Seperti yang dia duga, dia tak akan baik-baik saja jika Jeff sudah berlaku seperti itu. Penampilannya saat ini sudah seperti orang yang telah melakukan olahraga berat.
Keringat yang bercucuran di mana-mana, tatapan sayu karena belum tuntas dan pakaian mereka yang luar biasa berantakan.
“Aku akan bayar dulu.” Jeff mengambil alih seragam sekolah yang dibawa Bila dan membawanya ke kasir untuk membayar semuanya.
Bila mengekor dari belakang dengan kepala yang menunduk karena malu. Dia yakin orang-orang akan tahu apa yang telah dia lakukan dengan penampilannya yang seperti ini.
Jeff mengeluarkan uang untuk membayar pakaian Bila. Setelah selesai dengan urusannya, mereka kembali menuju mobil untuk pulang.
“Berapa? Aku akan menggantinya,” ucap Bila sambil mengeluarkan uang dari dompetnya.
Jeff memandang Bila dan mengatakan, “Tak usah. Aku pacarmu, jadi aku yang membayar.”
Bila memandang Jeff dengan sorot lembutnya. “Aku gak mau. Aku belum jadi tanggung jawabmu, jadi aku mau bayar sendiri,” ucap Bila memaksa untuk membayar sendiri seragamnya.
Gadis langka yang pernah ditemui Jeff. Bahkan dia tak pernah bertemu dengan gadis seperti ini sebelumnya. Mereka yang pernah bertemu dengan Jeff akan meminta Jeff untuk membayarkan belanjaannya yang segudang. Tapi Bila berbeda.
“Kali ini saja, aku mau bayar.” Jeff memaksa Bila untuk membiarkannya membayar.
Akhirnya dengan segala bujukan Jeff, Bila menyetujuinya dengan syarat mereka akan makan dan kali ini Bila yang akan membayarnya.
Jeff setuju dan mereka pergi ke sebuah tempat makan yang tak jauh dari sana. Keduanya memesan makanan untuk mengisi perut mereka yang kosong.
****
Kedekatan Bila dan Raveno semakin intens karena Olimpiade semakin dekat. Bahkan pernah suatu hari mereka pulang bersama karena Bila tak ada yang menjemput.
Saat itu Jeff sangat marah ketika mengetahui kenyataan itu. “Kenapa kamu pulang sama dia? Aku udah bilang mau jemput, kan?!” Jeff sedikit membentak Bila. Amarahnya tersulut karena sebuah rasa cemburu.
“Aku udah nunggu kamu hampir satu jam, Jeff. Tapi kamu tak datang.” Bila juga ikut tersulut emosi karena Jeff memarahinya.
“Kamu bisa telpon aku, bukannya malah pulang sama cowok lain.” Jeff membuang mukanya. Dia tak habis pikir dengan Bila.
“Oke, aku minta maaf. Tapi kalau kamu sayang sama aku, aku gak perlu ingetin kamu buat jemput!”
“Ohh jadi sekarang kamu nuduh aku gak sayang sama kamu?”
“Oke, terserah apapun yang mau kamu lakuin aku gak peduli!” Jeff pergi dari ruangannya dengan kesal.
Sementara Bila masih berdiri di sana dengan napas yang memburu. Tak biasanya dia akan melawan Jeff, tapi kali ini benar-benar sudah keterlaluan.
“Persetan dengan dia!” Bila yang ikut marah juga akhirnya keluar dari ruangan Jeff dan memilih untuk menenangkan pikirannya di kantin sekolahnya.
“Kenapa muka lo ditekuk gitu?” tanya Stevani saat Bila baru saja mendudukkan bokongnya di samping Keisya.
“Kesel gue sama pacar gue!!” ucap Bila tanpa sadar mengucapkan kata ‘pacar’. Kedua temannya sontak menoleh ke arah Bila untuk meminta penjelasan.
“Siapa pacar lo? Kok kita gak tahu?” tanya Keisya. Bila yang baru menyadari kesalahannya gelagapan karena tak menyiapkan sebuah alasan.
“E...emmm.”
“Jawab jujur atau gue bakal cari tahu sendiri!” paksa Keisya.
Bila menyerah. Dia menghembuskan napas beratnya. Hal ini memang sangat berat untuk diberi tahukan kepada temannya karena mereka pasti akan terkejut.
Tak hanya itu, jika kabar ini menyebar, dia takut akan mendapat pandangan negatif dari teman-teman sekolahnya.
“Kalian janji gak bakal bilang siapapun?” tanya Bila. Biarlah hanya kedua temannya saja yang tahu dan tidak untuk di sebar.
Keisya dan Stevani mengangguk. Sebenarnya mereka bisa berjanji, tapi untuk ‘keceplosan’ dia tak bisa menjamin itu.
“Jeff,” bisik Bila. Akhirnya setelah beberapa lama dia menjalin hubungan dengan Jeff ada orang yang tahu tentang hubungan mereka.
“Apa?!!” Stevani tak bisa menahan untuk tidak berteriak. Bagaimana bisa dia tak berteriak sementara temannya mengaku telah berpacaran dengan Guru yang menjadi panutannya.
“Serius? Lo gak lagi mimpi kan?” tanya Stevani memastikan. Bila menghela napasnya dalam. Dia sudah menduga jika temannya ini tak akan percaya dengan apa yang dia katakan.
“Ya udah kalo gak percaya.” Setelah menginterogasi Bila dengan mendalam dan disertai alasan-alasan yang mulai logis akhirnya kedua temannya mempercayai Bila.
“Oke, kita percaya.” Keisya yang tadi menggebu-gebu kini semakin tenang.
“Jadi gimana awalnya?” tanya Stevani mulai penasaran. Bila akhirnya menceritakan apa yang terjadi padanya di ruangan Jeff dan semua kejadian yang dia alami dengan Jeff.
Kehilangan keperawanan di usia Bila memang tak lagi tabu di masyarakat sekitarnya. Itulah mengapa teman-temannya ini tak begitu mempermasalahkannya.
“Nekat banget lo macarin Guru sendiri.” Keisya memberikan tepuk tangan pada Bila yang diakhiri dengan kekehannya.
“Jangan bilang siapa-siapa,” pinta Bila. Sudah cukup dia dijauhi dan dibenci oleh teman-temannya karena bentuk badannya. Jangan sampai dia juga dibenci karena telah memacari Jeff, sang Guru kesayangan semua siswi di sekolah ini.
Sementara itu, Jeff merasa menyesal telah menyalahkan Bila. Dia tak bermaksud seperti itu. Dia hanya merasa cemburu karena Bila pulang dengan Raveno.
Jeff mencari keberadaan Bila untuk meluruskan segalanya. Seperti yang telah dia duga, Bila saat ini tengah ada di kantin dengan kedua orang temannya.
“Bila, bisa saya bicara sebentar,” ucapnya saat sampai di hadapan Bila dan temannya.
Kedua temannya yang memang sudah mengetahui ceritanya dari Bila hanya menahan tawa melihat Jeff yang begitu kaku. Sementara Bila menatap kekasihnya itu remeh.
“Mau apa?” Jeff sedikit terkejut. Mengapa bila menggunakan bahasa non formal saat kedua temannya ada di sana.
“’Mereka udah tahu semuanya. Katakan saja,” ucap Bila santai. Jeff akhirnya menghela napas.
“Saya pinjam Bila sebentar ya.” Jeff meminta ijin pada kedua teman Bila.
“Bawa aja Pak. Lama juga gak papa,” jawab Keisya.
Setelah mendapat persetujuan dari Stevani dan Keisya akhirnya Jeff membawa Bila kembali ke ruangannya. Tentu saja mereka pergi secara terpisah agar tak menimbulkan kecurigaan.
“Maaf. Kamu tahu, aku hanya cemburu.” Jeff memulai pembicaraannya lagi.
Bila yang memang tak bisa marah hanya menghela napas kemudian mengangguk. Keduanya kini saling berpelukan mengisi kekosongan yang ada di hati masing-masing.
“Lain kali kalau aku gak jemput, telpon aku. Jangan pulang sama dia.” Jeff masih kekeh dengan keinginannya yang tak merelakan Bila pulang dengan pria lain
Bila mulai mengerti dengan kecemburuan Jeff akhirnya mengangguk paham. Dia juga tak bisa menyalahkan Jeff sepenuhnya karena memang pria itu juga memiliki kesibukannya sendiri.
“Pulang sekolah main ke apartemenku ya,” pinta Jeff setelah melepaskan pelukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments