi bekerja. Biasanya dia akan misuh-misuh dan merasa kesal sendiri.
Bila mengangguk semangat menjawab Bundanya. “Hati-hati di jalan, Bunda, Ayah,” ucapnya sambil melambaikan tangan.
“Bahagia sekali kamu akan kami tinggalkan,” sindir Ayah Bila. Bila terkekeh.
“Sekarang Bila gak akan kesepian lagi kalau kalian bekerja, karena ada Pak Jeff,” ucapnya sombong.
“Iya yang punya Pak Guru kesayangan.” Bunda Bila juga ikut menyindir putrinya sebelum mereka meninggalkan sepasang kekasih itu di sana.
“Jadi kita benar-benar akan pergi ke Perpustakaan?” tanya Bila memastikan. Matanya berbinar berharap Jeff tidak menganggukkan kepalanya.
“Mungkin kamu berharap aku akan menggeleng, kan? Tapi sayangnya kita harus pergi ke sana, Sayang.” Jeff mengusak rambut Bila gemas melihat gadis itu terlihat seperti putus asa.
“Ayo!” ajak Jeff menggandeng tangan Bila menuju ke luar.
“Ihh tunggu sebentar. Aku harus mengambil tasku di kamar,” ucapnya sambil melepaskan pegangan tangan Jeff di lengannya.
Jeff tersenyum dan mengangguk. Dia kembali duduk menunggu Bila selesai dengan urusannya.
Tangannya terulur mengambil ponsel di saku celananya saat terasa ponsel itu bergetar. Dia melihat beberapa pesan yang masuk ke sana. Mulai dari Kepala Sekolah, Kakeknya dan yang paling membuatnya tertarik adalah pesan dari Laras.
“Aku belum lepasin kamu ya.” Begitulah kiranya isi pesan dari mantan kekasihnya itu. Awalnya Jeff akan membalas pesan itu, tapi kedatangan Bila membuat dia harus mengurungkan niatnya.
“Ayo!” ucap Bila. Rupanya dia tak hanya mengambil tas saja. Dia juga mengganti bajunya, mengenakan kaos dilapisi dengan kemeja. Untuk bawahannya dia hanya mengenakan hot pants saja.
Jeff berdiri dan beriringan berjalan menuju ke arah mobil Jeff. Mereka terlihat seperti sebaya. Entah wajah Jeff yang terlihat muda atau sebaliknya, namun usia mereka tak terlihat terpaut jauh. Itulah keuntungannya.
Orang-orang tak akan mengira jika mereka adalah Guru dan Murid. Mereka berdua terlihat seperti sepasang mahasiswa yang sedang dimabuk asmara.
“Tapi habis belajar kita akan kencan kan?” Bila menoleh pada orang di sampingnya.
“Tentu saja. Kalau kamu mau kita akan pergi.” Senyum cerah terukir di wajah Bila setelah dia mendapatkan jawaban yang dia inginkan.
“Yeyyyyy.” Senyum itu tak pernah luntur dari wajah Bila dan Jeff harap dia akan selalu bisa melihat senyum itu di mana dan kapanpun.
Mereka tiba d tempat tujuan mereka setelah berkendara kurang lebih tiga puluh menit. Bila kini sedang memejamkan matanya. Setelah dia terlihat senang karena akan pergi berkencan setelah bimbingannya nanti, gadis itu terlelap dengan nyenyak hingga Jeff tak tega akan membangunkan gadis itu.
Namun, saat ini dia memang harus membangunkannya karena mereka telah tiba. Tak mungkin kan mereka akan terus diam di dalam mobil sampai Bila terbangun.
“Bil, bangun kita udah nyampe,” bisik Jeff. Dia membangunkan Bila dengan lembut takut akan mengejutkan Bila jika dia membangunkannya dengan keras.
Bukan hanya suaranya yang lembut, Jeff juga mengelus kepala Bila dengan lembut memberikan rangsangan agar gadis itu lekas terbangun.
“Eenghh.” Bila menggeliat dan membuka matanya perlahan. Silau. Itulah yang dia rasakan ketika akan membuka matanya.
“Sudah sampai?” tanya Bila. Dia mengedarkan pandangannya saat sudah sepenuhnya sadar.
“Iya, kita sudah sampai. Mau keluar sekarang?” Kali ini Jeff yang bertanya.
“Sebentar,” lirih Bila. Gadis itu memejamkan matanya berusaha benar-benar bangun dari tidurnya. Setelah beberapa saat, gadis itu kembali membuka matanya.
“Ayo,” ucapnya setelah yakin sudah sadar sepenuhnya.
Jeff mengangguk dan membuka pintu mobilnya. Bila juga sama setelah sebelumnya dia meraih tasnya yang ada di kursi belakang.
Suasana Perpustakaan tak begitu ramai. Miris sekali, minat baca remaja masa kini sepertinya harus diperbaiki. Karena bisa terlihat Perpustakaan itu kosong, hanya ada satu atau dua orang saja.
Mereka memilih tempat duduk yang nyaman. Di pojokan ruangan. Sebenarnya bukan tempat yang nyaman bagi Bila, tapi itu adalah tempat yang strategis bagi Jeff. Ya, kalian tahu lah.
“Sampai mana kita kemarin?” tanya Jeff. Dia ingat, hanya saja dia ingin menguji seberapa kuat ingatan Bila.
“Sampai sini.” Dengan lantang Bila menjawab dan membuka bukunya. Dia memang selalu mencatat apa yang menurutnya penting dan harus diingat.
Mereka membahas banyak materi. Tanpa Raveno, tentu saja Jeff merasa lebih bebas karena dia bisa berbuat apapun dengan Bila.
“Pak, aku lapar,” keluh Bila disela sesi belajarnya. Jeff juga baru ingat jika mereka belum mengisi perut mereka sedari pagi.
“Sebentar lagi, setelah ini kita makan,” jawab Jeff. Bukannya tak ingin menuruti keinginan Bila, tapi dia malas jika sepulang makan harus kembali ke sini. Jadi lebih baik mereka menyelesaikan sesi belajar mereka sebelum makan.
“Ehh lo di sini juga?” tanya seseorang dengan suara baritonnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments