Hari pertama di sekolah barunya sudah berlalu. Kini Bila tengah bersiap untuk pulang. Dia sedang menunggu jemputannya.
“Yakin gak pulang bareng gue aja?” tanya Stevani, salah satu teman yang dia kenal hari ini. Kebetulan juga gadis itu adalah teman sebangkunya.
“Enggak, gue nunggu jemputan aja.” Bila memberikan senyum terbaiknya. Bukannya tak ingin pergi dengan temannya, tapi dia terlanjur meminta jemputan pada sopirnya.
“Oke deh. Buat kelompok belajar Bahasa Inggris, kita bahas besok aja ya,” ucap Stevani. Bila mengangguk mengiyakan perkataan temannya.
“Ya udah, gue duluan.” Stevani pergi ke parkiran untuk mengambil mobilnya, sementara Bila berjalan menuju gerbang untuk menunggu jemputannya.
Hari ini terasa sangat aneh baginya. Kali pertama untuknya bertemu dengan seorang guru mesum dan parahnya tubuhnya menyukainya.
“Nunggu siapa Bil?” Sebuah suara berhasil membuat Bila membalikkan badannya untuk melihat orang itu.
“A...ah itu Pak, saya lagi nunggu jemputan,” jawab Bila sedikit gugup. Orang yang kini berdiri di sampingnya adalah Jeff, pria yang berhasil membuatnya tak karuan hari ini.
“Ohh baiklah. Saya duluan.” Bila ternganga dengan sikap dan jawaban Jeff. Bisa-bisanya pria itu bersikap seolah tak terjadi apapun di antara mereka setelah apa yang dia lakukan di jam istirahat tadi.
“Iya Pak.” Jeff segera pergi meninggalkan tempat itu dan benar-benar pulang dengan mobilnya. Meski begitu, Bila juga merasa lega karena Jeff sudah pergi.
“Ada apa dengan sikapnya itu?” monolognya. Tak ingin berpikir terlalu panjang, Bila kembali menghubungi sopirnya untuk segera datang.
Tak lama sebuah mobil berwarna hitam datang dan berhenti tepat di hadapan Bila. Bila segera masuk ke dalam mobil itu setelah sopirnya membukakan pintu untuknya.
Sementara itu di tempat yang tak jauh dari sana, “Loh bukannya itu sopirnya Om Harla?” ucap Jeff. Ya pria itu belum pulang, entah kenapa dia ingin tahu sesuatu tentang Bila dan akhirnya dia menunggu hingga gadis itu dijemput.
Jauh dari dugaannya, ternyata dia mengenali sopir yang menjemput Bila. Sopir itu adalah sopir keluarga Surawisesa yang dulu pernah menjadi partner kerja perusahaan Ayahnya.
“Bukankah akan sangat mudah untukku?” Sebuah senyuman jahat terukir di wajah Jeff. Dia bisa menggunakan orang tua mereka untuk menarik Bila. Dia baru menyadari bahwa dia memang benar-benar mengenal keluarga itu.
Jeff kembali memasuki mobilnya dan kali ini dia benar-benar pulang.
****
Bila membanting badannya di atas ranjang setelah beberapa saat lalu dia tiba di rumahnya. Di sini dia tinggal dengan kedua orang tuanya yang sibuk bekerja dan abangnya yang sibuk merintis sebuah cafe yang tak kunjung berhasil dan jangan lupakan para pembantu dan tukang kebun yang setia menemaninya.
Kesehariannya hanya sekolah dan kamar. Dia jarang keluar untuk main karena tak ada seorangpun yang menemaninya.
Teman-temannya selalu menjauhinya karena jika mereka sedang berjalan bersama, orang-orang hanya akan memuji Bila yang memiliki badan bak gitar Spanyol yang membuat teman-temannya iri. Itulah mengapa dia tak memiliki seorang teman.
“Non, makanannya sudah siap,” teriak Bibi dari luar kamarnya.
“Iya Bi, sebentar. Nanti Bila turun.” Bila beranjak dari posisi tidurnya. Gadis itu menyempatkan untuk membasuh badannya karena keringat yang membasahi badannya.
Setelah selesai dengan urusannya, Bila mencoba memperhatikan pantulan badan telanjangnya di cermin.
Memang tak ada satupun yang kurang, bokong dan dada yang sintal itu didukung oleh warna kulitnya yang putih bersih. Siapapun yang melihatnya dengan keadaan ini pasti ingin langsung menerkamnya.
“Ahh kenapa aku harus memiliki badan seperti ini,” kesalnya. Karena bentuk badannya yang seperti ini dia tak memiliki teman dan bahkan hari ini dia mendapatkan sebuah pelecehan di sekolahnya.
Bila tak ingin lagi melihat bentuk badannya, dia segera mengenakan pakaiannya dan turun untuk menyantap makanan.
“Bibi udah makan?” tanya Bila pada Bibi yang menyiapkan makanannya.
“Belum Non. Nanti setelah menyelesaikan ini baru makan,” ucapnya.
“Biarkan dulu itu, sekarang makan dulu temani Bila,” pinta Bila. Gadis itu memang tak jarang meminta pembantu, tukang kebun dan bahkan sopirnya untuk makan bersamanya. Dia merasa sangat kesepian jika harus makan sendiri.
“Baik Non.” Dengan patuh Bi Inah duduk bersama Bila dan menyantap makanannya. Bi Inah ini sudah Bila anggap seperti Ibunya sendiri karena memang peran Ibu sudah diambil oleh Bi Inah sejak Bila kecil.
“Apa hari ini Bunda menelpon?” tanya Bila sambil terus menyuap makanannya. “Tidak, Non. Sepertinya Ibu akan pulang hari ini,” prediksi Bi Inah. Karena jika majikannya menelpon itu berarti dia tak akan pulang.
Bila mengangguk. Setelah itu tak ada lagi percakapan yang terjadi di antara mereka. “Makasih makanannya, Bi,” ucap Bila sambil berjalan berlalu menuju kamarnya.
“Sama-sama, Non.” Bi Inah kembali melakukan tugasnya. Wanita paruh baya itu mulai membereskan piring bekas Bila dan dirinya makan.
Sementara itu, Bila di kamar tak ada niatan untuk membuka buku pelajarannya. Gadis itu hanya betah memainkan ponselnya, entah membalas sebuah chat, melihat postingan di Instagram atau hanya sekedar bermain game.
Kini jam sudah menunjukan pukul 20.00 WIB namun belum ada tanda-tanda jika kedua orang tuanya akan pulang. Karena terlalu lelah, Bila tertidur di ranjangnya.
“Bil, udah tidur?” tanya seseorang dari luar. Bila yang merasa tidurnya terganggupun mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.
Gadis itu duduk sebentar untuk mengumpulkan kesadarannya sebelum kemudian beranjak untuk membuka pintu.
Pintu terbuka menampilkan sosok Bunda yang sudah hampir satu minggu ini tak dia temui. “Bunda~,” manjanya. Kedua gadis di sana sontak saling memeluk satu sama lain. Erina, Bunda Bila tersenyum melihat sifat manja putrinya.
“Apa kabar, Sayang?” tanyanya sambil melepaskan pelukan itu. Bila mengangguk sebelum menjawab. “Aku baik. Tadi hari pertamaku ke sekolah,” jelasnya.
Ya, karena pekerjaan Bunda dan Ayahnya juga Bila harus ikut pindah sekolah dan berakhirlah Bila di sekolah dengan guru Bahasa Inggris yang aneh.
“Bagaiman hari pertamamu di sekolah.” Keduanya berjalan menuju kamar Bila, lebih tepatnya ranjang Bila dan berbicara dengan lebih leluasa di sana.
“Tak ada yang special, semuanya sama saja. Aku baru mendapatkan satu teman yang bisa aku ajak makan bersama,” kekehnya. Bundanya ikut tertawa bahagia.
Meskipun dia jarang berada di rumah, tapi dia tak pernah absen untuk menanyakan kabar putrinya setelah dia pulang, seperti sekarang ini.
“Baguslah, setidaknya kamu punya teman untuk berbagi. Apa tadi kamu sedang tidur?” tanya Erina. Bila mengangguk dan mengerucutkan bibirnya. “Hmm aku ketiduran,” jelasnya.
“Kalau begitu kamu harus kembali tidur, bukankah besok masih harus pergi ke sekolah?” Bila kembali menganggukkan kepalanya.
“Lalu, di mana Ayah?” Kalau tak salah ingat, tadi Bi Inah mengatakan Ayahnya juga akan pulang.
“Mungkin masih dalam perjalanan, tadi Bunda pulang duluan.” Tak lama setelah kalimat itu selesai di ucapkan, seorang pria dengan perawakan tinggi masuk ke dalam kamar Bila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments