“Sedikit lagi,” erang pria yang dengan nikmatnya masih menggagahi wanita di bawahnya. Wajahnya memerah karena menahan pelepasannya beberapa saat lalu.
“Aarrghhh.” Erangan dan ******* keduanya saling beradu di sebuah kamar hotel. Keduanya menyudahi permainan yang sudah berlangsung selama hampir lima jam itu.
“Seperti biasa, kau selalu mengagumkan,” ucap wanita yang masih terengah-engah itu. Perlahan tangannya melingkar indah di badan sang dominan dan dirinya menenggelamkan wajahnya di dada bidang pria yang sudah memberinya sebuah kenikmatan.
Berbeda dengan beberapa saat lalu, pria yang mengucapkan kata cinta padanya kini terlihat acuh dan seperti enggan memeluknya.
“Lepaskan aku. Aku harus pulang,” ucap pria itu seraya melepaskan diri dari pelukan wanitanya.
“Jeff! Kau selalu saja seperti itu,” ucap wanita yang masih terduduk di ranjang setelah pria yang dipanggilnya Jeff bangkit dan kini sedang mengenakan pakaiannya.
“Mengertilah Laras. Aku harus pergi ke sekolah besok.” Jeff berusaha memberikan pengertian pada kekasihnya.
“Aku tak mempermasalahkan kau yang akan pulang. Tapi sikapmu selalu saja berbeda ketika kita tak sedang bercinta,” ucap wanita itu sedikit lirih.
Mereka memang sepasang kekasih. Entah bagaimana awalnya mereka bisa menjalin sebuah hubungan.
“Aku minta maaf. Tapi inilah diriku.” Seakan tanpa beban Jeff mengatakan kalimat itu.
“Aku pulang.” Sekali lagi Jeff pamit setelah selesai merapikan bajunya. Pria itu meninggalkan Laras yang masih kacau dan terlihat sedih.
****
Gadis berambut panjang itu terus saja berlarian di sepanjang koridor. Sudah terhitung setengah jam dia mengitari bangunan ini untuk menemukan kelasnya, bahkan beberapa kali pula bahunya bertabrakan dengan orang lain.
Tak jarang rok pendeknya ikut terangkat karena laju larinya. Paha mulus dan putih itu selalu menjadi pusat perhatian orang-orang sejak kelas sembilan.
“Ah maaf lagi, Kak.” Salsabila Auristela, gadis itu membungkukkan badannya meminta maaf hingga tak sengaja kedua *********** sedikit terlihat.
Satu, dua langkah Bila hendak melanjutkan acara berlarinya, kaki Bila terhenti. Ekspresi wajahnya berubah serius dan seperti mendapat pencerahan.
“Misi Kak, mau tanya kelas ini dimana ya?” Bila menunjukkan selembar kertas yang menunjukkan denah sekolahnya.
Orang yang Bila tanya itu perlahan menengadahkan kepalanya guna melihat sang empu yang baru saja bertanya padanya setelah sebelumnya dia hanya terfokus pada belahan dada gadis di hadapannya.
“Gue tahu.” Pria yaang baru saja ditanyai Bila mengisyaratkan untuk mengikutinya. Bila mengekor di belakangnya hingga mereka sampai di kelas yang dicari Bila.
“Makasih Kak.” Orang yang baru saja mengantar Bila segera pergi begitu saja tanpa menjawab Bila.
Bila mengetuk pintu kelasnya. Di sana ada seorang guru yang terbilang masih muda.
“Permisi Pak. Maaf saya telat, saya murid baru dan tadi bingung cari-cari kelasnya,” ucap Bila seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
“Oke silahkan masuk.” Bila akhirnya masuk ke kelas setelah mendapatkan izin dari gurunya.
“Sebelum duduk, perkenalkan diri kamu dulu.” Langkah Bila terhenti saat sebuah suara menginterupsinya.
Bila kembali ke depan kelas dan mulai memperkenalkan dirinya. “Hai, nama saya Salsabila Auristela. Salam kenal semuanya.” Bila kembali membungkukkan badannya untuk menunjukkan rasa hormatnya.
“Sudah Pak?” tanya Bila pada gurunya. Guru Bahasa Inggris itu menatap murid barunya dengan seksama. Jadi anak ini yang dititipkan kemarin.
“Silahkan duduk di kursi yang kosong.” Bila memilih menduduki kursi di bagian belakang kelas. Dia memang bukan merupakan murid yang rajin, terkadang dia juga ingin tidur ketika pelajaran berlangsung.
Kali ini mereka belajar dengan tertib hingga waktunya jam istirahat. “Bila, bisa ikut ke ruangan saya sebentar,” pinta sang Guru.
“Ah iya baik, Pak.” Bila mengikuti langkah gurunya. Entah apa yang gurunya inginkan hingga memanggilnya keruangan.
Ruangan yang cukup besar dengan banyak sekali buku dan kamus Bahasa Inggris. Sesuai bidangnya, dia mengajar Bahasa Inggris.
“Duduk. Pertemuan minggu lalu saya membagi kelas kamu menjadi beberapa kelompok untuk mengerjakan sebuah projek. Saya sudah mencatatnya dan kamu boleh memilih ke kelompok mana akan bergabung.”
“Baik Pak Jeff.” Setidaknya itulah papan nama yang ada di bagian atas mejanya.
“Ternyata saya tak perlu memperkenalkan diri,” kekeh Jeff.
“Saya melihat itu Pak.” Bila menunjuk papan nama yang ada di mejanya. Jeff mengangguk paham.
“Baiklah jika kamu mengerti, tolong ambilkan berkas itu.” Jeff menunjuk sebuah berkas yang terletak di rak belakang kursinya.
Bila segera beranjak untuk mengambilnya. Letaknya yang terlalu tinggi membuat Bila kesusahan mengambilnya. Gadis itu berjinjit berusaha untuk menggapainya.
Ya, berkasnya berhasil dia ambil sebelum kemudian kakinya tergelincir, berkasnya jatuh dan dia juga hampir saja menyentuh lantai jika saja Jeff tidak membalikkan kursinya dan menangkap Bila.
“Akhh, maaf Pak,” ucap Bila. Posisinya kini berada di pangkuan Jeff. Bokong sintalnya berhasil membuat sesuatu dalam diri Jeff bangun.
Bila hendak berdiri sebelum kemudian sebuah tangan besar kembali menariknya agar tetap diam dalam posisinya.
“Sebentar,” ucap Jeff.
“Ke...kenapa Pak?” tanya Bila sedikit ketakutan.
“Rambutmu tersangkut di kancing baju saya.” Bila berusaha melihatnya namun kepalanya malah tertarik. “Akkhh.”
“Sudah saya bilang, diam sebentar.” Sebenarnya itu hanya sebuah kebetulan yang sangat menguntungkan bagi Jeff. Dengan begitu dia bisa berlama-lama dalam posisi ini.
“Pak, kenapa ini terasa menusuk?” tanya bila takut. Dia merasakan sesuatu di bawah sana seperti menusuk bagian bawahnya.
“Kau yang membuatnya terbangun. Bukankah kau harus bertanggung jawab?” tanya Jeff dengan suara seraknya. Habis sudah kesabarannya. Dia hampir tak bisa mengendalikan dirinya.
“P...Pak,” lirih Bila.
“Kembalilah ke kelas. Bel sudah berbunyi, dan aku akan menagih apa yang aku katakan lain kali. Kau lihat? Di sini ada cctv. Jika kau menolaknya, aku akan menyebarkan semuanya.”
Bila segera berlari keluar dari sana. Sementara Jeff berusaha menenangkan juniornya agar tak berontak.
“Belum juga aku memperlihatkan kelompok itu padanya,” kesalnya. Dia tak ingin menjadi seperti ini terutama di sekitar sekolah. Tapi, muridnya yang satu ini benar-benar membuatnya tak bisa berkutik.
Masih terekam jelas dalam ingatannya bagaimana bokong sintal itu menabrak bagian bawahnya. Dada muridnya itu terlihat cukup besar. Tak sengaja Jeff melihatnya tadi.
“Bisa gila aku.” Sebelumnya memang tak pernah seperti ini. Dia hanya akan menjadi pria berengsek jika sedang di luar sekolah.
“Tak bisa, sepertinya aku memang harus menuntaskan ini.” Jeff pergi ke kamar mandi yang ada di ruangannya. Kalian pasti tahu apa yang sedang Jeff lakukan.
Desisan kecil terdengar merdu di ruangannya. Beruntungnya ruangannya kedap suara. Namun meski begitu Jeff berusaha sebisa mungkin untuk tidak mengerang terlalu kuat.
Sementara itu Bila kembali ke kelasnya dengan rasa takut dan rasa aneh yang menjalar di sekujur tubuhnya.
Otaknya menolak dan menganggap itu adalah sebuah pelecehan. Namun, tubuhnya sepertinya menginginkan lebih dari sekedar itu. Sesuatu yang tadi berusaha menerobos masuk ke dalam tubuhnya, sensasi itu tak bisa dia lupakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments