Jeff menghela napasnya lelah. Dia menyandarkan badannya di sandaran kursi Kepala Sekolah. Setelah kepergian Kepala Sekolahnya tadi, dia sendiri yang menangani tamu hari ini.
“Baiklah, karena Ibu Kepala Sekolah sedang pergi, saya akan meminta bantuan kepada anda.”
“Tak usah terlalu formal, Bu.” Jeff tersenyum samar. Bagaimanapun sikap dan kesehariannya selama ini, dia harus tetap bersikap ramah pada orang tua dari muridnya.
“Namamu Jeff?” tanya wanita paruh baya itu. Jeff mengangguk sebagai jawabannya.
“Kau masih sangat muda,” kekehnya. Jeff kembali tersenyum, tak hanya wanita di hadapannya ini yang mengatakan demikian. Banyak dari orang tua siswa yang mengatakan demikian ketika mereka bertemu.
“Nama anak saya Salsabila Auristela. Mungkin besok adalah hari pertamanya sekolah di sini. Saya ingin meminta bantuan kepada anda. Saya tahu ini sangat berlebihan, tapi bisakah anda menjaganya? Dia gadis polos yang tak banyak memiliki teman. Teman-temannya selalu pergi tanpa alasan yang jelas. Jadi saya takut dia tak bisa beradaptasi dengan baik di sini,” jelasnya. Jeff mendengarkan dengan seksama keluhan wanita paruh baya ini.
“Ahh jadi tentang itu? Menjaga setiap anak didik sudah menjadi kewajiban bagi saya. Jadi akan saya pastikan dia baik-baik saja dan beradaptasi dengan baik.” Jeff menjawab dengan senyumnya.
Ini memang bukan kali pertama para orang tua meminta bantuan Jeff untuk menjaga anak-anaknya. Tahun lalu juga ada yang seperti ini dan Jeff bisa menanganinya dengan baik.
“Satu lagi, bolehkan kau melaporkan segalanya pada saya?” Jeff sedikit berpikir dengan permintaan itu, namun pada akhirnya dia menyetujuinya.
“Baiklah.” Mereka berdua bertukar nomor ponsel untuk mengirim dan menanyakan info tentang gadis yang dikenal dengan nama Salsabila Auristela.
“Terima kasih karena telah bersedia membantu saya. Kalau begitu saya permisi.” Wanita itu pergi. Pakaian mahalnya membuat Jeff sedikit penasaran dengan keluarga ini.
Namun, dia memilih bungkam dan tak menanyakan sesuatu, biarlah nanti dia tahu sendiri tentang mereka ketika menjaga Salsabila.
“Selesai? Tapi aku sangat malas kembali ke rumah,” monolognya. Dia hanya berdiam diri di sana. Matanya tak sengaja melirik berkas dengan judul identitas Salsabila Auristela.
Akhirnya Jeff membuka berkas itu. Dia melihat halaman demi halaman. “Harla Surawisesa?” desisnya. “Aku rasa pernah mendengarnya.” Dia terlihat sedikit berpikir dan mengingat siapa orang itu. Namun, tak peduli seberapa keras dia berpikir, dia tetap tak menemukan jawabannya.
Jeff menyerah, dia kembali menutup berkas itu dan mengambil kunci mobilnya. Sekarang dia tak akan pulang, bermain ke rumah temannya rasanya akan lebih menyenangkan.
****
Suasana di rumah Victor sangat hangat. Di hari minggu seperti ini, keluarganya berkumpul dan melakukan kegiatan bersama-sama.
Seperti sekarang, rasanya Jeff hanya menjadi pengganggu bagi mereka yang sedang menanam sayuran di halaman belakang rumahnya.
“Maaf, Tante. Jeff ganggu,” ucap Jeff. Dia tak tahu jika Victor sedang ada kegiatan seperti ini. Salahnya juga tak bertanya terlebih dahulu.
“Gak ganggu kok. Mau main ya?” tanya Ibu Victor mengira Jeff akan mengajak Victor bermain ke luar.
“Enggak, Tan. Bingung aja di rumah gak ada kegiatan, jadi ke sini,” kekeh Jeff. Tangannya mulai memegang alat penggali tanah.
“Kotor Jeff!” teriak Ibu Victor mengingatkan karena dia merasa tak enak jika Jeff membantu mereka menanam sayuran.
“Gak apa-apa Jeff. Anak cowok tuh harus berani kotor!” Berlainan dengan Ibu Victor, ayahnya malah memperbolehkannya. Mereka tertawa bersama karena hal itu.
Rasa hangat yang tak pernah Jeff rasakan ketika di rumahnya. Di satu sisi dia merasa iri karena kedua orang tuanya tak seperti ini, tapi dia juga bersyukur setidaknya temannya ini tak merasakan hal yang Jeff rasakan.
“Ke mana aja kamu selama ini, tumben gak nginep lagi?” Ayah Victor menghampiri Jeff setelah dia mencuci tangannya.
“Sibuk Om. Di sekolah banyak kerjaan,” jawab Jeff dengan senyumnya.
“Pinter banget bohongnya. Bilang aja kamu bosen ketemu Om terus,” candanya. Jeff hanya tersenyum menanggapi candaan Ayah Victor.
“Udah ah Yah. Gak usah godain Jeff terus, dia ke sini kalau lagi butuh doang.” Bukannya mengakhiri candaan Ayahnya, Victor malah memperparah keadaan.
“Sialan lo,” kesal Jeff kemudian melempar segenggam tanah ke arah Victor.
Kedua orang tua Victor hanya menggeleng dan terkekeh melihat kelakuan dua anaknya ini. ya, Jeff sudah dianggap sebagai anak mereka sendiri.
“Udah yuk ah bersih-bersih. Kita makan bareng!” perintah Ibu Victor. Akhirnya mereka semua membereskan barang-barang sebelum kemudian membersihkan tangan mereka.
****
Seperti yang dikatakan Ibu Victor tadi, saat ini aneka makanan sudah tersaji di hadapan mereka. Jika kalian berpikir itu adalah hasil tangan Ibu Victor maka kalian salah.
Karena mereka lelah, akhirnya mereka setuju untuk memesan makanan dari luar dan di sinilah mereka. Siap untuk menyantap makanan yang terlihat sangat lezat itu.
“Selamat makan!!” seru Victor sambil mengacungkan sendok dan garpunya siap memangsa ayam di hadapannya. Namun, sebelum hal itu terjadi Ibunya memukul tangan Victor.
“Berdo’a dulu!” sentaknya dengan tatapan tajam. Victor yang sadar akhirnya mengurungkan niatnya dan tersenyum menampilkan giginya.
Jeff yang puas melihat itu sekuat tenaga menahan tawanya yang dihadiahi tatapan tajam Victor padanya.
“Biasa aja lihatnya!” kesal Jeff karena Victor tak kunjung melepaskan tatapan tajam itu.
Setelah selesai berdo’a, akhirnya mereka menyantap makanannya. Meskipun dalam ajaran disebutkan tak baik makan sambil berbicara, tapi hal itu terasa sangat menyenangkan dan membuat suasana sangat hangat.
“Jadi gimana murid-murid kamu?” tanya Ibu Victor.
“Baik semua. Mereka menurut dan cantik-cantik,” bisik Jeff di akhir kalimatnya.
“Cari jodoh sih boleh, tapi gak sama anak didik juga.” Celetukan Ayah Victor berhasil membuat mereka tergelak.
“Bener tuh, kapan kamu mau nikah? Udah tua gini.”
“Bentar dulu, Tan. Kalau di sekolah ada yang nyantol baru Jeff nikah,” candanya.
“Mau bener-bener jadi pedofil lu?!” sentak Victor dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.
“Ya kalau mendukung, kenapa enggak?” Begitulah seterusnya hingga makanan mereka tandas.
Momen menyenangkan yang tak akan Jeff temukan di rumahnya, dan dia mendapatkan semuanya di sini. Itulah kenapa dia sangat sering ke sini dan menghabiskan waktu di rumah itu.
“Yakin nih gak mau nginep?” tanya Ibu Victor saat mereka tengah menyaksikan sebah serial televisi yang sebenarnya tak menyenangkan sama sekali.
“Enggak ah, Victor tidurnya berisik.”
“Enak aja lo. Lo yang tidurnya gak bisa diem!” Victor membanting kue yang sebentar lagi akan masuk ke dalam mulutnya.
“Mau tidur sama Om?” goda Ayah Vitor. “Lama-lama Jeff ngeri juga loh sama Om,” ucap Jeff sambil memeluk dirinya sendiri dan menjauhkan dirinya dari jangkauan Ayah Victor.
Semua orang kecuali Jeff tertawa dengan lepas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments