Bila terus saja menarik bajunya agar bokongnya tak tercetak jelas. Sedari kelas, dia terus saja melakukan hal yang sama. Dia berusaha menutup telinganya dan tak mendengarkan apa yang dikatakan orang-orang.
“Udah gak usah dengerin mereka.” Stevani menarik tangan Bila menuju lapangan. Meskipun Stevani telah memberikan peringatan seperti itu, tapi tetap saja Bila merasa sangat malu.
Banyak sekali ucapan teman-temannya yang terasa sangat menyayat hatinya. Tapi Bila berusaha mengabaikan semua itu.
“Oke anak-anak, hari ini karena saya ada rapat di luar sekolah, kalian olah raga sendiri. Apapun itu asal jangan masuk kelas selama kelas olah raga berlangsung,” ucap Guru Olah raga.
Bila merasa sedikit tenang, karena dia bisa pergi menjauhi teman-temannya jika Guru Olah raganya tak ada.
Bila hendak pergi dari sana tanpa sepengetahuan siapapun, tapi rencananya itu gagal ketika sebuah suara menginterupsinya.
“Eh anak baru! Mau ke mana? Gak dengar kata Guru tadi?!” Bila menghentikan langkahnya dengan jantung yang berdetak. Dia takut untuk sekedar membalikkan badannya.
“Heh, jaga mulut lo ya!” Stevani ikut membentak ketika Bila dibentak oleh teman kelasnya itu.
Bila berbalik dan memegang lengan Stevani untuk menenangkan gadis itu. “Gak apa-apa. Gue ikut olah raga,” ucap Bila pada akhirnya.
Mereka mulai bermain. Pada awalnya, mereka bermain dengan normal hingga pada akhirnya permainan itu mulai menjadi kacau. Mereka mulai melempari Bila dengan bole.
Gadis itu mengangkat tangannya untuk menghalangi wajahnya agar tak terkena lemparan bola. Namun, hal itu tak berlangsung lama karena bola itu akhirnya mengenai kepala Bila dengan sangat keras.
“Bila!!” Stevani berlari untuk menolong temannya. Namun dia terdahului oleh seseorang. Seorang pria tampan yang berpenampilan rapi.
“Pak Jeff.” Seluruh isi lapangan berteriak saat Jeff mulai menggendong Bila. Ya gadis itu pingsan dan darah segar keluar dari hidungnya.
“Kalian di sekolah untuk belajar! Bukan untuk menyakiti satu sama lain! Saya jga tak mengajarkan kalian untuk melakukan ini!!” Jeff berteriak memarahi murid-muridnya yang melakukan itu pada Bila.
Semua orang yang ada di sana hanya terdiam dan menunduk. Sementara orang yang melempar bola itu pada Bila saling berbisik dengan temannya.
“Yang merasa melakukan ini, setelah pelajaran olah raga kalian datang ke ruangan saya.”
Jeff membawa Bila ke UKS dalam gendongannya ditemani dengan Stevani dan Keisya yaang mengekor di belakang Jeff.
Setelah tiba di UKS, Jeff membaringkan Bila di salah sat brankar di sana. “Kalian panggilkan petugas kesehatan saya akan menjaga Bila di sini,” ucap Jeff pada Stevani dan Keisya.
Kedua gadis itu mengangguk paham dan segera pergi dari sana. Sementara itu, Jeff terus saja memandangi wajah Bila dengan seksama.
Bulu matanya yang lantik, bibirnya yang merah dan hidung mancungnya membuat siapa saja yang melihatnya pasti tergoda.
“Kapan aku bisa mendapatkannya?” tanyanya sambil menyentuh bibir Bila.
Bila, gadis itu tak kunjung sadar. “Permisi.” Seorang wanita paruh baya dengan snelly masuk ke dalam UKS.
“Ah Dok, tolong periksa dia,” ucap Jeff. Tanpa menunggu apapun lagi, Dokter itu segera memeriksa Bila.
“Dia baik-baik saja. Mungkin pingsan karena benturan bola tadi.” Baiknya Dokter itu telah tahu cerita dibalik pingsannya Bila.
“Tapi saya akan membersihkan darahnya dulu,” ucapnya sambil menyiapkan beberapa peralatan yang dia perlukan.
“Untuk membersihkan ini bolehkah saya melakukannya Dok?” tanya Jeff dengan ragi.
“Anda bisa?” tanya Dokter itu sedikit ragi. Jeff mengangguk dengan yakin.
“Baiklah saya serahkan sisanya padamu.” Setelah berkata demikian Dokter itu pergi dari sana hingga hanya menyisakan Jeff dan Bila.
Setelah kepergian Dokter itu, Jeff segera mengambil sebuah kapas dan mulai membersihkan noda darah di sekitar hidung Bila setelah sebelumnya dia mengunci pintu UKS dan menutup jendelanya.
Iblis dalam diri Jeff kembali ketika dia melihat bibir Bila. Perlahan pria itu mendekatkan wajahnya ke wajah Bila.
Karena sentuhan di bibirnya itu, Bila mulai mengerjapkan matanya. Benda lembut itu masih menempel di bibirnya saat sia sepenuhnya membuka matanya.Dengan spontan Bila mendorong dada Jeff untuk menjauh darinya.
“Apa yang Bapak lakukan?” tanya Bila ketakutan sambil memundurkan badannya.
“Sttt, jangan berisik nanti ada yang dengar.” Bila menengok ke kanan dan ke kiri untuk melihat suasana di sana.
“Saya hanya menagih sesuatu yang waktu itu belum tuntas,” jawabnya sambil berusaha menjangkau bibir Bila lagi.
Namun, Bila memalingkan wajahnya. Dia tak ingin sesuatu yang beberapa menit lalu terulang kembali.
“Kenapa? Bukankah itu nikmat?” tanya Jeff sensual.
“Kenapa Bapak melakukan itu kepada saya?” tanya Bila. Dia memeluk dirinya sendiri karena ketakutan.
“Tak apa-apa. Saya hanya menyukaimu.” Jawaban yang berhasil membuat Bila terbelalak.
“T-tapi – “ Sebelum Bila menyelesaikan kalimatnya, Jeff sudah lebih dulu menerkam Bila hingga gadis itu terlentang.
Kedua tangannya terkunci oleh pegangan Jeff, seluruh tubuhnya tak bisa bergerak karena tertindih pria di atasnya.
Bila berusaha melepaskan dirinya namun itu adalah hal yang mustahil. “Hmmm.” Bila mengerang dan menggelengkan kepalanya berusaha melepaskan ciuman Jeff.
“Lebih baik kamu diam atau semua orang akan tahu apa yang sedang kita lakukan,” ancam Jeff.
Bila bungkam, apa yang dikatakan pria di atasnya memang benar. Bisa-bisa semua orang tahu dengan apa yang tengah mereka lakukan di sana.
Bila terisak, air matanya mulai turun membasahi pipinya. “Aku mohon lepaskan aku,” isaknya. Tak hanya teman-temannya yang merendahkannya, tapi kali ini Gurunya pun melakukannya.
“Bagus,” ucap Jeff saat Bila mulai terdiam dan menuruti perkataannya.
Perlahan Jeff turun untuk mengecup leher Bila. Ingin sekali dia membuat tanda kemerahan di sana, namun dia tahu itu akan sangat berbahaya sehingga Jeff dengan keberaniannya membuka dua kancing bagian atas baju Bila hingga menampakkan bagian dada Bila yang padat itu.
“Kenapa harus aku,” isaknya. Jeff menghiraukan isakan Bila dan terus melanjutkan kegiatannya.
“Akkhh,” erang Bila saat Jeff menghisap bagian dadanya dengan keras. Ada gelenyar aneh dalam tubuhnya saat Jeff melakukan itu hingga Bila mengeluarkan erangannya.
“Pelankan suaramu, Sayang.” Jeff perlahan mulai melepaskan tangan Bila karena dapat dia rasakan gadis itu semakin melemah dan tak melawan.
“Ini, kau harus memastikan jika hanya aku yang bisa melakukan ini padamu,” ucap Jeff sambil membelai dada Bila.
Bila memejamkan matanya dengan keras. Dia merasa sangat kotor sekarang. Rasanya dia ingin hilang dari dunia ini sekarang juga.
“Orang tuamu menitipkanmu padaku, jadi kau tahu kan apa yang akan mereka lakukan jika mereka tahu apa yang dilakukan putri kesayangan mereka?” Entah sudah ancaman keberapa yang Jeff layangkan pada Bila.
“Jawab aku, apa kau mengerti?” tanya Jeff sambil membelai pipi Bila.
Bila semakin menangis yang pada akhirnya dia menganggukkan kepalanya dengan pasrah.
“Lakukan apapun yang aku minta jika kau tak ingin orang tuamu tahu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments